Kisah Black Widow dari Jepang, Chisako Kakehi Pacaran dengan 14 Pria dan Bunuh 3 Suami
Chisako Kakehi (74) mendapat julukan Black Widow dari Jepang terkait pembunuhan terhadap tiga suaminya yang berusia di atas 70 tahun.
SURYAMALANG.COM - Chisako Kakehi (74) mendapat julukan Black Widow dari Jepang terkait pembunuhan terhadap tiga suaminya yang berusia di atas 70 tahun.
Dalam sidang tahun 2017, pengadilan memvonis Chisako Kakehi hukuman mati dengan cara digantung terkait pembunuhan tiga pria tersebut.
Pengadilan tinggi menolak banding dari pembunuh berantai ini pada tahun 2019.
Chisako Kakehi membunuh tiga suami antara tahun 2007 sampai 2013.
Dia membunuh suaminya dengan obat kapsul yang telah dicampur sianida.
Media menganalogikan wanita ini dengan laba-laba yang meracuni pasangannya setelah hubungan intim.
Suratkabar The Straits Times melaporkan Chisako Kakehi terlahir sebagai Chisako Yamamoto pada 28 November 1946.
Dia tumbuh dalam keluarga kelas menengah di Kota Kitakyushu, Fukuoka, tempat ayahnya bekerja di pabrik baja.
Dia dilaporkan memiliki nilai sekolah yang bagus.
Tapi, dia harus mengubur mimpinya untuk kuliah lantaran ayahnya yang sangat konvensional dan tradisional yang menganggap perempuan tidak pantas mempunyai tendidikan tinggi.
Chisako muda bekerja sebagai teller bank dari tahun 1965.
Namun dia berhenti ketika menikah dengan suami pertamanya pada tahun 1969.
Suaminya bekerja sebagai seorang sopir truk yang berbasis di Osaka.
Belakangan suaminya menjadi pengusaha sukses dengan perusahaan garmenya.
Saat di perusahaan ini, Chisako mengenal sianida dalam pembuatan garmen printing.
Suaminya meninggal tahun 1994 dalam usia 54 tahun, tepat pada malam dia keluar dari rumah sakit setelah sembuh dari serangan jantung.
Chisako Kakehi mencoba untuk mempertahankan perusahaannya.
Tetapi dia bangkrut pada tahun 2003.
Setahun kemudian, dia menikah dengan penduduk asli Gunma yang menjadi manajer di grosir farmasi.
Suaminya pun meninggal karena stroke pada tahun 2006, dalam usia 69 tahun.
Dia menikah dengan pengelola koperasi pertanian bernama Toshiaki Yamamoto (75) pada Februari 2008.
Suaminya juga meninggal tiga bulan kemudian karena serangan jantung.
Setelah dia ditahan tahun 2014, kecurigaan atas kematian tiga suaminya bermunculan namun tidak mungkin dibuktikan karena mayatnya telah dikremasi.
Namun sepak terjang Chisako Kakehi terhenti sewaktu kepolisian menahannya tahun 2014.
Dia didakwa dengan tiga tuduhan pembunuhan, termasuk suaminya, Isao Kakehi (75), dan satu percobaan pembunuhan.
Seperti dilaporkan The Straits Times, Chisako bertunangan dengan Toshiaki Suehiro, mantan pejabat prefektur dari Kobe, pada tahun 2007.
Pada tahun itu juga, tunanganya pingsan di tengah jalan yang padat.
Suehiro terpaksa menggunakan alat bantu hidup sampai meninggal akibat kanker pada 2009.
Penyelidik polisi menemukan jejak sianida dalam sampel darah Suehiro yang disimpan oleh rumah sakit.
Kakehi bertunangan dengan Masanori Honda (71) pada September 2011.
Enam bulan kemudian, dia meninggal karena aritmia, atau detak jantung yang tidak normal, saat mengendarai sepeda motornya.
Chisako juga menemui pensiunan arsitek Minoru Hioki (75), yang kondisinya memburuk setelah mereka makan malam pada 20 September 2013.
Awalnya penyebab kematian diduga karena kanker paru-paru.
Beberapa minggu kemudian, Chisako menikah dengan Kakehi, suami keempatnya, yang meninggal pada 28 Desember 2013.
The Straits Times mengutip Kyodo News yang menyebutkan bahwa dalam persidangan, seorang pria berusia 80 tahun mengaku sedang bersama Chisako Kakehi saat suaminya meninggal.
"Istri saya meninggal dan hidup sendiri itu sulit. Jadi saya ingin hidup bersama (dengan Kakehi)," katanya.
Dari sejumlah laporan, Kakehi secara keseluruhan terlibat dalam percintaan dengan 7-14 pria, termasuk suami pertamanya, yang meninggal pada tahun 1994.
Kematian sejumlah pria yang berhubungan dengannya berlanjut selama selama dua dekade hingga dia ditangkap November 2014, hampir setahun setelah suaminya, Kakehi, meninggal.
Saat itu Chisako Kakehi sudah kembali berkeliaran dan berhubungan dengan dua pria, yang telah diperingatkan oleh polisi untuk putus dengannya.
Chisako Kakehi mengubah-ubah penampilannya dan menggunakan nama keluarga keempat suaminya dan iparnya saat membuka puluhan rekening bank.
Menurut hitungan resmi, Chisako Kakehi mengantongi sekitar satu miliar yen (sekitar Rp 131 miliar) dari pembayaran asuransi dan warisan. Namun kekayaannya ini ludes karena ia bermain saham.
Untuk memancing calon mangsanya, Chisako Kakehi mendaftar ke setidaknya 10 agen biro jodoh yang berbeda di berbagai prefektur.
Dia mengincar calon pasangannya harus tidak memiliki anak, tua, memiliki tempat sendiri dan kaya.
Dia tidak keberatan jika calon pasangannya itu memiliki masalah kesehatan.
Saat bertemu para pria, dia menyalakan pesonanya, membuat mereka jatuh cinta padanya dan akhirnya menjadikannya satu-satunya penerima manfaat dari aset mereka.
Dia, misalnya, mengatakan kepada Pak Kakehi: "Saya akan tinggal bersama Anda selama sisa hidup saya".
Profiler kriminal Enzo Yaksic mengatakan: "Black Widow adalah salah satu yang paling berbahaya dari sub-tipe pelaku pembunuhan berantai karena taktik yang dia gunakan saat mengaburkan hati dan pikiran korbannya sebelum meracuni tubuh mereka dan melenyapkannya".
"Black Widow harus melanjutkan sandiwaranya tanpa henti selama berbulan-bulan dan seringkali bertahun-tahun sebelum dapat menyelesaikan rencananya yang dibuat dengan cermat," ujar Yaksic yang juga Direktur Atypical Homicide Research Group di Boston's Northeastern University, seperti dikutip dari The Straits Times pada 13 Novemer 2017.
Kejahatan Kakehi, tambahnya, dibantu oleh teknologi kencan modern, yang memungkinkan dia untuk "memudahkannya mencari korban yang potensial sesuai dengan preferensinya untuk pria kaya yang lanjut usia dan terisolasi".
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul INI Cara Wanita “Black Widow” Jepang Memberi Umpan dan Membunuh Mangsanya, https://www.tribunnews.com/internasional/2021/06/30/ini-cara-wanita-black-widow-jepang-memberi-umpan-dan-membunuh-mangsanya?page=all