Kapal Selam Nanggala Hilang
Dugaan Penyebab Kapal Selam KRI Nanggala 402 Hilang, Tumpahan Bahan Bakar Minyak Indikasi Kerusakan
Kerusakan tangki bahan bakar Kapal selam ini juga bisa menjadi indikator bagaimana kondisi kapal selam yang berada di kedalaman laut melebihi batas
Penulis: sulvi sofiana | Editor: Dyan Rekohadi
Penulis : Sulvi Sofiana , Editor : Dyan Rekohadi
SURYAMALANG.COM, SURABAYA - Penyebab atau masalah yang dialami Kapal Selam KRI Nanggala 402 tergambar dari adanya temuan tumpahan bahan bakar minyak di laut.
Adanya tumpahan bakar minyak di lokasi terakhir hilangnya KRI Nanggala 402 itu setidaknya menggambarkan adanya kerusakan pada tangki bahan bakar.
Baca juga: Mertua Komandan Kapal Selam KRI Nanggala-402 Letkol Laut (P) Heri Oktavian Harap yang Terbaik
Baca juga: Keluarga Serda Ede Pandu Yudha Kusuma di Banyuwangi Yakin Kapal Selam KRI Nanggala-402 Ditemukan
Kerusakan tangki bahan bakar Kapal selam ini juga bisa menjadi indikator bagaimana kondisi kapal selam yang berada di kedalaman laut melebihi ambang batas kemampuan kapal.
Diskripsi dugaan masalah yang ada di kapal selam KRI Nanggala 402 ini dipaparkan oleh pakar Kelautan ITS, Ir Wisnu Wardhana MSc PhD .
Wisnu mencoba menganalisa kondisi yang dialami kapal selam KRI Nanggala 402 yang hingga kini dinyatakan hilang contak.
Wisnu Wardhana menganalisa berdasarkan kondisi terakhir KRI Nanggala 402 dari keterangan resmi Dinas Penerangan Angkatan Laut (Dispenal) .
Salah satu keterangan resmi Dispenal menyebutkan dalam upaya pencarian kapal melalui pemantauan udara menggunakan helikopter, ditemukan adanya tumpahan minyak di sekitar area hilangnya KRI Nanggala-402.
Tumpahan minyak itu kemungkinan muncul karena kerusakan tangki BBM akibat tekanan air laut.
Wisnu memaparkan apa yang membuat bahan bakar minyak kapal selam tumpah.

Keluarnya bahan bakar minyak kapal selam rupanya jadi indikasi kerusakan yang bisa jadi karena faktor tekanan air dari kedalaman air yang melebihi ambang batas.
Dalam kapal selam, desain konstruksi ada yang namanya tangki pemberat (ballast tank).
Kalau kapal selam didesain tahun 1980an untuk kedalaman 380 meter.
Tapi sekarang mungkin hanya 300 meter.
Jika dipaksa (turun ke kedalaman laut) lebih dari itu, tangki pemberatnya ini seperti diremas.
Karena ada gaya hidrostatik dari air yang meremas kapal selam.
Kalau sampai ada oli dan cairan minyak di permukaan air ini Indikasi tangki pemberatnya rusak.
Jika sudah 300 meter strukturnya mulai berbunyi dan kollaps. Tangki rusak semua minyak keluar.
"Di Indonesia ini kasus yang pertama, saya pikir ini menjadi refleksi pemerintah menilai diri sendiri apa yang kurang dari (Alutsista) Indonesia. Kemungkinan pertama, prosedur operasi sudah bagus atau tidak," ujar Wisnu.
Seperti diketahui Dinas Penerangan Angkatan Laut (Dispenal) secara resmi menyampaikan informasi tertulis kapal selam KRI Nanggala-402 yang hilang kontak di perairan utara Bali, Rabu (21/4/2021), sekitar pukul 03.00 WIB.
Kapal selam KRI Nanggal 402 yang masuk dalam jajaran Komando Armada II (Koarmada II) Surabaya itu hilang kontak saat sedang melaksanakan gladi resik penembakan senjata strategis di perairan selat Bali: melaksanakan penembakan Torpedo SUT.
KRI Nanggala-402 dijadwalkan ikut dalam latihan penembakan rudal di laut Bali, Kamis (22/4/2021).
Latihan ini rencananya akan dihadiri langsung Panglima TNI dan Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Laksamana TNI Yudo Margono.
Sebelum hilang kontak, kapal buatan Jerman tahun 1977 itu telah meminta izin menyelam ke Komandan Gugus Tempur Laut II (Danguspurla II) pada pukul 03.00 WIB.
Setelah diberikan izin menyelam sesuai prosedur, kapal hilang kontak dan tidak bisa dihubungi.
"Namun setelah izin diberikan, KRI Nanggala hilang kontak dan tidak bisa dihubungi lagi," tulis keterangan tertulis tersebut.
KRI Nanggala-402 diduga sempat mengalami black out atau mati listrik sebelum hilang kontak di perairan utara Bali, Rabu (21/4/2021).
Dugaan itu berdasarkan hasil analisa sementara yang disampaikan Dispenal melalui keterangan tertulis pada Rabu malam.
"Kemungkinan saat menyelam statis terjadi black out sehingga kapal tidak terkendali dan tidak dapat dilaksanakan prosedur kedaruratan (seharusnya ada tombol darurat untuk menghembus supaya kapal bisa timbul ke permukaan).Sehingga kapal jatuh pada kedalaman 600-700 meter," demikian keterangan tertulis Dispenal.
Dalam upaya pencarian kapal melalui pemantauan udara menggunakan helikopter, ditemukan adanya tumpahan minyak di sekitar area hilangnya KRI Nanggala-402.
Tumpahan minyak itu kemungkinan muncul karena kerusakan tangki BBM akibat tekanan air laut.
Selain itu, tumpahan minyak itu bisa jadi sebagai pemberi sinyal posisi dari KRI Nanggala-402.
Selanjutnya, TNI AL langsung melakukan pencarian dengan mengerahkan KRI Raden Eddy Martadinata-313, KRI I Gusti Ngurah Rai-332, dan KRI Diponegoro-365.
Ketiga KRI itu melakukan pencarian dengan menggunakan sonar aktif di sekitar lokasi hilangnya KRI Nanggala-402 melalui metode Cordon 2.000 yrds. Hasilnya nihil.
"Pukul 07.00 WIB dilaksanakan pengamatan udara dengan helikopter ditemukan tumpahan minyak disekitar posisi menyelam," bunyi keterangan tertulis tersebut.
Kemudian pada pukul 14.00 WIB, KRI Rigel dari Jakarta dan KRI Rengat dari Satuan Ranjau turut membantu pencarian menggunakan side scan sonar.
Selain itu, petugas juga mengirimkan dua mobil chamber ke Banyuwangi dan mengirim distres International Submarine Escape and Rescue Leaison Office (ISMERLO).
Titik koordinat hilangnya KRI Nanggala-402 terdeteksi di sekitar 60 mil atau 95 kilometer dari utara Bali.
Artikel terkait KRI Nanggala dapat diikuti di SURYAMALANG.COM