Berita Batu Hari Ini

Pemkot Batu Diminta Ambil Langkah Tegas Pada Larangan Jual Telur Infertil, Ada Permentan No 32 2017

Telah ada larangan menjual telur HE seperti diatur dalam Permentan Nomor 32 Tahun 2017 tentang Penyediaan, Peredaran dan Pengawasan Ayam Ras dan Telur

Penulis: Benni Indo | Editor: Dyan Rekohadi
SURYAMALANG.COM/Benni Indo
Penasihat Kelompok Peternak Ayam Petelur Kota Batu, Ludi Tanarto mendorong Pemkot Batu tegas terhadap larangan penjualan telur infertil atau HE. 

SURYAMALANG.COM, BATU – Pemerintah Kota Batu diharapkan tegas terhadap potensi beredarnya telur infertil sebagai telur konsumsi.

Jika tidak diantisipasi, peredaran telur infertil akan mengganggu harga pasar dan kesehatan masyarakat.

Hal itu dikatakan Penasihat Kelompok Peternak Ayam Petelur Kota Batu, Ludi Tanarto.

Kata Ludi, telah ada larangan menjual telur HE seperti diatur dalam Permentan Nomor 32 Tahun 2017 tentang Penyediaan, Peredaran dan Pengawasan Ayam Ras dan Telur Konsumsi.

Pasal 13 menjelaskan, pelaku usaha integrasi, pembibit GPS, pembibit PS, pelaku usaha mandiri dan koperasi dilarang memperjualbelikan telur tertunas dan infertil sebagai telur konsumsi.

“Kan sebenarnya ada aturan bahwa perusahaan besar sebagai integrator dilarang menjual telur infertil. Perusahaan punya pembibitan ayam yang kemudian bertelur. Nah, telurnya ini ditetaskan lalu dijual ke peternak. Pada kondisi tertentu, dia tidak jual anak ayam, tapi telur. Seharusnya itu dilarang,” ungkapnya. 

Menurut Ludi, beberapa daerah sangat tegas tehadap kondisi ini, namun di Kota Batu sendiri, dinilainya pemerintah belum tegas.

Kondisi itu membuat harga di pasar cenderung tidak stabil dan peternak kesulitan menjual produknya.

“Penyebab paling utama tidak stabilnya harga karena pemerintah tidak tegas mengatur tata niaga. Kalau pemerintah tegas, ketika ada fluktuasi tidak akan tajam sekali,” ujar Ludi yang juga anggota DPRD Batu.

Mengomentari kondisi harga telur di Kota Batu saat ini, Ludi berpendapat harga telur yang beredar di pasaran saat ini terindikasi jenuh.

Pasalnya, harga Rp 26 ribu per kilogram sudah bertahan dalam beberapa hari.

Diprediksi olehnya, harga akan kembali turun dalam beberapa waktu ke depan.

“Ini ada indikasi pasar tidak kuat. Kalau harga ini masih kuat maka bisa dinaikan terus. Sekarang, saya lihat sudah di titik jenuh,” ungkapnya.

Di kandangnya, pemesanan telur sangat tinggi dalam jangka waktu tiga pekan sebelumnya.

Jumlahnya lebih dari 400 Kg per hari. Kini, jumlahnya tidak sama seperti tiga pekan lalu.

Ludi memakai situasi itu karena permintaan akan telur sudah mulai berkurang di pasaran.

“Hari ini ada tanda-tanda itu. 400 sekian kilo tidak naik hari ini,” ujarnya.

Dalam kondisi saat ini, sebagai peternak, Ludi mengakui ada keuntungan yang didapat. Hanya saja keuntungan itu tidak bisa sepenuhnya disebut untung.

Pasalnya, keuntungan yang didapat saat ini tidak sebanding dengan kerugian yang diderita peternak ketika harga telur jatuh beberapa waktu lalu.

“Ketika harga telur Rp 12 ribu, itu sangat susah sekali. Hari ini ada keuntungan yang didapat, tapi untuk menutupi kerugian yang lalu,” ujar Direktur Trans Agro Sembada ini.

Akibat tingginya kerugian pada periode sebelumnya, banyak peternak yang mengurangi hewan ternaknya.

Hal ini berdampak pada hasil produksi yang dikeluarkan.

Dikuranginya hewan ternak itu bukan tanpa alasan. Peternak mengurangi hewan ternak untuk efisiensi biaya operasional.

“Saat ini, dari peternak Rp 24 ribu per kilogram. Distributor ke toko Rp 25 ribu. Penjual di toko ke konsumen Rp 26 ribu. Jadi untung yang diterima dari hulu sama, yakni Rp 1000,” ungkapnya.

Sektor rumah tangga adalah yang paling banyak mengkonsumsi telur saat ini sesua data yang dimiliki oleh Ludi sebagai Direktur Trans Agro Sembada.

Produksi telur di Kota Batu masih belum bisa memenuhi kebutuhan lokal sehingga ada telur yang dipasok dari Kabupaten Malang.

Sebagai seorang peternak, Ludi juga sangat membutuhkan informasi data jumlah ayam di Kota Batu saat ini.

Data itu sangat penting untuk memprediksi jumlah telur.

Ia mengaku tidak bisa mengetahui jumlah ayam karena tidak ada informasi yang disediakan Pemkot Batu tentang itu. 

Sumber: Surya Malang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved