Tekno
Menyambut Ramadan, Facebook Sekeluarga Siapkan Kejutan Khusus, Ada Stiker dan Filter Spesial
Menyambut Ramadan, Facebook Sekeluarga Siapkan Kejutan Khusus, Ada Stiker dan Filter Spesial
SURYAMALANG.COM - Menyambut datangnya puasa di Bulan Ramadan, Facebook Inc akan memberi kejutan bagi penggunanya, khususnya pengguna yang beragama Islam.
Kejutan seperti ini sering dilakukan Facebook ketika menyambut hari-hari perayaan besar dunia, dan kali ini berkaitan dan bertepatan dengan momen Ramadan.
Terkait Bulan Ramadan, Facebook Inc menyiapkan stiker dan filter spesial untuk platform media sosial yang berada di bawah naungannya.
Hal ini diungkapkan oleh Pieter Lydian selaku Country Director untuk Facebook di Indonesia, dalam peluncuran kampanye global #BulanKebaikan secara daring, pada Kamis (8/4/2021).
"Untuk membantu temen-temen semua mengekspresikan kebaikan di bulan Ramadan, Facebook, Instagram, dan WhatsApp bakalan merilis stiker yang lucu-lucu, ada AR filter, dan juga background bertema Ramadan," ungkap Pieter.
Ia melanjutkan, stiker dan filter bertema Ramadan 2021 yang disiapkan oleh Facebook sekeluarga ini merupakan bagian dari program ekspresi kebaikan dalam kampanye #BulanKebaikan.
Dengan berbagai fitur stiker dan filter tersebut, Pieter berharap para pengguna keluarga Facebook bisa mengekspresikan diri dan memeriahkan Ramadan tahun ini di rumah.
Kepala Kebijakan Publik Instagram Asia Pasifik, Philip Chua menambahkan bahwa stiker dan filter spesial ini nantinya akan bisa digunakan di media sosial Facebook, Instagram, dan WhatsApp dengan desain yang berbeda-beda.
Jadi, misalnya, stiker yang ada di Instagram akan berbeda dengan yang ada di Facebook dan WhatsApp.
Pihak Facebook, Instagram, dan WhatsApp sendiri baru saja mengumbar tampilan stiker yang akan dirilis untuk masing-masing platform.
Namun, AR filter dan background-nya yang bertema Ramadan 2021 belum dipamerkan kepada publik.
Kendati demikian, Philip memastikan bahwa berbagai stiker dan filter ini baru bisa dinikmati pengguna secara luas mulai pekan depan.
"Ini akan tersedia minggu depan. Hari pertama di Ramadan sudah bisa mulai dicoba sama masyarakat," kata Philip.
Sayangnya, kata Philip menegaskan, karena sifatnya yang musiman, stiker dan filter bertema Ramadan 2021 ini hanya bisa dinikmati selama bulan Ramadan saja.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Facebook Sekeluarga Siapkan Stiker dan Filter Spesial Ramadan

Facebook Siapkan Dana Senilai Rp 14 Triliun untuk 3 Tahun ke Depan
Selama tiga tahun ke depan, Facebook Inc akan menggelontorkan dana sebesar 1 miliar dollar Amerika Serikat (AS) atau setara Rp 14 triliun.
Dana Rp 14 triliun ini akan diinvestasikan Facebook untuk industri media, dikutip SURYAMALANG.COM dari Kompas.com.
Kabar itu diumumkan sehari setelah muncul perdebatan seberapa besar komisi yang harus diberikan Facebook kepada perusahaan media di Australia, sesuai rancangan ndang-undang News Media Bergaining Code Law di Australia.
Rancangan regulasi tersebut mendesak perusahaan teknologi seperti Google dan Facebook untuk membayar biaya ke perusahaan media di Australia untuk setiap artikel berita yang muncul di cuplikan (snippet) lini masa atau hasil pencarian.
"Kami berinvestasi 600 juta dollar AS (sekitar Rp 8,4 triliun) sejak tahun 2018 untuk mendukung industri berita dan berencana menambah setidaknya 1 miliar dollar lagi dalam tiga tahun ke depan," kata Vice President of Global Affairs Facebook, Nick Clegg.
Nick Clegg menambahkan, Facebook antusias bermitra dengan perusahaan penerbit berita.
Sebab, menurut Facebook, jurnalisme yang berkualitas adalah inti dari masyarakat yang terbuka.
Bulan lalu, Facebook juga telah mengumumkan kesepakatan dengan sejumlah perusahaan media di Inggris, seperti Guardian, Telegraph Media Group, Financial Times, Daily Mail Group, dan Sky News.
Konten berita dari perusahaan-perusahaan tersebut akan terpampang di Facebook News, menu khusus di Facebook untuk mengkurasi berita dan mempersonalisasi berita dari ratusan penerbit.
Clegg mengatakan, kesepakatan yang sama juga sudah dilakukan dengan perusahaan media di Amerika Serikat.
Saat ini, Facebook juga tengah berunding dengan perusahaan media di Jerman dan Perancis.
Sebelum pengumuman ini, Facebook sempat memblokir konten berita di Facebook Australia.
Keputusan tersebut menunjukan ketidak-setujuan Facebook atas Rancangan Undang-Undang News Media Bergaining Code Law.
Namun, awal pekan ini Facebook akan kembali menayangkan berita di linimasa Facebook Australia.
Hal itu dilakukan setelah pemerintah Australia akhirnya setuju untuk merivisi UU News Media Bergaining Code Law.
Adapun poin perubahan dalam aturan tersebut adalah pemerintah harus mempertimbangkan kesepakatan komersial antara platform digital dengan organisasi berita lokal sebelum mengeluarkan peraturan lebih lanjut.
Perusahaan teknologi juga harus diberi pemberitahuan sebulan sebelum aturan berlaku.
Poin lain juga menyebut bahwa perusahaan teknologi diberikan waktu dua bulan tambahan untuk membuat kesepakatan komersil dengan organisasi berita.
Selain itu, revisi tersebut juga mengharuskan pemerintah untuk mempertimbangkan apakah platform digital yang telah memberikan kontribusi yang signifikan terhadap industri berita Australia, juga harus membayar komisi atau tidak.
Poin ini sejatinya menimbulkan perdebatan antar politisi dan perusahaan media.
Sebab, ada kekhawatiran Facebook dan Google akan dikecualikan dari UU ini tanpa harus membayar komisi ke perusahaan media.
Dikhawatirkan, hal tersebut akan merugikan penerbit kecil dan hanya akan menguntungkan perusahaan media besar.
Dihimpun dari Reuters, bendahara Australia, Josh Frydenberg memastikan bahwa pihaknya akan memberikan waktu pada Facebook dan Google untuk mencapai kesepakatan dengan perusahaan media Australia lebih dulu sebelum memutuskan untuk penegakan aturan baru.
Poin revisi selengkapnya bisa dilihat di tautan berikut.
Selain Facebook, Google juga berinvestasi Rp 14 triliun untuk industri media selama tiga tahun ke depan.
Bulan Oktober lalu, Google mengumumkan akan membayar perusahaan media untuk membuat dan mengkruasi konten untuk Google News Showcase.
Program ini mulai digulirkan di Brazil dan Jerman dan meluas ke beberapa negara lain setelahnya.
"Model bisnis koran -yang pendapatannya didasarkan pada iklan dan langganan- telah berkembang selama lebih dari satu abad, di mana pembaca telah beralih ke sumber lain," kata CEO Google dan Alphabet, Sundar Pichai, dirangkum KompasTekno dari CNBC, Kamis (25/2/2021).
Pichai mengatakan, internet adalah perubahan terbaru dan tidak akan menjadi yang terakhir.
"Kami ingin memainkan peran kami untuk membantu jurnalisme di abd ke-21," imbuh Pichai.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Facebook Siapkan Rp 14 Triliun untuk Kerja Sama dengan Media
Mark Zuckerberg Bos Facebook Kehilangan Rp 102,6 Triliun
Facebook kini berada di ambang kerugian besar seiring dengan aksi boikot sejumlah perusahaan pengiklan.
Aksi boikot pasang iklan pada platform Facebook membuat saham raksasa media sosial tersebut anjlok.
Akhirnya, kekayaan CEO dan pendiri Facebook Mark Zuckerberg pun terkikis.
Dilansir dari Business Insider, Minggu (28/6/2020), kekayaan Mark Zuckerberg raib 7,21 miliar dollar Amerika Serikat (AS) atau setara sekira Rp 102,6 triliun (kurs Rp 14.240 per dollar AS) pada Sabtu (27/6/2020) waktu setempat.
Adapun saham Facebook merosot lebih dari 8 persen pada penutupan perdagangan Jumat (26/6/2020) waktu setempat, sebagai dampak boikot iklan di media sosial itu.
Coca-Cola adalah pengiklan teranyar yang mendukung kampanye bertajuk #StopHateforProfit yang digencarkan oleh kelompok aktivis hak asasi manusia AS.
CEO Coca-Cola James Quincey menyatakan, pihaknya akan menghentikan seluruh iklan di media sosial selama 30 hari sambil memikirkan ulang kebijakan perusahaan.
"Tidak ada tempat untuk rasisme di dunia dan tidak ada tempat untuk rasisme di media sosial," tulis Quincey dalam laman resmi Coca-Cola.
"The Coca-Cola Company akan menghentikan iklan berbayar di seluruh media sosial secara global selama setidaknya 30 hari."
"Kami akan memanfaatkan waktu ini untuk mempelajari kembali kebijakan iklan kami guna mempertimbangkan apakah revisi dibutuhkan."
"Kami juga mengharapkan akuntabilitas dan transparansi yang lebih besar dari mitra-mitra media sosial kami," imbuh Quincey.
Kampanye #StopHateforProfit diluncurkan pada 9 Juni 2020 pasca kematian George Floyd oleh petugas kepolisian Minneapolis, AS dan menimbulkan gelombang protes di seluruh dunia.
Adapun Facebook menolak untuk menghapus unggahan Presiden AS Donald Trump, yang mengancam bakal menerapkan tindakan kekerasan kepada para pengunjuk rasa.
Kampanye tersebut mendesak para pengiklan-pengiklan besar untuk memikirkan kembali belanja iklan mereka di Facebook sampai media sosial itu memiliki kebijakan yang lebih ketat.
Perusahaan besar seperti Unilever, Hershey Co, North Face, Verizon, dan lain-lain memutuskan untuk menunda atau membatalkan iklan mereka di Facebook dan platform-platform media sosial lainnya.
Iklan menyumbang hampir 100 persen pendapatan Facebook.
Adapun berdasarkan data Forbes, kekayaan Zuckerberg mencapai 79,7 miliar dollar AS atau setara sekira Rp 1.134 triliun. (Kompas.com)