Berita Arema Hari Ini
Berita Arema Hari Ini Populer: Klaim Polri Gas Air Mata Tidak Mematikan, Penyebab Lain Korban Tewas
Klaim Polri gas air mata tidak mematikan hingga penyebab lain korban tewas, simak dalam berita Arema hari ini populer, Selasa (11/10/2022).
Penulis: Sarah Elnyora | Editor: Adrianus Adhi
SURYAMALANG.COM, MALANG - Simak berita Arema hari ini populer tentang klaim Polri yang menyebut gas air mata tidak mematikan dalam tragedi Kanjuruhan,
Selain itu, polisi juga menyebut penyebab lain korban tewas yang tidak disebabkan oleh gas air mata juga akan dibahas di berita Arema hari ini populer.
Sebelum itu, kita bahas dulu pencopotan Kapolda Jatim Irjen Nico Afinta yang digantikan Irjen Teddy Minahasa, mantan Kapolresta Malang Kota.
Pergantian pejabat Kapolda Jatim ini secara langsung maupun tidak langsung dikaitkan dengan tragedi Kanjuruhan pasca laga Arema vs Persebaya yang menewaskan 131 korban, 1 Oktober 2022.
Berikut rangkuman berita Arema hari ini populer selengkapnya.
1. Pergantian pejabat Kapolda Jatim
Pencopotan jabatan Irjen Nico Afinta sebagai Kapolda Jatim merupakan keputusan Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo .
Pencopotan Irjen Nico Afinta berdasarkan telegram rahasia (TR) Keputusan Kapolri Nomor: Kep/1386/X/2022 tanggal 10-10-2022 tentang pemberhentian dari dan pengangkatan dalam jabatan di lingkungan polri.
Irjen Nico Afinta dimutasi sebagai Staf Ahli (Sahli) Bidang Sosbud di Mabes Polri.
Sedangkan Kapolda Jatim yang baru, Irjen Teddy Minahasa sebelumnya merupakan Kapolda Sumbar.
Kadiv Humas Mabes Polri Irjen Dedi Prasetyo membenarkan mutasi terhadap Kapolda Jatim.
"Iya beliau balik kandang jadi staf ahli. Dulu beliau pernah di staf ahli," jelasnya.
Disinggung terkait pencopotan Irjen Nico Afinta apakah sebagai imbas Kerusuhan di Stadion Kanjuruhan Malang?
"Mutasi adalah penyegaran setiap anggota dan mutasi itu sudah biasa di tubuh Polri," ungkap Dedi dihubungi reporter SURYAMALANG.COM, Senin (10/10/2022).
2. Klaim Polri Gas Air Mata Tidak Mematikan
Polri mengklaim gas air mata yang dipakai Brimob tidak mematikan dan menyebut kematian para korban di stadion Kanjuruhan Malang bukanlah karena dampak gas air mata.
Tapi klaim gas air mata yang tidak mematikan itu disampaikan tanpa bekal hasil laboratorium maupun hasil autopsi korban tragedi stadion Kanjuruhan.
Klaim dari Polri itu disampaikan di saat beberapa pihak termasuk Komnas HAM, Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF) tengah menunggu hasil laboratorium terkait gas air mata yang ditembakkan di stadion Kanjuruhan pada 1 Oktober 2022.
Seperti diketahui, Ketua Panpel Arema FC, Abdul Haris yang ditetapkan sebagai tersangkapun meminta ada penyelidikan tuntas tentang gas air mata dan meminta ada autopsi pada korban untuk memastikan kandungan gas itu mematikan atau tidak.
Kadiv Humas Polri, Irjen Dedi Prasetyo mengatakan gas air mata yang dipakai Brimob tidak mematikan, berdasarkan keterangan para ahli.
Dedi menyebut pernyataan Mas Ayu Elita Hafizah yang merupakan pakar dari Universitas Indonesia (UI) sebagai salah satu referensi pernyataannya.
"Beliau menyebutkan bahwa termasuk dari Doktor Mas Ayu Elita bahwa gas air mata atau CS ini ya dalam skala tinggi pun tidak mematikan yang digunakan oleh Brimob," kata Dedi di Kantornya, Jakarta Selatan, Senin (10/10/2022).
3. Penyebab Lain Korban Tewas
Dedi kemudian menunjukkan ada 3 jenis gas air mata yang dipakai oleh Brimob Polri.
Yakni, gas air mata berwarna merah, biru hingga hijau yang masing-masing memiliki tingkat efektivitas zat kimianya.
"Yang pertama (hijau) berupa smoke ini hanya ledakan berisi asap putih. Kemudian yang kedua (biru) sifatnya sedang jadi kalau untuk klaster dari jumlah kecil menggunakan gas air mata yang sifatnya sedang dan yang merah adalah untuk mengurai masa dalam jumlah yang cukup besar," ungkapnya.
Oleh karena itu, Dedi meyakini gas air mata yang dipakai Brimob saat tragedi Kanjuruhan tidak mematikan.
"Saya sekali lagi saya bukan expertnya, saya hanya bisa mengutip para pakar menyampaikan ya CS atau gas air mata dalam tingkatannya tertinggi pun tidak mematikan," pungkasnya.
Selain itu, Polri juga membantah ratusan penonton yang meninggal dunia dalam tragedi Kanjuruhan bukan karena dampak gas air mata.
Korps Bhayangkara mengklaim mereka meninggal dunia karena kekurangan oksigen.
Kadiv Humas Polri Irjen Dedi Prasetyo menyatakan keyakinan tersebut disampaikan seusai mendapatkan keterangan dari para ahli hingga dokter spesialis dalam, paru, mata hingga THT.
"Tidak satu pun (ahli dan dokter) yang menyebutkan bahwa penyebab kematian adalah gas air mata tapi penyebab kematian adalah kekurangan oksigen," kata Dedi di Kantornya, Jakarta Selatan, Senin (10/10/2022).
Dedi menuturkan ratusan korban tewas dalam tragedi Kanjuruhan disebut karena terinjak hingga berdesak-desakan yang mengakibatkan kekurangan oksigen.
Dengan kata lain, bukan karena terdampak gas air mata polisi.
"Karena apa? Terjadi berdesak-desakan terinjak-injak, bertumpuk-tumpukan mengakibatkan kekurangan oksigen di pintu 13, pintu 11, pintu 14, dan pintu 3. Ini yang jadi korbannya cukup banyak," ungkapnya.
Lebih lanjut, Dedi menuturkan para ahli dan dokter spesialis menyatakan dampak gas air mata hanya menyebabkan iritasi mata, kulit hingga pernafasan.
"Dokter spesialis mata menyebutkan ketika kena gas air mata pada mata khususnya memang terjadi iritasi, sama halnya seperti kita kena air sabun"
"Terjadi perih tapi pada beberapa waktu bisa langsung sembuh dan tidak mengakibatkan kerusakan yang fatal."
"Sama halnya gas air mata juga kalau terjadi iritasi pada pernafasan pun sampai saat ini belum ada jurnal ilmiah yang menyebutkan ada fatalitas gas air mata yang mengakibatkan orang meninggal dunia," jelasnya.
Dedi menambahkan gas air mata tak memiliki racun yang dapat mengakibatkan kematian seseorang.
Hal itu pun sesuai dengan jurnal ilmiah hingga keterangan para ahli.
"Di dalam gas air mata tidak ada toksin atau racun yang mengakibatkan matinya seseorang"
"Tentunya ini masih butuh pendalaman-pendalaman lebih lanjut"
"Apabila ada jurnal ilmiah baru, temuan yang baru tentu akan menjadi acuan, juga bagi tim investigasi bentukan bapak Kapolri masih terus bekerja," pungkasnya.
Mengutip Tribunnews grup Suryamalang 'Dicurigai Kedaluwarsa, Gas Air Mata yang Ditembak Saat Tragedi Kanjuruhan Diperiksa di Laboratorium'.
Ikuti berita Arema FC, berita Arema hari ini, berita Arema dan berita Arema populer lainnya.
Update berita terbaru di Google News SURYAMALANG.com
(Suryamalang|Iksan Fauzi|Tribunnews|Gita Irawan)