Berita Tulungagung Hari Ini
Adik Pramoedya Ananta Toer, Soesilo Toer Bocorkan Proyek Penyusunan Buku Terakhir Sebelum Tutup Usia
Adik Pramoedya Ananta Toer, Soesilo Toer Bocorkan Proyek Penyusunan Buku Terakhir Sebelum Tutup Usia
Penulis: David Yohanes | Editor: Eko Darmoko
SURYAMALANG.COM, TULUNGAGUNG - Soesilo Toer, adik kandung sastrawan Pramoedya Ananta Toer, ulang tahun ke-85, Kamis (17/2/2022).
Soesilo Toer mengaku ingin "tutup buku", melahirkan tulisan terakhir sebelum tutup usia.
Hal ini dikatakan Soesilo Toer saat ditemui di Kakofoni, Jalan Pahlawan Gang III Tulungagung.
"Semoga selesai sebelum saya mati," ucapnya, dengan gaya bicaranya yang ramah dan enteng.
Buku itu akan diberi judul Kerpeke Sang Lelananging Jagad (Catatan Sang Lelakinya Dunia).
Menurut Soesilo Toer, buku ini akan merekam sekitar 20.000 peristiwa.
Mulai dari masa kecilnya hingga pengalamannya hidup di Siberia hingga kutub utara, lalu kembali ke Indonesia.

"Kalau jadi mungkin akan jadi lima jilid," ucapnya.
Buku ini diharapkan akan menjadi buku terakhir dari rangkaian karyanya.
Namun saat ditanya perkembangan penulisan buku ini, Soesilo Toer belum bisa memastikan.
Sebab proses penulisannya kerap terganggu berbagai undangan ke luar kota.
"Ada sastra jalanan juga yang akan terangkum dalam buku ini," tuturnya.
Sastra jalanan yang dimaksud adalah catatan di bak belakang truk yang menyentuh hati Soesilo Toer.
Ada pula tulisan di kaca depan bus, saat Soesilo Toer hendak berangkat dari Blora ke Yogyakarta.
Atau nyanyian pengamen jalanan yang didengarkan Soesilo Toer di kendaraan umum.
Salah satu penggalan syair yang diingatnya antara lain, "Ojo rabi karo wong ayu, mundak cepet mati" (jangan menikah dengan perempuan cantik, bikin cepat mati).
"Ditinggal sing lanang golek pangan, malah kawin karo wong liyo" (ditinggal laki-laki bekerja, malah menikah dengan orang lain).
"Syair itu sangat mengena pada saya. Sama persis yang saya alami pada istri pertama. Saat saya di Moskow, dia malah kawin dengan orang lain," kenangnya.
Masih menurut Soesilo Toer, buku ini akan banyak bercerita tentang wanita.
Cerita ini diambil dari pengalamannya bersentuhan dengan lebih dari 200 wanita.
Termasuk para "bule" selama Soesilo Toer hidup di Rusia dan negara Eropa Timur lainnya.
Soesilo mulai menulis sejak usia 13 tahun.
Ketika itu beliau ingin mendapatkan penghasilan tambahan untuk biaya sekolah di Jakarta.
Pilihan menulis ini meniru saudara tuanya yang mulai menulis di usia 15 tahun untuk mendapatkan uang.
Saat ini Soesilo Toer telah melahirkan 35 buku, dan jika ditambah naskahnya yang belum diterbitkan jumlahnya lebih dari 50 buku.
"Jadi saya sudah melewati guru saya (Pram)," ucapnya sambil tersenyum.
Beliau juga bergelar dokter, lulusan dari Plekhanov Russian University of Economics.
Meski demikian kini pilihan hidupnya menjadi pemulung.
Hal ini tidak lepas dari tekanan era Orde Baru yang diterimanya.