TRAGEDI AREMA VS PERSEBAYA

Nasib Timnas Indonesia Imbas Tragedi Arema Menurut Pengamat, FIFA Tak Mungkin Beri Sanksi Berat

Nasib Timnas Indonesia imbas tragedi Arema menurut pengamat bola Vietnam, FIFA tak mungkin beri sanksi berat, kenapa?

Penulis: Sarah Elnyora | Editor: Dyan Rekohadi
Instagram @pssi/Suryamalang|Purwanto
Salah satu pemain Timnas (kanan), kerusuhan di Kanjuruhan (kiri). Nasib Timnas Indonesia imbas tragedi Arema menurut pengamat, FIFA tak mungkin beri sanksi berat 

SURYAMALANG.COM, -  Nasib Timnas Indonesia imbas tragedi Arema Vs Persebaya menurut pengamat bola Vietnam tak perlu dikhawatirkan. 

Publik mulai khawatir Timnas Indonesia kena dampak dari tragedi Kanjuruhan setelah adanya pelanggaran aturan FIFA soal penggunaan gas air mata. 

Selain itu, tragedi Kanjuruhan juga menelan ratusan korban jiwa sehingga sanksi berat dari FIFA diprediksi menanti Timnas Indonesia

Ketakutan publik Indonesia rupanya berbanding terbalik dengan pengamatan Quang Huy, seorang pengamat sepak bola Vietnam

Quang Huy, tidak yakin Indonesia akan mendapatkan sanksi berat karena FIFA biasanya hanya memberi hukuman itu karena alasan politik.

"Sepak bola Indonesia sangat mengkhawatirkan, tetapi saya pikir kemungkinan itu sangat jarang terjadi," ujar Quang Huy, sebagaimana dikutip BolaSport.com dari Soha.vn Selasa, (4/10/2022).

"Memang benar itu adalah insiden bencana sepak bola Indonesia."

"Tapi biasanya FIFA hanya melarang tim nasional untuk berpartisipasi dalam turnamen internasional karena alasan politik saja."

"Bahkan jika media Indonesia khawatir turnamen nasional mereka akan dilarang hingga 8 tahun, saya pikir itu tidak mungkin."

"Bagaimanapun itu terjadi, masalahnya adalah menemukan cara untuk memperbaikinya atau menghukum klub ini atau itu."

"Sulit untuk melarang turnamen nasional jangka panjang seperti itu."

"Intinya berhenti sekarang juga untuk memperbaiki keadaan!" jelasnya.

  • Lalu bagaimana nasib Liga 1 menurut Quang Huy?

Menanggapi soal nasib Liga 1, Quang Huy juga merasa situasi itu bisa memengaruhi persiapan timnas Indonesia menjelang tampil di Piala AFF 2022.

Menurutnya, apabila Liga 1 benar-benar harus dihentikan, maka para pemain bisa fokus bersama Timnas Indonesia untuk waktu yang lama.

Namun jika Liga 1 kembali dilanjutkan, maka pelatih Timnas Indonesia Shin Tae-yong masih punya kesempatan untuk mencari bakat-bakat pemain yang bisa dipanggil ke skuadnya.

"Jika benar kejuaraan nasional Indonesia harus dihentikan karena kejadian baru-baru ini, mungkin mereka akan fokus pada timnas untuk waktu yang lama menuju Piala AFF 2022," ujar Quang Huy sebagaimana dikutip SuperBall.id dari Soha.vn.

"Tentu saja nanti pasti timnas mereka akan terpengaruhi secara profesional atau mental, karena beberapa tim fokus pada waktu yang lama."

"Dan jika kejuaraan nasional Indonesia berlanjut seperti biasa, mungkin dari sekarang sampai Piala AFF, Shin Tae-yong akan menemukan bakat lagi untuk dipanggil."

"Namun, saya pikir Shin Tae-yong masih memiliki cara untuk mengelola dan mengatasi jika hal yang tidak terduga terjadi."

"Karena Shin Tae-yong adalah pelatih yang sangat monster," tambahnya.

Adapun ajang Piala AFF 2022 akan dimulai pada 20 Desember 2022 hingga 16 Januari 2023.

  • Kasus Sanksi dari FIFA 

Banyak negara yang terkena sanksi FIFA gara-gara masalah politis akibat intervensi pemerintah setempat.

Indonesia sendiri pernah mengalaminya pada 30 Mei 2015.

Sanksi itu bermula dari dari keputusan Kemenpora membekukan PSSI pada 17 April 2015 karena tak mematuhi imbauan Badan Olahraga Profesional Indonesia (BOPI) tentang gelaran Liga Indonesia 2015.

FIFA menjatuhkan sanksinya dengan 3 hukuman.

Pertama, mencabut keanggotaan PSSI.

Kedua, melarang Timnas Indonesia dan seluruh klub Tanah Air mengikuti kompetisi internasional di bawah naungan FIFA dan AFC.

Ketiga, anggota dan ofisial PSSI tak bisa mengikuti program pengembangan, latihan, dan kursus dari FIFA dan AFC.

Artikel BolaSport grup Suryamalang 'Pengamat Bola Vietnam Tak Yakin Timnas Indonesia Kena Sanksi Berat FIFA'.

Hukuman FIFA itu sangat memukul Indonesia karena tak ada kompetisi resmi yang berjalan.

Untuk mengisi kekosongan, digelarlah turnamen tak resmi bernama Piala Presiden dan Piala Jenderal Sudirman.

Kemenpora akhirnya menyerah dan mencabut surat keputusan pembekuan PSSI pada 10 Mei 2016.

FIFA langsung meresponsnya pada 13 Mei 2016 dengan mencabut sanksi untuk Indonesia dan kembali mengakui keanggotaan PSSI.

Brunei Darussalam juga pernah terkena sanksi FIFA selama 2 tahun.

Itu terjadi setelah pada September 2009 pemerintah Brunei membekukan Federasi Sepak Bola Brunei (BAFA) dan menggantinya dengan FADB pada Desember 2008.

FIFA mencabut sanksi itu pada Mei 2011 setelah mengakui Federasi Sepak Bola Brunei yang baru, NFABD.

Ethiopia juga sempat terkena sanksi FIFA 10 bulan.

Itu terjadi gara-gara pemerintah Ethiopia menyingkirkan Ketua Umum Federasi Sepak Bola Ethiopia (EFF) pada Januari 2008.

Sanksi itu akhirnya dicabut FIFA pada November 2008 setelah Ethiopia menunjuk Ketua Umum EFF tanpa intervensi pemerintah.

Masih ada beberapa negara lain yang terkena sanksi FIFA karena intervensi pemerintah seperti Peru 1 bulan, Yunani 4 hari, Kuwait 1 bulan, dan Nigeria 2 minggu.

Seperti diketahui, kericuhan terjadi usai laga antara Arema FC melawan Persebaya di Stadion Kanjuruhan, Malang, Sabtu (1/10/2022) malam WIB.

Ketua Umum PSSI, Mochamad Iriawan, sebelumnya juga telah memtusukan untuk menunda kompetisi Liga 1 selama satu minggu kedepan.

Sedangkan Presiden Republik Indonesia Joko Widodo memerintahkan Liga 1 untuk ditunda hingga dilakukan evaluasi secara menyeluruh.

Update berita terbaru di Google News SURYAMALANG.com 

(BolaSport|Ragil Darmawan)

Sumber: Surya Malang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved