Teroris Serang Mabes Polri

Rekam Jejak Zakiah Aini Terduga Teroris di Mabes Polri, dari Predikat Lone Wolf Hingga Pemuja ISIS

Perjalanan Zakiah Aini Terduga Teroris di Mabes Polri, dari Predikat Lone Wolf Hingga Pemuja ISIS

Editor: eko darmoko
HO/Tribun Medan
Zakiah Aini terduga teroris di Mabes Polri 

SURYAMALANG.COM - Zakiah Aini (25) nekat melakukan aksi penyerangan di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Rabu (31/3/2021).

Dalam aksinya, Zakiah Aini membawa senjata dan disebutkan sempat melepaskan beberapa tembakan di area Mabes Polri.

Saat itu, Zakiah Aini berpakaian hitam dengan kerudung warna biru, terlihat dalam rekaman CCTV yang disiarkan Kompas TV.

Tak ingin ambil risiko, polisi di Mabes Polri melumpuhkan Zakiah Aini dengan timah panas.

Peluru yang menembus jantungnya mengakibatkan Zakiah Aini tewas di tempat.

Baca juga: Sosok Zakiah Aini Terduga Teroris yang Menyerang Mabes Polri, Mahasiswi Kelahiran 1995 Warga Ciracas

Baca juga: Identitas dan Profil Singkat Terduga Teroris di Mabes Polri, Mahasiswi Kelahiran Jakarta 1995

Kapolri Jenderal Pol Listyo Sigit Prabowo mengatakan, Zakiah Aini adalah pelaku penyerangan tunggal, atau dikenal dengan istilah lone wolf.

Ia secara terang-terangan mendukung organisasi teror ISIS.

"Yang bersangkutan ini adalah tersangka atau pelaku lone wolf berideologi ISIS."

"Terbukti dari postingannya di sosial media," ujar Listyo saat jumpa pers di Mabes Polri Rabu (31/3/2021) malam.

Lantas, apa itu lone wolf dan mengapa aksi teror terus bermunculan?

Identitas terduga teroris di Mabes Polri, Rabu (31/3/2021). Dia perempuan berinisial ZA, berusial 26 tahun.
Identitas terduga teroris di Mabes Polri, Rabu (31/3/2021). Dia perempuan berinisial ZA, berusial 26 tahun. (Kompas TV)

Teradikalisasi sendiri

Pengamat terorisme dari Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta Robi Sugara mengatakan lone wolf adalah istilah serigala yang terpisah dari kumpulannya.

"Lone wolf ini karena self radicalised atau teradikalisasi sendiri lewat media massa atau online," jelas Robi kepada Kompas.com melalui pesan WhatsApp, Kamis (1/4/2021).

Terkait dengan adanya aksi teror yang terus bermunculan di Indonesia, menurutnya dikarenakan sejumlah faktor.

Salah satu faktornya, yakni adalah penafsiran ekstrem ayat-ayat agama.

"Umum di kalangan teroris negara ini thagut harus diperangi dan aparatnya wajib dibunuh," papar Robi.

Dengan berhasil membunuh atau mati pada saat membunuh mereka, berarti dipandang sudah ikut berperang di jalan Tuhan.

Dengan adanya rentetan aksi teror belakangan ini, menurut Robi dapat diartikan bahwa sel-sel radikal masih eksis.

"Ini menandakan sel-sel mereka masih ada dan ideologi ini tidak pernah benar-benar mati," pungkas dia.

Jihad tidak dibatasi

Hal senada juga diungkapkan oleh pengamat sekaligus mantan narapidana teroris Sofyan Tsauri.

Ia menyebut lone wolf merupakan serigala sendirian.

Dalam lingkup dunia jihad, lone wolf adalah operasi jihad yang memiliki istilah jihad mikayah.

"Artinya itu jihad yang tidak dibatasi oleh tempat dan waktu, dia adalah kelompok klandestin yang mereka itu berinovasi sendiri, merencanakan, dan melakukan aksi sendiri," ujarnya kepada Kompas.com melalui sambungan telepon, Kamis (1/4/2021).

Sofyan menuturkan, ada beberapa keuntungan bagi pelaku yang melakukan aksi teror dengan lone wolf.

Pertama, tidak memerlukan biaya yang mahal dan yang kedua, aksi ini tidak mudah terdeteksi.

"Dan ini operasi-operasi jihad yang memang skalanya kecil, tetapi membuat repot musuh atau rivalnya."

"Sehingga di sinilah akhirnya polisi sulit mendeteksi, itulah yang disebut lone wolf," jelas Sofyan.

Bak kebaikan, kejahatan juga bisa menular

Sofyan melanjutkan, aksi teror yang belakang terjadi adalah sebuah kejahatan.

Dan kejahatan juga dapat menular seperti halnya kebaikan.

Oleh karena itu, Sofyan meminta kepada siapa pun untuk berhati-hati dengan kejahatan yang menular ini.

"Hati-hati dengan kejahatan yang menular ini, seperti termotivasi karena ada aksi pemicu, lalu akhirnya dia ikut-ikutan," kata dia.

Seperti diketahui, sebelumnya telah terjadi aksi bom bunuh diri di Makassar, Sulawesi Selatan pada Minggu (28/3/2021).

Akan tetapi, Sofyan tidak melihat adanya hubungan terikat dari dua kejadian ini.

"Pelaku di Makassar dan Mabes kemarin enggak ada hubungannya, mereka hanya diikat oleh paham saja," jelas Sofyan.

"Karena pahamnya kan udah ke mana-mana ini, tinggal siapa saja yang mau main, tunggu momentum sehingga dapat menginspirasi pelaku yang lain," tambah dia.

Sementara itu, Kadiv Humas Polri Irjen Raden Prabowo Argo Yuwono, Kepala Bagian Penerangan Umum (Kabagpenum) Polri Kombes Pol Ahmad Ramadhan, dan Karopenmas Divisi Humas Polri Bridgjen Rusdi Hartono tidak juga membalas telepon maupun pesan singkat yang dilayangkan Kompas.com terkait fenomena lone wolf tersebut.

Berita terkait Zakiah Aini dan Teroris Serang Mabes Polri

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved