Berita Arema Hari Ini
Blak-blakan Bareng Diego Michiels : Mulai dari Belajar Bahasa Jawa, Bakso Malang Hingga Kapten Arema
Blak-blakan Bareng Diego Michiels : Mulai dari Belajar Bahasa Jawa, Bakso Malang Hingga Kapten Arema
SURYAMALANG.COM, MALANG - Berikut ini SURYAMALANG.COM rangkumkan pernyataan blak-blakan Diego Michiels tentang banyak hal.
Bek Arema FC ini bicara soal masa kecilnya, kehidupannya di Belanda, keinginan orang tua, bahasa Jawa, bakso, hingga klub favoritnya.
Seperti diketahui, Diego Michiels bisa dibilang rekrutan pemain lokal Arema FC yang paling prestisius di musim ini.
Diego Michiels datang sebagai pemain naturalisasi berlabel Timnas Indonesia.
Diego Michiels direkrut Singo Edan dari Borneo FC.
1. Klub Favorit
Diego Michiels mengidolakan klub Go Ahead Eagles.
Go Ahead Eagles merupakan mantan klubnya saat junior hingga senior, sebelum akhirnya ia memilih berkarir di Indonesia dan menjadi pemain naturalisasi.
"Klub favorit saya sejak kecil itu Go Ahead Eagles."
"Ini klub saya di kota kelahiran saya di Belanda."
"Saya mulai SSB profesional sampai senior main disitu," kata Diego Michiels saat melakukan sesi tanya jawab di YouTube Arema FC, Senin (2/8/2021).
Diego tercatat memperkuat Go Ahead Eagles sejak 2007-2009 (junior), hingga masuk ke klub senior pada 2009-2011.
"Itu memang klub yang ada dalam hati saya."
"Dari kecil saya datang untuk nonton, punya mimpi ingin bisa main di situ."
"Akhirnya saya bisa masuk SSB profesional dan bisa main sampai di tim seniornya."
"Dulu saya tidak punya mimpi main di Barcelona atau klub lain, hanya ingin main di situ dan terwujud," jelasnya.
Go Ahead Eagles adalah klub sepak bola yang berasal dari Deventer Belanda. Saat ini bermain di Eerste Divisie.
Klub ini telah menghasilkan sejumlah pemain penting selama beberapa tahun terakhir, seperti Bart Verheul, Raimond van der Gouw, Rene Eijkelkamp, Marc Overmars, Paul Bosvelt, Jan Kromkamp, Victor Sikora, Bert van Marwijk dan Demy de Zeeuw, Joey Suk dan Diego Michiels.
2. Tinggalkan Muay Thai Demi Sepak Bola
Orang tua Diego Michiels mendorongnya untuk menjadi atlet Muay Thai.
Kisah ini disampaikan Diego Michiels melalui YouTube Arema FC.
Diego Michiels menceritakan bagaimana karirnya sebelum menjadi pemain profesional.
Pemain yang lahir di Belanda ini menceritakan bagaimana dia masih memiliki darah Indonesia.
Hal ini juga yang menjadi alasan dirinya bisa masuk Timnas Indonesia melalui proses naturalisasi.
"Lahir di Belanda, kota Deventer terbesar di sana, terus dari umur 20 saya pindah ke Indonesia."
"Tapi bapak saya orang Indonesia, Ibu saya orang Belanda," kata Diego.
"Di Indonesia lama tinggal di Samarinda, Oma saya dari Maluku, Opa dari Jakarta," sambungnya.
Baru pertama kali tinggal di Indonesia, Diego mengaku Belanda dan Indonesia memiliki budaya yang berbeda.
Ini yang membuatnya harus beradaptasi kembali dengan budaya baru.
"Awalnya ya kayaknya beda dunia sekali, Eropa sama Indonesia. Soalnya beda sekali culture-nya."
"Akhirnya saya senang sekali di Indonesia, awalnya memang agak sulit, kita harus adaptasi semuanya, tapi akhirnya saya senang sekali disini," ungkapnya.
Diego menceritakan sebelum menjadi pemain sepak bola dia diarahkan oleh orang tuanya untuk berlatih Muay Thai.
Merasa kurang cocok, dia akhirnya memilih bergabung dengan Sekolah Sepak Bola (SSB).
"Dulu saya masih kecil dibawa sama ibu, tapi ke tempat Muay Thai, Ibu pengen saya Muay Thai."
"Terus saya pernah beberapa kali ikut latihan tapi sering di perumahan kita di Belanda, kita sering main bola di pinggir jalan gitu segala macem," jelasnya.
"Akhirnya saya ke salah satu SSB di kota saya, saya daftarkan sendiri. Saya masih muda sekali umur 4 atau berapa," tambahnya.
Pindah ke Indonesia pada umur 20, Diego Michiels menjelaskan pengalamannya bermain di sepak bola nasional.
"Awalnya saya masuk di Pelita Jaya, setelah itu saya pindah ke Persija, tapi Persija IPL. Waktu itu ada dualisme."
"Setelah itu saya ke Sriwijaya, abis Sriwijaya ke Mitra Kukar, Mitra Kukar ke Borneo FC. Akhirnya sekarang di Arema," ujarnya.
Diego juga mengungkapkan jika dia datang ke Indonesia untuk fokus menjadi pemain sepak bola.
Dia menegaskan jika umurnya saat itu sudah ideal masuk ke tim senior.
Sehingga dia ingin memulai karir sebagai pemain profesional.
"Soalnya sebelum saya ke Indonesia, saya memang dari SSB profesional umur 12, saya dari U-12 sampai masuk ke senior."
"Sudah umur 18 atau 19 sudah pemain inti di senior sana," terangnya.
3. Kapten Arema FC
Diego Michiels bicara blak-blakan tentang sosok yang layak menyandang status kapten di Arema FC.
Datang dengan predikat label Timnas Indonesia, Diego Michiels mengaku tidak kepikiran untuk menjadi kapten di Arema FC.
Sebelum hijrah ke kandang Singo Edan, Diego Michiels adalah kapten Borneo FC di musim sebelumnya.
Saat ngobrol dengan wartawan SURYAMALANG.COM, Diego Michiels menyampaikan, bahwa menjadi kapten untuk Arema FC tidak pernah berkelindan dalam angan-angannya.
"Saya tidak berpikir ke situ (jadi kapten Arema FC)," kata Diego Michiels pada SURYAMALANG.COM, Rabu (28/7/2021).
Pemain naturalisasi asal Belanda itu mengaku, ia tak ada keinginan jadi kapten di Arema FC.
Pasalnya, di kandang Singo Edan ada banyak pemain yang lebih senior dan layak jadi kapten, seperti Johan Ahmat Farizi atau John Alfarizi dan Dendi Santoso.
"Di sini banyak pemain yang lebih senior dibanding saya."
"Ada John Alfarizi dan Dendi Santoso."
"Mereka kapten yang hebat dan juga senior di tim ini."
"Kalau saya yang penting bermain bagus dan kontribusi untuk tim saja," jelasnya.
4. Target Bisa Bahasa Jawa
Diego Michiels pun buka-bukaan tentang kendala yang dihadapinya di tim Arema FC.
Ia menyebut masih kesulitan memahami bahasa Jawa, yang kini menjadi bahasa sehari-hari para pemain Arema.
Meski sudah bisa berbahasa Indonesia, mantan pemain Borneo FC itu kesulitan jika rekan-rekannya berkomunikasi menggunakan bahasa Jawa.
"Bahasa Jawa susah juga, ini kan pertama kali saya tinggal di Jawa, kalau di tim mereka pakai bahasa Jawa , ya saya bingung," ujar Diego seperti dikutip dari YouTube Arema FC Official TV.
Walau masih kesulitan berbahasa Jawa, ia tidak melihatnya sebagai masalah besar.
Hanya saja dia jadi pasif ketika para pemain Arema menggunakan bahasa Jawa.
"Seperti di grup WA, teman-teman pakai bahasa Jawa , bingung juga lihatnya ," ungkapnya sambil tertawa.
Pemain naturalisasi itu pun bertekad untuk secepatnya belajar bahasa Jawa.
"Tapi gak papa, masih belajar, saya biasanya kalau mau belajar bahasa bisa cepat bisa, mungkin tahun depan sudah bisa," tambahnya.
5. Bakso Bakar
Diego Michiels sangat akrab dengan winger senior sekaligus kapten kedua Arema FC, Dendi Santoso.
Diego menganggap Dendi Santoso sebagai sahabat sekaligus kakaknya.
"Kami sudah kenal lama, dan sering ketemu."
"Dia pernah bilang bahwa kalau butuh bantuan suruh bilang ke dia," kata Diego Michiels dalam Youtube Chanel Arema FC, Senin (2/8/2021).
Diego kerap bicara dengan Dendi soal sepak bola dan kuliner.
Akhirnya pemain naturalisasi asal Belanda itu jatuh hati pada bakso bakar khas Malang.
"Awalnya saya diajak Mas Dendi dan disuruh mencoba."
"Saya sering makan bakso sudah sering, tapi saya belum pernah mencoba bakso bakar."
"Setelah coba, ternyata enak sekali," jelasnya.
Berita terkait Arema dan Diego Michiels