TRAGEDI AREMA VS PERSEBAYA

Tak Hanya Suporter, Kengerian Tragedi Arema Juga Dirasa Pemain: Ikut Gotong Korban Tewas dan Trauma

Berada di lokasi yang sama, pemain Arema FC juga merasakan bagaimana kengerian tragedi Arema pada malam itu. Simak kisah selengkapnya berikut ini.

Penulis: Frida Anjani | Editor: Adrianus Adhi
SURYAMALANG.COM/Purwanto/Instagram @aremafcofficial
Potret tragedi Arema Vs Persebaya (kanan) dan pemain Singo Edan (kiri) dalam artikel Pemain Singo Edan Alami Trauma Usai Tragedi Arema Vs Persebaya 

SURYAMALANG.COM - Potret kengerian tragedi Arema nyatanya tak hanya menghantui suporter tapi juga para pemain Singo Edan. 

Berada di lokasi yang sama, pemain Arema FC juga merasakan bagaimana kengerian tragedi Arema pada malam itu. 

Bahkan, para pemain juga ikut gotong suporter yang menjadi korban kericuhan bahkan ada yang sampai tewas di hadapan para pilar Singo Edan. 

Tak sedikit pemain pun yang merasa trauma hingga tak bisa tidur usai kejadian tragedi Arema tersebut. 

Simak ulasan lengkapnya yang sudah tim SURYAMALANG.COM rangkum:

1. Kisah Kiper Arema FC Gotong Aremania dari Tribune

Cerita Teguh Amiruddin kalut menggotong seorang Aremania dari tribune jadi bagian dari kisah tragedi Arema Vs Persebaya. 

Dalam kerusuhan pasca pertandingan Arema Vs Persebaya, Teguh Amiruddin sebagai kiper Arema menyaksikan betapa ngerinya insiden malam itu. 

Teguh Amiruddin bersama pemain Arema lain berupaya membantu tapi korban tak selamat. 

Malam itu, Sabtu (1/10/2022) pertandingan antara Arema Vs Persebaya selesai sekitar pukul 22.10 WIB.

Teguh Amiruddin mengungkap, sorak-sorai penonton seketika berubah jadi jerit tangis seusai laga berakhir.

Tubuh-tubuh suporter tergeletak dan berjejer.

Tenaga kesehatan khusus mulai kewalahan menangani korban yang jumlahnya tak terbendung.

Melihat hal itu, para pemain Arema FC termasuk Teguh Amiruddin membuka pintu ruang ganti pemain sebagai tempat evakuasi.

Sebab, tak ada tempat lain yang bisa digunakan akibat terlalu banyak korban.

"Akhirnya pemain sepakat membuka pintu pemain. Apalagi saat melihat keluar ruangan, sudah terlihat banyak korban berjejer," ungkap Teguh Amiruddin via telepon pada Kompas.com, Senin (3/10/2022) grup Suryamalang.

Melihat pemandangan di depan mata, para pemain Arema FC, termasuk Teguh Amiruddin merasa kalut. 

Tiba-tiba, Teguh Amiruddin melihat seorang korban Aremania dari tribune dan ikut menggotongnya. 

"Saat itu, saya dua pemain keluar ruangan, melihat Aremania menggotong korban dari tribune. Kami bergabung (menggotong) dan saya minta untuk langsung dimasukkan ke ruang ganti," ujarnya.

Teguh Amiruddin mengaku tidak mengenal siapa sosok yang tubuhnya dia angkat sebab tak ada satu pun petunjuk identitas. 

Namun yang pasti, kata Teguh, pada saat digotong, mulut korban masih bergetar.

"Tapi saat kami letakkan di lantai, berselang beberapa menit sudah tidak ada lagi getaran mulutnya"

"Setelah kami cek urat nadi di leher dan tangannya sudah tidak lagi berdetak"

"Kakinya pun berubah menjadi dingin," ujar Teguh Amiruddin lirih.

Ternyata, orang yang sempat digotongnya telah meninggal dunia.

Teguh Amiruddin mengatakan, kurang lebih ada 10 korban yang dievakuasi ke ruang ganti pemain.

Namun dari 10 orang tersebut, empat di antaranya meninggal dunia di lokasi itu.

"Akhirnya setelah beberapa waktu, korban-korban itu kemudian dievakuasi oleh jajaran kepolisian ke rumah sakit," katanya.

Menurut Teguh Amiruddin, saat itu ia bersama pemain yang lain masih tertahan di ruang ganti hingga pukul 04.00 WIB.

Hal itu, karena manajemen memberikan kebijakan untuk tidak pulang terlebih dahulu dengan alasan keamanan.

"Karena kan situasi tidak kondusif saat itu. Banyak Aremania dan korban yang dievakuasi di ruang utama stadion, yang berada tepat di depan ruang ganti kami," ujar dia.

Stadion Kanjuruhan yang menjadi lokasi pertandingan Arema FC melawan Persebaya, menjadi saksi bisu tragedi terkelam dalam sejarah sepak bola di Indonesia.

Hingga Minggu (2/10/2022), Dinas Kesehatan Kabupaten Malang mencatat, 125 orang tewas dalam insiden tersebut.

Tragedi itu terjadi sesaat setelah wasit meniup peluit tanda pertandingan berakhir sekitar pukul 22.00 WIB.

Ribuan suporter kemudian masuk ke lapangan untuk memprotes kekalahan tim Arema.

Aparat selanjutnya menembakkan gas air mata ke lapangan dan arah tribun penonton.

Seketika, ribuan orang berdesak-desakan, berebut keluar dari stadion dan terinjak-injak.

Atas insiden maut yang menimpa Kota Malang, Indonesia dan dunia turut berduka. 

Bahkan Bonek menggelar doa bersama untuk korban tragedi Arema vs Persebaya pada Senin (3/10/2022)  malam

Ribuan Bonek mengikuti doa bersama yang digelar di Tugu Pahlawan, Surabaya dengan memakai baju hitam sambil menggenggam lilin.

Ketua DPRD Surabaya, Adi Sutarwijono, Kapolrestabes Surabaya, Kombes Pol Akhmad Yusep Gunawan, Manajer Persebaya Surabaya, Yahya Alkatiri, dan pemain Persebaya, Muhammad Alwi Slamat hadir dalam doa bersama tersebut.

Suporter membawa poster berisi sejumlah pesan perdamaian.

"Tidak Ada Sepakbola Seharga Nyawa"

"Kemanusiaan di Atas Segalanya"

"Tetap Kuat Arek Malang".

"Kita mendoakan korban di Malang. Semoga segala amal kebaikannya diterima Allah SWT," ujar perwakilan Bonek, Husin Ghozali dalam sambutannya yang disambut pekik "Amin" para Bonek.

Koordinator Green Nord ini mengatakan sudah saatnya seluruh elemen suporter bersatu menjunjung tinggi kemanusiaan.

"Singkirkan rivalitas! Kita di sini (mendoakan Aremania) karena kita satu bangsa, satu NKRI! Salam Satu Nyali!," pekik pria yang akrab disapa Cak Cong ini.

Ketua DPRD Surabaya, Adi Sutarwijono mendukung semangat arek-arek Surabaya ini.

Awi menyampaikan doa terbaik bagi para korban.

"Mari kita berdoa, semoga koban yang meninggal mendapat tempat yang paling mulia di sisi Tuhan yang Maha Kuasa"

"Keluarga yang ditinggalkan semoga diberikan kesabaran dan keikhlasan. Serta korban luka-luka juga segera mendapatkan kesembuhan," kata Awi.

Kemudian pembacaan doa bersama dan diisi menyanyikan lagu Indonesia Raya, Padamu Negeri, hingga Anthem Persebaya Surabaya, Song For Pride.

Suasana haru pun menyelimuti acara saat para Bonek menyanyikan lagu Sampai Jumpa.

Banyak Bonek yang menitikkan air mata saat lagu karya Endang Soekamti ini dinyanyikan.

Anthem 'Malang Tanah Kejayaan' diperdengarkan dalam doa bersama tersebut.

Bonek khidmat saat mendengar kan lagu tersebut.

"Ini sebagai penghormatan kepada para suporter (Aremania). Sebagai suporter (Persebaya), kami kesampingkan rivalitas. Rivalitas hanya 90 menit di lapangan," kata Cak Cong.

"Kepada seluruh suporter di Indonesia, mari kita panjatkan doa bersama. Ini tragedi yang tak boleh terulang kembali," katanya kembali.

Artikel Kompas.com 'Cerita Penjaga Gawang Arema FC, Gotong Tubuh Korban Tragedi Kanjuruhan'

2. Pemain Singo Edan Alami Trauma Usai Tragedi Arema Vs Persebaya

SURYAMALANG.COM, MALANG - Para pemain Arema FC alami trauma usai tragedi Arema Vs Persebaya di stadion Kanjuruhan, Sabtu (1/10/2022).

Laga Arema vs Persebaya di pertandingan Derby Jatim itu berubah menjadi tragedi kelam dunia sepak bola Tanah Air.

Sebanyak 125 orang penonton meninggal dunia, serta ratusan orang lainnya mengalami luka berat dan luka ringan.

Selain para korban dan keluarga korban yang meninggal dunia, dampak dari Tragedi Kanjuruhan itu juga dirasakan langsung oleh para pemain Arema FC.

Seperti diketahui pertandingan Arema vs Persebaya tersebut berakhir dengan skor 2-3.

Kekalahan itu lantas membuat sejumlah suporter kecewa dan sebagian masuk ke dalam lapangan setelah pertandingan berakhir. Dari situ kejadian kian memanas hingga akhirnya tragedi itu terjadi.

Kekalahan itu rupanya jadi salah satu yang membuat pemain Arema FC merasa bersalah.

Para pemain Arema FC menggelar tabur bunga di depan Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur Senin (3/10/2022) untuk menghormati para korban Tragedi Kanjuruhan yang menyebabkan ratusan korban jiwa dan luka
Para pemain Arema FC menggelar tabur bunga di depan Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur Senin (3/10/2022) untuk menghormati para korban Tragedi Kanjuruhan yang menyebabkan ratusan korban jiwa dan luka (Instagram)

Perasaan rasa bersalah para pemain itu diungkapkan oleh Laras Carissa yang merupakan istri dari pemain Arema FC, M Rafli.

Melalui akun Instagram pribadinya, Carrisa mengungkapkan bagaimana perasaan dan kondisi Rafli dan pemain Arema FC lainnya.

"Di saat semua memperdebatkan siapa yang salah, ada pemain yang diam-diam merasa bersalah. " Tulis Laras Carissa dalam instagram pribadinya

Ia menyebutkan bahwa para pemain Arema FC terngiang-ngiang dengan kekalahan dan berandai jika laga itu berhasil dimenangkan, mungkin tak akan ada korban jiwa yang berjatuhan.

"kalau saja kemarin kami menang, pasti hal ini tidak terjadi dan tidak akan ada korban jiwa," Pernyataan yang terus terulang di otak kami.

Suporter Arema FC, Aremania membopong korban kericuhan sepakbola saat laga antara Arema FC melawan Persebaya Surabaya dalam lanjutan Liga 1 2022 di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, Sabtu (1/10/2022).
Suporter Arema FC, Aremania membopong korban kericuhan sepakbola saat laga antara Arema FC melawan Persebaya Surabaya dalam lanjutan Liga 1 2022 di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, Sabtu (1/10/2022). (surya.co.id/purwanto)

Ada para pemain yang tidak bisa tidur, tidak nafsu makan, terus terusan menangis dan tidak bisa beraktivitas karena perasaan bersalah yang menghantui."

"Menyaksikan puluhan hingga ratusan korban jiwa bergelatakan di Stadion pasti sangat traumatis, beberapa dari kamipun ikut bantu evakuasi, tetapi rasa bersalah dari kami tidak berhenti membumbui pikiran hingga perasaan hancur lebur.

Tidak ada yang mengharapkan kekalahan namun lagi dan lagi, tidak ada sepak bola seharga nyawa manusia. Kami memohon maaf yang sebesar-besarnya, semoga korban tenang di sisi Allah dan keluarga yang ditinggalkan diberi ketabahan." tulis Laras Carissa.

Update berita terbaru di Google News SURYAMALANG.com 

 

 

 

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved