Istri Presiden Arema FC Balas Ancaman Soal Pidana Penjara, Lanjutan Konflik Makan Bubur di Trotoar

Pengusaha wanita Shandy Purnamasari yang juga istri Presiden Arema FC balas ancaman yang menyudutkan dirinya atas pelanggaran pengguna jalan. 

Penulis: Frida Anjani | Editor: Eko Darmoko
Instagram
Istri Presiden Arema FC Balas Ancaman Soal Pidana Penjara, Lanjutan Konflik Makan Bubur di Trotoar 

SURYAMALANG.COM - Pengusaha wanita Shandy Purnamasari yang juga istri Presiden Arema FC balas ancaman yang menyudutkan dirinya atas pelanggaran pengguna jalan. 

Shandy Purnamasari juga memberi pembelaan terkait alasannya memarkir motor tanpa melihat markah jalan.

Tidak sendiri, suami Shandy Purnamasari, Gilang Widya Pramana juga kena imbas karena saat itu ikut makan di pinggir trotar. 

Semua berawal dari aksi sederhana Presiden Arema FC Gilang Widya Pramana dan sang istri Shandy Purnamasari makan bubur ayam di trotoar

Gilang Widya Pramana dan Shandy Purnamasari terancam dipidana 1 bulan bekat aksi tersebut. 

Diketahui Presiden Arema FC itu sarapan di kawasan Kemang Raya, Jalan Cempedak, Kelurahan Bangka, Jakarta Selatan.

Dengan apik mereka berpose sambil memegang mangkok berisi bubur dan tetap menggunakan helm.

'Pacaran nyari bubur belum mandi asikin!!,' tulis Shandy Purnamasari dilansir dari Instagram, Jumat (18/2/2022).

Postingan Shandy Purnamasari saat makan bubur
Postingan Shandy Purnamasari saat makan bubur (Instagram @shandypurnamasari)

Siapa sangka, potret Gilang dan Shandy justru mendapat kritik dari akun Instagram "Koalisi Pejalan Kaki" dengan alamat @koalisipejalankaki.

Komunitas yang membela hak-hak pejalan kaki itu menyoroti cara Gilang Widya Pramana memarkir motor sehingga menghalangi ubin pemandu tunanetra (guiding block).

"Apakah aturan masih mempan sama sultan?, Walaupun sampai menghakimi ruang disabilitas tunanetra (ubin pemandu) yang penting senang," kritik Koalisi Pejalan Kaki.

 "Jika ada yang berteman dengan Sultan ini, tolong ingatkan fungsi trotoar dan guiding block ya," lanjutnya.

Di kolom komentar kritikan tersebut mendapat banyak dukungan dari netizen.

Postingan Crazy Rich Malang Shandy Purnamasari dikritik
Postingan Crazy Rich Malang Shandy Purnamasari dikritik (Instagram @koalisipejalankaki)

Banyak dari mereka yang kecewa dengan sikap Gilang dan Shandy karena tak mengiraukan aturan fasilitas pejalan kaki.

Melihat kritik tersebut, Shandy Purnamasari berkomentar menjelaskan.

Istri Presiden Arema FC itu berdalih tidak meninggalkan motornya di trotoar

"Kita disebelahnya kok nggak ditinggal motornya!!!!" balas Shandy Purnamasari

Lebih lanjut Shandy Purnamasari menjelaskan jika dirinya sangat menghargai disabilitas dengan banyak menyerap tenaga kerja. 

"Kita punya banyak disabilitas yang kita pekerjakan di perusahaan kita @j99corp Kita sangat sangat menghormati mereka"

"Penjahit kita disabilitas, pekerja di pabrik, pekerja di klinik kita pasti ada disabilitas di semua lini bisnis kita. Karena kita tahu mereka bisa dan sama dengan kita," tandas Shandy Purnamasari.

Sayangnya pembelaan Shandy Purnamasari itu tidak cukup membuat netizen puas. 

Beberapa bahkan menyebut Shandy Purnamasari seharusnya cukup minta maaf tanpa membuat pembelaan. 

Dengan kejadian tersebut pasangan yang dijuluki Crazy Rich Malang itu dianggap melanggar aturan Pasal 275 dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.

Dalam UU tersebut telah diatur, setiap orang yang mengganggu fasilitas pejalan kaki maka dipidana kurungan satu bulan atau denda Rp250 ribu.

Sebagai informasi, guiding Block atau jalan pemandu adalah tanda yang dikhususkan untuk penyandang disabilitas khususnya untuk para menyandang tunanetra.

Penyandang disabilitas mempunyai hak sepenuhnya untuk diberi kemudahan akses seluruh fasilitas di bangunan umum maupun di lingkungan sekitar seperti orang lain.

Sedangkan Koalisi Pejalan Kaki (KoPK), adalah kelompok kecil yang memperjuangkan hak-hak para pejalan kaki di Indonesia.

Anthony Ladjar, salah satu inisiator Koalisi Pejalan Kaki, menceritakan awal mula kelompok tersebut terbentuk.

Aktivis lingkungan hidup ini mengaku terusik dengan pertanyaan putrinya yang baru berusia enam tahun saat dia mengajak kedua anaknya berwisata ke Museum Fatahillah pada Juli 2011.

“Pa, kenapa motor boleh lewat situ. Kan harusnya untuk jalan kaki?” kenang Anthony meniru gaya bicara putrinya saat dihubungi Kompas.com (11/8/2014).

Artikel:'Mengenal Lebih Dekat Koalisi Pejalan Kaki di Jakarta'

Aktivis Koalisi Pejalan Kaki berunjuk rasa membawa poster di depan balai Kota Jakarta, 12 April 2013
Aktivis Koalisi Pejalan Kaki berunjuk rasa membawa poster di depan balai Kota Jakarta, 12 April 2013 (TRIBUN / HERUDIN)

Pertanyaan itu terus mengusik pikiran dan hati suami Susi Ladjar ini.

“Apa yang bisa mereka pahami di sekolah, kenyataannya berkata sebaliknya,” sambungnya.

Anthony Ladjar kemudian mengajak sesama teman pengguna KRL (KRLMania) seperti Deddy Herlambang, Alfred Sitorus, dan beberapa kawan lainnya untuk membentuk Koalisi Pejalan Kaki.

Pembentukan ini berangkat dari keprihatinan akan hak-hak para pejalan kaki yang terabaikan.

Hal ini mulai dari minimnya trotoar hingga penyalahgunaan trotoar sehingga hak pejalan kaki tersisih.

Sebagai organisasi sosial, Koalisi Pejalan Kaki memiliki misi untuk memperjuangkan jalur pejalan kaki yang layak, aman, nyaman, dan tertib.

Mereka juga meminta zona penyeberangan yang aman dan terlindungi.

(Kompas.com|Penulis Yohanes Debrito Neonnub)

Ikuti berita terkait Presiden Arema FC, Gilang Widya Pramana dan Shandy Purnamasari lainnya.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved