Berita Malang Hari Ini

3 Sosok Wisudawan Terbaik Universitas Brawijaya (UB), IPK Nyaris Sempurna

Universitas Brawijaya (UB) menggelar wisuda periode XIII TA 2020/2021 secara daring pada Sabtu (25/9/2021).

Editor: Zainuddin
Wisudawan terbaik Universitas Brawijaya (UB) dalam wisuda periode XIII TA 2020/2021. 

SURYAMALANG.COM, MALANG - Universitas Brawijaya (UB) menggelar wisuda periode XIII TA 2020/2021 secara daring pada Sabtu (25/9/2021).

Wisuda ini meluluskan 1096 mahasiswa dari strata Sarjana, Pascasarjana, dan Vokasi.

Ada tiga orang yang memiliki Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) di atas 3,95 untuk strata sarjana.

Dalam rilis yang diterima SURYAMALANG.COM, tiga wisudawan itu adalah Bonifatius Ariel Anggoro, Atiqoh Ishlah Syauqiyyah, dan Dennis Koresy.

Bonifatius Ariel Anggoro dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) lulus dengan IPK 3,98 dan masa studi 3 tahun 11 bulan.

Capaian ini membuat Bonifatius menjadi perwakilan wisudawan terbaik dari fakultasnya.

Dia memperoleh Sertifikasi Profesi sebagai Manajemen Risiko Tingkat Madya (Certified Risk Associate) dari Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP) pada tahun 2020.

Boni juga berhasil menjadi Mahasiswa Berprestasi (Mawapres) tingkat Fakultas pada tahun yang sama.

Menurut mahasiswa program studi Ekonomi, Keuangan dan Perbankan ini hal tersebut tak terlepas dari prinsip hidupnya untuk bekerja keras, berdedikasi dan memberikan pelayanan yang dilakukan dibidang akademik maupun non akademik.

Di bidang akademik, dia telah membuktikan nilai akademis yang terjaga bahkan mendekati sempurna.

Sedangkan di bidang non akademik, dia membuktikan dengan aktif pada kegiatan organisasi di dalam maupun d luar kampus.

Organisasi itu diantaranya Komunitas Generasi Baru Indonesia Malang (Komunitas Penerima Beasiswa dari Bank Indonesia), dan Laboratorium Perbankan FEB UB.

Atiqoh Ishlah Syauqiyyah adalah wisudawan dari Fakultas Ilmu Budaya.

Dia sudah membulatkan tekad untuk mendapat beasiswa sejak menjadi mahasiswa UB.

"Target saya adalah mempunyai IPK di atas 3,5," kata Atiwoh.

Dia menarget memperoleh nilai paling minim yakni B sejak semester satu.

Dia juga menempa diri dengan mengikuti Unit Kegiatan Mahasiswa yang mendukung kebutuhan akademisnya, yaitu Forum Penelitian dan Penulisan (Fonetik) FIB.

Atiwoh sudah tertarik mengikuti dunia penulisan karya ilmiah seperti Program Kreativitas Mahasiswa (PKM), Rektor Cup sejak awal masuk UB.

Dia memenangkan Bronze Medal bersama tim pada ajang karya tulis internasional yakni International Invention and Innovative Competition tahun 2019.

Dia mendapat dua jenis beasiswa, yakni PPA dan Bakti BCA periode 2019/2020.

Atiqoh mendapat beasiswa PPA dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Riset dan Pendidikan Tinggi selama dua periode.

Beasiswa ini sangat membantunya membiayai kuliah.

Sang ayah pensiun dini dari pegawai PT Pos Indonesia saat Atiqoh awal kuliah.

Uang pesangon sang ayah hanya cukup untuk membantu biaya kos.

Atiqoh menggunakan beasiswa untuk uang bulanan di Malang.

DiIa merasakan keuntungan mendapatkan beasiswa bukan hanya secara finansial tapi juga pengembangan diri.

Karena lembaga pendonor biasanya memberikan pelatihan soft skill bagi penerima beasiswa.

Selain itu jejaring pun bertambah dari luar universitas.

Sementara itu,
Dennis Koresy meraih gelar dokter dengan IPK 3,96 dan masa studi program profesi 2 tahun 6 bulan.

Sebagai mahasiswa prodi Pendidikan Dokter, IPK bagus baginya merupakan bonus.

Karena ada proses yang lebih besar porsinya yakni pembelajaran.

"Proses bagi saya lebih kepada pemahaman terhadap konsep sehingga ketika berhadapan dengan kasus pasien,” baginya.

Di musim pandemi ini memang terasa ada perubahan yang signifikan selama program profesi.

Kontak dengan pasien-pasien di RS selama pandemi sangat jauh berkurang dibanding sebelum pandemi.

Pembelajaran secara luring harus dipraktekkan ketika kontak dengan pasien.

Namun tetap ada bimbingan fakultas untuk mempelajari keahlian kedokteran yang tidak bisa dilakukan secara daring.

Harapannya agar mahasiswa tidak ketinggalan dengan perkembangan keilmuan.

Selama menjadi mahasiswa, Dennis tidak hanya fokus mengikuti perkuliahan.

Ia juga mengasah keilmuannya dengan mengikuti perlombaan dibidang kedokteran.

Seperti menjadi delegasi FK UB dilomba anatomi GIMSCO (Gadjah Mada Indonesian Medical Science Olympiade) tahun 2017 dan lomba hematologi CMU IMC (Chiang Mai University – International Medical Challenge) tahun 2018.

Sumber: Surya Malang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved