Berita Malang Hari Ini

Supriatna Manfaatkan Limbah Ban Motor Jadi Replika Binatang, Bisa Jadi Inspirasi Mahasiswa-Dosen PWK

Prodi Perenncanaan Wilayah dan Kota ITN Malang mengadakan PWK Exhibition di aula kampus I, Kamis (14/7/2022).

Penulis: Sylvianita Widyawati | Editor: Zainuddin
SURYAMALANG.COM/Sylvianita Widyawati
Prodi Perenncanaan Wilayah dan Kota ITN Malang mengadakan PWK Exhibition di aula kampus I, Kamis (14/7/2022). Disana ada pameran karya seni pemanfaatan limbah besi dan ban bekas. Supriatna atau Nana dikenal sebagai seniman limbah ban dengan karya replika binatang. 

SURYAMALANG.COM, MALANG - Prodi Perenncanaan Wilayah dan Kota ITN Malang mengadakan PWK Exhibition di aula kampus I, Kamis (14/7/2022).

Disana ada pameran karya seni pemanfaatan limbah besi dan ban bekas. Supriatna atau Nana dikenal sebagai seniman limbah ban dengan karya replika binatang.

Ia memakai limbah ban motor yang dibuang di TPST 3R Sumedang di Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang.

"Selain ada pameran mahasiswa juga digabung dengan ilmu lain agar menarik. Sehingga dihadirkan seniman sehingga bisa menjadi inspirasi bagi mahasiswa dan dosen," papar Arief Setiawan ST MT, Kepala Studio PWK ITN Malang pada suryamalang.com. 

Sebab untuk pameran, kadang mahasiswa memakai barang baru. Dari inpirasi seniman, barang limbah juga bisa jadi sesuatu yang menarik dan bernilai ekonomis.

"Ilmu di PWK ada dan tinggal kreatifitasnya saja," kata Arief.

Produk Nana dipajang di acara itu. Ada kepala singo edan, burung hantu, ikan dll. Menurut Nana, ia mulai memanfaatkan limbah ban motor di TPST Sumedang sejak 2016.

Ia adalah Ketua Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) Sumedang Bersatu yang mengelola TPST dan mendapat SK dari Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang.

"Awalnya belajar otodidak karena terinspirasi dari limbah ban motor yang menumpuk," kata Nana di sela acara.

Beda dengan limbah ban mobil yang masih bisa dipakai, ban motor tidak bisa diproses.

"Kadang untuk untuk pembakaran, pematik api yang malah merusak lingkungan," jelas dia.

Awalnya ia membuat replika burung karena melihat lengkungan ban. Bisa jadi ekor dan kepala. 

"Akhirnya jadi burung tapi gak jelas burung apa, ha ha ha," jawab Nana. Maka ia belajar katakter hewan lewat google. 

"Sekarang keluar karakternya karena ilmunya sudah bertambah. Kulino tiap hari bikin," katanya.

Menurutnya, sebulan bisa didapatkan limbah ban antara 100-150 buah. Kadang sehari dapat minimal 10 an. Ia membuat produknya di rumah karena nyaman dan tidak ada kegiatan padat lainnya.

"Saya Ketua RT, tapi kan gak selalu sibuk setiap hari. Di KSM, tugas saya juga hanya mengontrol dan mengawasi teman-teman yang kerja. Serta mengawasi setoran retribusi," jelas dia.

Harga produknya lumayan. Untuk replika ikan sedang bisa mencapai Rp 1 juta. Ia menjual produknya mulai Rp 250.000 untuk burung kecil hingga Rp 50 juta untuk replika dinosaurus ukuran tujuh meter.

"Memang bannya limbah tapi ada bahan pendukung yang harus beli. Seperti cat minyak, skrup dll. Kalau kebutuhan ban banyak, saya ya perlu beli lagi ke pengelola ban," jawabnya.

Ia mencontohkan untuk replika sisik ikan juga membeli lagi kupasan ban yang setiap kupasan bernilai Rp 70.000. 

Ia juga pernah membuat sepeda motor raksasa Harley Davidson  di Kalimantan dengan tinggi dua meter. Maka ia mengerjakan di Kalimantan.

"Untuk mengerjakan order di luar Malang, saya datang kesana. Kalau bikin di Malang akan mahal ongkos pengirimannya," jawab dia.

Nana kini lebih memilih membuat orderan yang tak jauh dari Malang

Untuk pemasaran produknya, ia bagikan di FB dan IG. Untuk perawatan produknya cukup mudah karena bisa dicat lagi. Sedang ban tidak hancur.

"Jadi perawatannya tidak sulit," jelas dia.

Sumber: Surya Malang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved