Perahu Terbalik di Kedung Ombo Boyolali
Sisi Lain Waduk Kedung Ombo, Ada Makam Mengapung di Tengah Waduk yang Jadi Jujugan Wisatawan Religi
Di tengah Waduk Kedung Ombo (WKO) tepatnya di Dusun Bulu, Wonoharjo,Kemusu, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah terdapat sebuah bangunan 'makam' mengapung
SURYAMALANG.COM - Musibah perahu terbalik di Waduk Kedung Ombo Boyolali pada Sabtu (15/5/2021) siang yang memakan banyak korban jiwa menjadi sorotan nasional saat ini.
Upaya pencarian korban masih terus dilakukan mengingat baru 7 dari 9 korban yang dinyatakan hilang yang sudah ditemukan hingga Minggu (16/5/2021).
Di balik musibah perahu terbalik itu, Waduk Kedung Ombo rupanya memang menjadi tujuan kunjungan favorit masyarakat.
Bukan hanya menjadi tujuan wisatawan penikmat pemandangan alam dan kuliner, Waduk Kedung Ombo juga menjadi tujuan wisatawan religi.
Ya, selain tujuan warung apung, di tengah waduk juga terdapat petilasan makam berupa sebuah bangunan kecil mengapung di tengah Waduk Kedung Ombo.
Fakta Makam Nyi Ageng Serang
Di tengah Waduk Kedung Ombo (WKO) tepatnya di Dusun Bulu, Desa Wonoharjo, Kecamatan Kemusu, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah terdapat sebuah bangunan kecil mengapung.
Di samping kanan kiri pintu masuk utama bangunan itu terpasang dua bendera Merah Putih.
Bangunan kecil tersebut diketahui merupakan petilasan makam Nyi Ageng Serang, seorang pahlawan nasional Indonesia.
Nyi Ageng Serang bernama asli Raden Ajeng Kustiyah Wulaningsih Retno Edi.
Ia merupakan anak Pangeran Natapraja yang menguasai wilayah terpencil dari Kerajaan Mataram tepatnya di Serang yang sekarang wilayah perbatasan Sragen - Grobogan.
Letaknya yang mengapung di tengah-tengah waduk membuat makam ini menjadi destinasi wisata religi bagi wisatawan.
Petilasan makam ini selalu ramai dikunjungi wisatawan setiap Sura dan Muharram.
Mereka tidak hanya datang dari dalam, namun juga dari luar negeri, seperti Belanda.
Wisatawan yang datang ke makam terbuat dari papan kayu berukuran sekitar 12 x 8 meter tujuan utamanya adalah untuk berziarah.
Karena berada di tengah-tengah waduk, maka akses utama menuju makam tersebut harus menggunakan perahu.
Perahu ini telah disiapkan warga di bibir WKO. Perjalanan menuju makam membutuhkan waktu sekitar 30 menit.
Menurut warga yang tinggal di sekitar WKO, Harwito, akses masuk ke makam tersebut bisa melalui Sragen, Boyolali maupun Grobogan.
Alasannya, makam Nyi Ageng Serang berada di tiga wilayah tersebut.
Wisatawan yang ingin berziarah ke makam Nyi Ageng Serang dari Sragen bisa malalui Dusun Bonolayar, Sumber Lawang.
"Nyi Ageng Serang merupakan keturunan Keraton Mataram Yogyakarta. Dia dulu menyebarkan agama Islam. Berkembang di Sragen, Boyolali dan Grobogan," kata Harwito ditemui Sabtu (7/7/2018), sebagaimana dikutip dari Kompas.com dalam artikel berjudul Wisata Religi Makam Nyi Ageng Serang di Tengah Waduk Kedung Ombo.
Nyi Ageng Serang wafat sekitar tahun 1828 dan dimakamkan di kawasan tersebut.
Namun karena ada proyek pembangunan WKO, makam Nyi Ageng Serang kemudian dipindahkan ke Yogyakarta.
Makam Nyi Ageng Serang saat ini ada di Beku, Banjarharjo, Kecamtan Kalibawang, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta dan juga jadi tujuan wisata religi.
Meskipun telah dipindah masih banyak wisatawan yang datang untuk berziarah ke makam tersebut.
Tidak hanya pada siang hari, namun ada beberapa wisatawan yang datang berziarah pada waktu malam hari.
"Setiap Sura dan Muharram makam Nyi Ageng Serang ramai dikunjungi wisatawan yang ingin berziarah. Di sana mereka melakukan tirakatan dan berdoa," kata Ketua RT 027 Dusun Bonolayar, Kecamatan Sumber Lawang, Sragen.
Wisatawan yang datang berziarah tidak dipungut biaya.
Tetapi mereka memberikan uang secara suka rela kepada pemilik perahu yang telah mengantarkannya ke makam Nyi Ageng Serang.
"Sekitar dua tahun lalu ada rombongan wisatawan dari Belanda sekitar 12 orang. Mereka ingin berziarah ke makam Nyi Ageng Serang melalui Dusun Bonolayar, Sragen," kata warga lain, Nur Yanto (25).
Rombongan wisatawan dari Belanda tersebut tiba di makam Nyi Ageng Serang pada siang hari.
Mereka berada di makam tersebut sekitar dua jam.
"Wisatawan mancanegara yang ke sini rata-rata bisa berbahasa Indonesia. Jadi, tidak membuat kita merasa kesulitan ketika mengantar mereka menuju ke makam," kata Yanto.

Musibah Perahu Terbalik
Musibah perahu terbalik di Waduk Kedung Ombo Boyolali pada Sabtu (15/5/2021) siang diduga terjadi karena abai prosedur dan kelengkapan keselamatan.
Kapolres Boyolali AKBP Morry Ermond mengungkapkan nakhoda kapal atau perahu tersebut masih berusia 13 tahun.
"Nakhoda perahu inisial GH berusia 13 tahun," kata Morry saat meninjau evakuasi di waduk yang berada di Dukuh Bulu, Desa Wonoharjo, Kecamatan Kemusu, Sabtu (15/5/2021).
"Ini nakhodanya masih dalam pemeriksaan," tambahnya.
Dari keterangan GH diketahui kronologis kejadian.
Saat kejadian itu, GH hendak mengantar 20 orang penumpangnya menuju warung makan apung yang berjarak 50 meter dari daratan.
Sekira pukul 11.00 WIB, perahu sudah mendekati warung makan apung, namun ada seorang penumpang yang tiba-tiba berjalan ke geladak depan.
"Ada penumpang yang mau foto selfie di bagian geladak depan, sehingga perahu oleng ke kanan dan terbalik," ucap Morry.
Nahas, saat kejadian itu, Morry mengungkapkan alat keselamatan belum terpasang di tubuh para penumpang.
"Setiap operator sebenarnya harus memiliki pelampung. Saat kejadian tidak menggunakan alat keselamatan," ungkapnya.
Proses pencarian dan penyelamatan langsung dilakukan setelah kejadian perahu terbalik di waduk Kedung Ombo Boyolali, Sabtu (15/5/2021).
Proses pencarian korban hilang dilakukan oleh tim dari Basarnas Pos Surakarta, Polair Polda Jateng, BPBD Boyolali hingga relawan lainnya.
Kerja keras evakuasi dilakukan menjelang sore sekira pukul 16.00 WIB hingga kini pukul 19.22 WIB masih dilakukan, Sabtu (15/5/2021).
Sepanjang hari Sabtu, hingga malam hari, total korban perahu terbalik yang sudah berhasil dievakuasi di Waduk Kedung Ombo Boyolali sebanyak 6 orang dan Minggu (16/5/2021) pagi kembali ditemukan satu korban.
Tiga orang dari 9 wisatawan yang hilang pasca perahu terbalik di Waduk Kedung Ombo Boyolali ditemukan dalam kondisi meninggal dunia, Sabtu (15/5/2021) sore.
Dari pengamatan TribunSolo.com di lapangan, jenazah korban tenggelam tersebut dua anak-anak atau balita, 1 orang dewasa.
Adapun jaraknya penemuan korban sekira 50 meter dari lokasi kejadian di perairan Dukuh Bulu, Desa Wonoharjo, Kecamatan Kemusu.
Ketiga korban ditemukan oleh petugas gabungan sekitar pukul 17.20 WIB atau menjelang Magrib.
Saat itu sejumlah jenazah itu dimasukkan dalam kantong mayat dan dibawa dengan tiga ambulans.
"Dibawa ke RSUD Waras Wiris Andong Boyolali," kata petugas di lapangan.
Berikutnya, beberapa menit ditemukan kembali 3 korban tenggelam dalam keadaan meninggal dunia.
Yakni pada menit ke 18.22 WIB adalah seorang anak kecil yakni korban ke-4 yang berhasil dievakuasi.
Kemudian pada menit ke 18.38 ada korban ke-5 dan pukul 18.45 WIB yakni korban ke-6.
Daftar 20 Penumpang
Jumlah penumpang di dalam perahu yang terbalik di Waduk Kedung Ombo Boyolali ternyata 20 orang.
Insiden tersebut tepatnya terjadi di Dukuh Bulu, Desa Wonoharjo, Kecamatan Kemusu pada Sabtu (15/5/2021) siang.
Diketahui pemilik perahu adalah Kardiyo dan dikemudikan oleh Galih.
Seorang saksi mata, Tinuk menjelaskan, insiden tersebut bermula ketika kapal sudah akan mendekati warung, para penumpang berswafoto di kapal.
"Posisi penumpang saat berswafoto banyak yang ada di depan kapal sehingga air mulai masuk dan kapalnya terbalik," paparnya.
Berikut daftar 20 orang penumpang :
1. Siti Mukaromah
2. Wilda
3. Alya
4. Mustakim
5. Suswanti
6. Laras
7. Niken Safitri
8. Supriyadi
9. Andre
10. Khoirunisa
11. Rifki Edi
12. Tituk Mulyani
13. Andi
14. Adi
15. Tinuk
16. Ana
17. Zamzam
18. Jalal
19. Jalil
20. Desti
Artikel ini telah tayang di TribunSolo.com dengan judul Fakta Waduk Kedung Ombo: Ternyata Ada Sebuah Makam Mengapung di Tengah Waduk, Makam Siapa?