Berita Malang Hari Ini

Seminar FKIK UIN Malang, Rektor Sebut Dokter Ulul Albab Ada Tiga Kompetensi

Dikatakan, KKI adalah badan independen dibawah Presiden diberi kewenangan dalam penyelenggaraan praktik kedokteran di Indonesia.

Penulis: Sylvianita Widyawati | Editor: rahadian bagus priambodo
Rektor UIN Malang, Prof Dr Zainuddin MA saat memberikan sambutan dalam seminar di FKIK di kampus III UIN, Rabu (29/12/2021). 

SURYAMALANG.COM|MALANG- Fakultas Ilmu kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) UIN  Maulana Malik Ibrahim Malang mengadakan seminar "Menuju Profil Dokter Ulul Albab", Rabu (29/12/2021).

Acara dibuka oleh Rektor UIN Malang Prof Dr Zainuddin MA di aula serbaguna Kampus III UIN Malang.

Tujuan seminar ini adalah memperkuat eksistensi FKIK UIN Malang sebagai penyelenggara pendidikan tinggi bidang kedokteran yang didasari dengan nilai-nilai agama Islam.

"Konsep Ulul Albab menurut Alquran adalah mereka yang setiap saat senantiasa berfikir dan berdzikir akan kebesaran Allah SWT atas segala ciptaan-Nya di muka bumi ini," kata Rektor.

Menurut Rektor, dokter Ulul Albab harus memiliki tiga kopetensi. Yaitu spiritual, intelektual dan sosial. Kompentensi spiritual yaitu harus punya kesabaran dan mampu mengatur hati dalam pelayanan pada pasien.

"Ini penting sekali. Apalagi dalam menghadapi  masalah terutama di era Covid 19. Besar sekali jasa dokter itu," tandas Zainuddin.

Untuk menghadapi itu, lanjutnya, perlu kesabaran luar biasa. Pada Juni sampai Agustus 2021 lalu adalah puncak Covid 19 dan semua panik. Semoga Omicron ini tidak seperti itu, kata Rektor.

"Ini perlu doa dari dokter Ulil Albab. Selain pengobatan medis, dokter Ulil Albab juga berdoa," jelasnya. 

Sedang kompetensu intelektual adalah mencari inovasi untuk mendapatkan solusinya.

Dijelaskan, setiap ada masalah dalam kehidupan ini, baik kecil dan besar, manusia akan menemukan solusi dan inovasi baru.

"Jika tidak Tuhan menurunkan penyakit, maka tidak ada dokter dan obatnya. Maka daya intelektual harus terus diasah," jelasnya. 

Begitu juga dengan kompetensi sosial. Seeprti bagaimana memberikan pelayanan yang baik poada pasiennya. Ini bagian dari Ulul Albab.

Selain itu, sabar, selalu tersenyum, memberikan pelayanan terbaik juga dokter ideal dari Ulul Albal.

Dikatakan, dokter yang Ulul Albab akan menjadi suri tauladan yang baik bagi orang lain dan memberikan manfaat bagi orang banyak, tambahnya. 

Peluang dan Tantangan

Sedang dr Putu Moda Arsana SpPD K-EMD, FINASIM, Ketua Konsil Kedokteran Indonesia memberikan materi "Standar Kompetensi Dokter di Era 4.0: Sudut Pandang KKI".

Yaitu kompetensi apa yang harus dipegang oleh dokter. Dikatakan, KKI adalah badan independen dibawah Presiden diberi kewenangan dalam penyelenggaraan praktik kedokteran di Indonesia.

Dikatakan di era revolusi industri 4.0 ada tantangan pada layanan kesehatan dan pendidikan dokter. Di era ini dihadapkan pada kerjasama antara kerjasama manusia dengan AI.

Seperti alat-alat robotik hingga telemedicine. KKI akan masuk dalam regulasinya. "Seperti telemedicine belum banyak regulasinya. Begitu juga AI, robot. KKI akan bikin regulasinya," kata Putu.

Begitu juga dengan etikanya belum ada. "Kalau manusia ada. Kalo robot etikanya bagaimana di bidang kesehatan. "Tantangan pelayanan kesehatan luar biasa," kata dia.

Termasuk telemedicine itu apa akan mengubah praktik dokter dan kompetensi dokter? Sebab selama ini, izin praktik dokter di tiga tempat. Sekarang dengan adanya telemedicine, apakah satu izin praktik dan lainnya tele belum jelas.

Dengan perubahan di layanan kesehatan, ia mempertanyakan apakah kurikulum di pendidikan dokter sudah siap? Apalagi tahun depan, Presiden Jokowi akan jadi Ketua G30.

Sektor kesehatan termasuk yang dikerjasamakan. Di lingkup MEA (Masyarakat Ekonomi Asean) juga tantangan bagi dunia pendidikan kedokteran.

Sebab di MEA ada free flow of professionals and skilled labors. Profesional termasuk didalamnya para dokter.

"Ini ancaman atau peluang? Ini yang harus dilihat sekarang. Menjadi ancaman jika belum siap. Jadi peluang jika SDM siap. Maka perlu antisipasi bersama dalam pendidikan kedokteran," tambahnya. 

Maka untuk menghasilkan dokter yang kompeten, input-proses-outpu harus distandarisasi agar mampu bersaing. Kompetensi adalah kemampuan yang terukur dalam mengintegrasikan pengetahuan, skill, nilai-nilai moral dan perilaku.

"Nilai-nilai moral ya seperti Ulul Allbab harus diintegrasikan dalam satu bingkai sehingga jadi dasar kita untuk bersaing," pungkas Putu. Sylvianita Widyawati

Sumber: Surya Malang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved