TRAGEDI AREMA VS PERSEBAYA

Kepentingan Iklan di Balik Laga Arema Vs Persebaya, Dugaan TGIPF Soal Jadwal Kick Off Tetap Malam

Daftar temuan TGIPF ada kepentingan iklan di balik laga Arema Vs Persebaya, dugaan jadwal kick off tetap malam

Penulis: Sarah Elnyora | Editor: Dyan Rekohadi
Suryamalang/Purwanto/Instagram @aremafcofficial
Arkhan Fikri (kiri) dan Jayus Hariono (kanan), lepentingan iklan di balik laga Arema Vs Persebaya, dugaan TGIPF soal jadwal kick off tetap malam 

SURYAMALANG.COM, MALANG - Kepentingan iklan di balik laga Arema Vs Persebaya tetap digelar larut malam jadi salah satu temuan TGIPF

Selain itu, Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF) juga mengurai sejumlah temuan lain terkait tragedi Kanjuruhan itu. 

Meski gas air mata disinyalir jadi pemicu jatuhnya korban, namun TGIPF turut menyisir polemik kick off pertandingan yang digelar larut malam. 

Lewat pernyataannya di Kantor Kemenko Polhukam Jakarta, anggota TGIPF, Rhenald Kasali menyinggung adanya "kekuatan" yang mengatur jalannya pertandingan. 

"Kekuatan" itu diduga jadi faktor kenapa pertandingan tetap digelar pada malam hari pukul 20.00 dan baru selesai sekitar pukul 22.10 WIB. 

Padahal sebelumnya, ada permintaan dari Polres Malang agar jadwal pertandingan dimajukan di sore hari. 

Berikut ini beberapa temuan TGIPF:

1. "Kekuatan" di Balik Jam Pertandingan 

Awalnya, aparat kepolisian telah meminta agar pertandingan itu digelar pukul 15.30 WIB dari jadwal semula pukul 20.00 WIB.

“Ada indikasi-indikasi yang misalnya, kenapa bisa jadi malam? Pada malam itu juga kemungkinan besar di situ ada pihak tertentu yang mempunyai kekuatan untuk mengatur tetap menjadi malam hari,” ujar Rhenald Kasali Senin (10/10/2022). 

Rhenald mengaku belum bisa membongkar sosok yang dimaksud.

Namun, Rhenald meyakini jika publik sebenarnya telah mengetahui siapa sosok yang memiliki kekuatan itu.

“Saya belum bisa, kita belum bisa sebutkan walaupun saudara-saudara sudah bisa menciumnya,” katanya.

Mengutip Kompas.com grup Suryamalang 'Siapa Pihak Kuat di Balik Laga Arema Vs Persebaya Tetap Digelar Malam Hari?'.

2. Kenapa Polisi Tunduk dengan Mudah?

Di sisi lain, Rhenald mengaku heran dengan sikap Polres Malang yang tetap tunduk dengan PT Liga Indonesia Baru (LIB).

Terutama soal sikap Kapolres Malang AKBP Ferli Hidayat yang tetap tunduk dengan jadwal yang telah diatur PT LIB.

“Ada surat dari Kapolres yang meminta agar dilaksanakan sore hari, terus kemudian diminta oleh PT LIB agar (tetap) dilakukan pada malam hari,” ungkap Rhenald.

“Kalau memang itu ditolak, mengapa polisi dan Polres kalah dan harus tetap dijalankan pada malam hari?” sambung dia.

3. PSSI dan PT LIB Diperiksa

Dalam upaya pengusutan, TGIPF akan memanggil beberapa pihak untuk dimintai klarifikasi. 

Termasuk sosok yang diduga mempunyai kekuatan untuk mengatur jadwal pertandingan Arema vs Persebaya tetap digelar malam hari.

Rhenald menuturkan, Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) dan PT Liga Indonesia Baru (LIB) akan dipanggil TGIPF untuk diperiksa di Kantor Kemenko Polhukam, Selasa (11/10/2022).

“Ya, kita akan panggil semua. PT LIB akan datang, akan kita minta. PSSI akan kita panggil besok dan sejumlah pihak yang terkait dengan ini semua ya. Kita akan klarifikasi,” kata dia.

4. Kepentingan Iklan Rokok

Temuan lain TGIPF adalah dugaan mengenai kepentingan iklan rokok dalam pertandingan sepak bola nasional yang digelar malam hari, termasuk laga Arema melawan Persebaya.

Rhenald mengatakan, laga malam hari biasanya digelar sekitar pukul 21.30 WIB untuk mengakomodasi iklan rokok.

“Kalau kemarin (Arema vs Persebaya) kan enggak jam segitu. Tapi banyak sekali hal-hal seperti dilakukan setengah 10 malam"

"Kami juga mendengar, mungkin itu salah satunya mengakomodasi iklan rokok yang baru mulai di jam setengah 10 malam,” ujar Rhenald.

Rhenald menyampaikan pertandingan yang digelar sangat malam juga dikeluhkan para pemain.

5. Gas air mata bersifat mematikan

Rhenald juga menyatakan tembakan gas air mata oleh personel Polri kepada Aremania bersifat mematikan.

Menurut dia, penggunaan senjata gas air mata oleh kepolisian pada dasarnya untuk meredam agresivitas massa, bukan senjata yang bersifat mematikan.

Akan tetapi, penggunaan gas air mata dalam tragedi di Stadion Kanjuruhan, Malang, tampak berbeda.

“Jadi (gas air mata) bukan senjata untuk mematikan, tapi senjata untuk melumpuhkan supaya tidak menimbulkan agresivitas,” ujarnya.

“Yang terjadi (di Kanjuruhan) adalah justru mematikan. Jadi ini tentu harus diperbaiki,” tutur dia.

Pihak Polri telah mengakui bahwa gas air mata yang ditembakkan personel kepolisian di Stadion Kanjuruhan sudah kedaluwarsa.

Terkait hal itu, Rhenald Kasali menegaskan, Polri melakukan penyimpangan dan pelanggaran karena menembakkan gas air mata yang kedaluwarsa.

Untuk itu, Rhenald mengingatkan bahwa posisi kepolisian saat ini bukanlah sebagai kepolisian yang berbasis militer, melainkan berbasiskan kepolisian sipil.

“Karena gas air mata itu, ingat ini adalah kalau kepolisian itu adalah sekarang ini bukan military police, bukan polisi yang berbasis militer, tapi ini adalah civilian police"

"Nah, maka polisi itu ditangankanani oleh kitab HAM,” imbuh dia.

Update berita terbaru di Google News SURYAMALANG.com 

(Kompas|Achmad Nasrudin Yahya)

 

Sumber: Surya Malang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved