Wawancara Eksklusif
Langkah Marhaen Djumadi Jalankan Amanah Sebagai Plt Bupati Nganjuk di Tengah Pandemi Covid-19 (1/2)
Pemimpin Redaksi Harian Surya, Febby Mahendra Putra berkesempatan melakukan silaturahmi dan ngobrol bersama Plt Bupati Nganjuk Kang Marhaen Djumadi
Penulis: Ahmad Amru Muiz | Editor: isy
Berita Nganjuk Hari Ini
Reporter: Ahmad Amru Muiz
Editor: Irwan Sy (ISY)
SURYAMALANG.COM | NGANJUK - Pandemi Covid-19 yang terjadi sekarang ini menjadi ujian berat bagi siapa saja seorang pemimpin.
Demikian halnya yang dirasakan H Marhaen Djumadi yang ditunjuk Menteri Dalam Negeri melalui Gubernur Jawa Timur untuk menjadi Plt Bupati Nganjuk.
Ini setelah Bupati Nganjuk H Novi Rahman Hidhayat tersandung kasus dugaan korupsi jual beli jabatan di lingkup Pemkab Nganjuk.
Direktur Pemberitaan Tribunnetwork yang juga Pemimpin Redaksi Harian Surya, Febby Mahendra Putra berkesempatan melakukan silaturahmi dan ngobrol bersama Marhaen Djumadi dengan panggilan akrabnya Kang Marhaen tersebut di ruang kantor Pendopo Pemkab Nganjuk, Jumat (20/8/2021).
Simak wawancara eksklusif Surya dengan Kang Marhaen berikut ini;
Surya: Saat Kang Marhaen mendapatkan amanah sebagai Kepala Daerah yang kebetulan dalam kondisi Pandemi Covid-19, bahkan saat ini memasuki Second Wave, Apa yang anda rasakan ketika Nganjuk sempat level 4 dan sekarang level 3?
Kang Marhaen: Memang saya dapat tugas Plt Bupati itu tanggal 12 Mei 2021 tentunya cukup banyak tantangan.
Tapi kita ini aktivis organisasi sehingga pola pikir sama, yaitu apapun keadaanya Tuhan akan memberikan hikmah pada kita.
Banyak hikmah yang didapatkan di pandemi, yakni satu kaitan dengan masalah kesehatan, masalah sosial, dan masalah ekonomi dan itu selalu menjadi titik beratnya.
Untuk masalah kesehatan, kita pernah menghitung awal PPKM scond wave awal pertama tanggal 12 sampai 20 juli 2021, total selama delapan hari kurang lebih ada penambahan kasus mencapai 2.900 dan itu luar biasa penambahannya.
Untuk itu, penanganan harus betul-betul taktis dan strategis sehingga disiapkan beberapa strategis termasuk memberikan pemahaman dan penyadaran pada masyarakat.
Kebetulan kita mantan penyitas, dan gelombang kedua varian baru jenis delta itu cepat sekali, dan itu dimulai dari hari lebaran.
Di Indonesia atau Nganjuk khususnya setiap hari besar nasional selesai maka setelah hari besar kurang lebih 2 minggu pasti kasus covid-19 naik.
Itu karena mobilitas masyarakat dan kesadaran yang kurang.
Kalau di pendidikan sudah 4 semester sekarang ini anak tidak belajar sehingga ada kejenuhan, ada kepanikan, dan cenderung masyarakat abai.
Itu menjadi tantangan disisi kesehatan.
Bagaimana kita memberi penyadaran pada masyarakat akan pentingnya prokes terus dilakukan.
Covid itu itu ciptaan Tuhan YME, makanya prinsip kita tidak boleh melawan menurut saya.
Kita harus berdampingan dengan covid, kita harus bersahabat dengan covid, yang paling penting bagaimana membangun sebuah kebiasaan baru, adaptasi kebiasaan baru ini yang penting dilakukan.
Surya: Dari sudut ekonomi?
Kang Marhaen: Tatkala di level 4 alhamdulillah tahun lalu kita berada di ranking 29 pertumbuhan ekonomi di Jawa Timur dengan kondisi pertumbuhan ekonomi minus 1,7 persen.
Alhamdulillah itu baik masih bisa dikendalikan meski di golongan bawah.
Strategi Pemerintah yang kita lakukan dengan memberikan stimulus pada pertumbuhan ekonomi dengan segera eksekusi program-programnya.
Maka dari itu program-program ekonomi dan proyek-proyek harus segera di eksekusi.
Itu cara bagaimana untuk merangsang pertumbuhan ekonomi tersebut.
Alhamdulillah di kwartal pertama tahun ini Kabupaten Nganjuk pertumuhan ekonomi menjadi plus 1,19 persen.
Ini dikarenakan hampir semua Kabupaten/Kota kondisi pertumbuhan ekonomi sebelumnya negatif dan tidak ada yang positif.
Pemikian kita bagaimana menata ekonomi di Nganjuk bisa tumbuh, dan salah satunya dengan gerakan teplekan Wong Nganjuk Peduli Dampak Covid-19.
Gerakan Teplekan itu memberi manfaat baik dari sisi sosial dan sisi ekonomi di mana uang teplekan itu setelah diuangkan nlainya mencapai Rp 1,2 miliar dan itu murni dari warga.
Uang teplekan harus disalurkan dan diberikan dalam bentuk barang atau mungkin berupa sembako.
Dan pengadaannya tidak boleh beli dari toko besar besar seperti dari grosir atau bulog dan swalayan.
Tetapi pengadan barang harus dibeli dari toko kecil kelontong milik masyarakat, sehingga ekonomi rakyat kecil bisa mulai di gerakkan dari manfaat gerakan Teplekan tersebut.
Apalagi di Kabupaten Nganjuk dari PDRB sumbangan sektor pertanian capai 31 persen, sehingga daerah dengan basik pertanian maka pertumbuhan ekonominya bisa terkendali dan nganjuk diuntungkan dari itu.
Surya: Kang Marhaen, pernah jadi penyintas covid-19. Bisa cerita apa yang Kang Marhaen rasakan dan alami ketika menderita terpapar covid-19? Sehingga orang makin yakin covid-19 itu bukan cerita kaleng-kaleng atau cerita kosong.
Kang Marhaen: Begini, mulai bulan Desember 2020 dan memasuki bulan januari 2021 hingga Februari perkembangan covid-19 di Kabupaten Nganjuk cukup banyak.
Waktu itu, tapi jangan ditiru apa yang saya lakukan ya. saya sebagai salah satu pemimpin di Nganjuk memikirkan rakyat tiap hari, apalagi yang namanya mobil Ambulance berseliweran di depan mata.
Dan waktu itu saya juga tidak tahu seperti reflek saja bedoa, Ya Alloh, tolong jangan rakyat saya yang sakit (kang marhaen teringat dan terharu dengan meneteskan air mata,red) biar saya saja yang sakit.
Sehabis sholat Maghrib saya doa seperti itu, memang saya sebagai pemimpin saya tidak boleh senang, saya harus merasakan apa yang dirasakan oleh rakyat saya.
Maka manakala rakyat saya pertambahan covid yang banyak itu, saya berdoa itu, baru sasdar dan kembali berdoa, ya Alloh kok saya berdoa seperti itu.
Dan Alhamdulillah doa saya itu terkabulkan dan saya kena cvoid-19 beserta isteri dan dua anak saya sehingga empat orang keluarga terkena covid.
Memang saya sakit covid-19, tapi anak dan isteri OTG (orang tanpa gejala). Kalau saya punya komorbid darah tinggi, gula tinggi, kolesterol.
Saya dirawat di RSUD Kertosono kurang lebih 7 hari, kemudian sempat drop dan dibawa ke RSUD Dr Soetomo Surabaya.
Waktu sakit itu merasakan nafas sesak, gula darah tinggi, tensi tinggi.
Setiap hari mendapatkan suntik 5 kali, dapat vitamin, kemudian menerima donor plasma konvalesen hingga dua kali.
Ada semacam pikiran saya, Ya Alloh yang namanya sakit seperti ini seolah sudah berhadapan dengan Alloh.
Saya merasakan yang namanya pangkat dan jabatan serta uang banyak serasa tidak dibutuhkan.
Itu yang saya alami dan terus berdoa, Ya Alloh sembuhkan saya.
Dan Alhamdulillah setelah delapan hari dirawat meski sempat drop bisa sembuh.
Makanya saya selalu katakan pada masyarakat Nganjuk, Kalau kita punya komorbid luar biasa.
Pengalaman saya betul diperhatikan yang namanya sehat itu mahal, oksigen selama ini hidup gratis ternyata mahal saat sakit covid-19.
Untuk itu saya selalu ajak 'Ayo prokes'.
Apalagi gelombang kedua dengan varian delta itu cukup cepat sekali.
Terlebih sekarang ini anak muda bisa sakit tiga empat hari hingga bisa meninggal.
Makaya selalu hati-hati, pesan pak Presiden memang harus selalu hati-hati.
Alhamdulillah berkat kerjasama forpimda kompak mulai kapolres, dandim, kajari, Ketua PN, ketua DPRR dalam penanganan covid-19 selalu kompak. kita harus satu kompak dan skema harus tepat.
Surya: Sebagai penyintas covid-19, Apakah Kang Marhaen juga tertarik menjadi pendonor plasma konvalesen?.
Kang Marhaen: Iya, saya sudah menjadi pendonor plasma konvalesen.
Saya selamat menerima donor, sekarang menyelamatkan dengan sebagai pendonor plasma konvalesen.
Dalam kondisi pandemi kita harus peduli dan empati pada orang lain, menumbuhkan gotong royong, termasuk dalam rangka ekonomi, gerakkan membeli produk makanan dari tetangga, saya akan selalu bersama masyaraakat yang selama empat semester tidak gajian.
Alhamdulillah ASN dan semuanya kompak dalam gerakan teplekan, termasuk masyarakat komunitas dan ormas di Nganjuk karena itu program bersama.
Surya: Sedikit ke soal lain Kang Marhaen, ada data menarik di Nganjuk sampai bulan november 2020 angka perceraian mencapai 1.674 dengn estimasi setiap bulan ada 215 orang cerai. kemungkinan besar karena faktor ekonomi. Bagaimana merespon kondisi tersebut?
Kang Marhaen: Memang, perceraian itu kebetulan saya ditugasi Bupati Nganjuk Mas Novi untuk penyelesai perceraian di ASN (aparatur sipil negara/PNS).
Di ASN cenderung perceraian dari guru, dan rata-rata penggugatnya perempuan, termasuk di masyarakat umum juga.
Saya diskusi dengan ketua Pengadilan Agama, Kemenag pengadilan perceraian.
Angka perceraian di Nganjuk cukup tinggi dan itu betul karena faktor ekonomi yang utama.
Dan itu yang menjadi tantangan kita sehingga bagaimana kita bisa mensejahterakan masyarakat termasuk di Nganjuk dan itu PR kita.
Dari data kurang lebih ada 67 persen perceraian yang menggugat wanita, sehingga pemberdayaan gender kita memang berhasil, tapi itu ada dari sisi negatif juga.
Misalnya guru karena sertifikasi, Pemerintah juga harus hati-hati juga tatkala guru perempuan punya bergaining power yang tinggi maka sebagai pria bisa diintervensi.
Kita harus hati-hati juga soal itu.