TRAGEDI AREMA VS PERSEBAYA

KontraS dan Ketua Panpel Arema FC Kompak, Autopsi Kepada Korban Tragedi Kanjuruhan Harus Dilakukan!

KontraS dan Ketua Panpel Arema FC Kompak, Autopsi Kepada Korban Tragedi Kanjuruhan Harus Dilakukan!

Editor: Eko Darmoko
AP Photo/Yudha Prabowo via Kompas.com
Polisi menembakkan gas air mata dalam kericuhan di Stadion Kanjuruhan, Sabtu (1/10/2022) malam. 

SURYAMALANG.COM - Komisi Untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS) mengungkapkan pentingnya autopsi pada jenazah korban Tragedi Stadion Kanjuruhan.

Hal itu dilakukan sebagai upaya untuk mengetahui penyebab kematian para korban setelah menonton laga Arema FC vs Persebaya Surabaya di Stadion Kanjuruhan, Sabtu (1/10/2022) malam.

Sekjen Federasi KontraS, Andy Irfan mengatakan, seharusnya Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF) segera melakukan autopsi kepada jenazah korban Tragedi Stadion Kanjuruhan.

Tentunya dengan meminta izin terlebih dahulu kepada keluarga korban

"Harusnya, yang melakukan itu adalah TGIPF bekerjasama dengan lembaga negara lain dan para pendamping korban untuk melaksanakan autopsi."

"Untuk menghentikan segala retorika soal penyebab kematian," ujarnya kepada SURYAMALANG.COM Kamis (13/10/2022).

Ia juga meminta kepada pihak kepolisian, untuk berhenti beropini terhadap Tragedi Stadion Kanjuruhan.

"Polisi tidak perlu membangun opini, karena soal hukum harus bicara fakta bukan opini."

"Kami mendesak, agar polisi berhenti beropini."

"Fokuslah untuk pengungkapan fakta sebagaimana seharusnya, dan bergeraklah sesuai aturan hukum yang ada," jelasnya.

Dalam kesempatan itu, ia berharap ada keluarga korban Tragedi Stadion Kanjuruhan yang bersedia dilakukan autopsi.

"Kami juga berharap, ada keluarga korban yang bersedia serta ikhlas agar jenazah almarhum di-autopsi," tambahnya.

Dengan adanya autopsi, akan bisa diketahui apa penyebab kematian korban Tragedi Stadion Kanjuruhan.

Apakah karena gas air ataukah karena desak-desakan dan lainnya?

"Dengan autopsi, mari kita buktikan berapa yang meninggal karena gas air mata dan yang meninggal karena himpit-himpitan atau karena hal lainnya."

"Sebagai pembanding, dalam peristiwa di tempat yang sama (Stadion Kanjuruhan) pada April 2018, ada gas air mata tetapi yang meninggal hanya satu orang, itu pun karena alami sesak nafas," tandasnya.

Autopsi kepada korban juga pernah diutarakan oleh Ketua Panpel Arema FC, Abdul Haris, yang kini ditetapkan sebagai tersangka Tragedi Stadion Kanjuruhan.

Menurut Abdul Haris, gas air mata yang ditembakan polisi saat kericuhan tahun 2018 lalu ketika Arema melawan Persib Bandung, berbeda dengan gas air mata yang ditembakan usai pertandingan Arema FC vs Persebaya Surabaya.

"Saat tanggal 1 Oktober kemarin, saya masuk ke dalam lapangan dengan mata perih dan sesak napas."

"Saya masuk ke dalam di situ sudah banyak adik-adik kita, saudara-saudara kita bergeletakan."

"Mereka saya lihat ada yang lebam mukanya, mukanya membiru, tidak bisa napas."

"Ada yang sekarat dan saya pegang kakinya dan lehernya, sudah meninggal," kata Abdul Haris, Jumat (7/10/2022).

Untuk itu pihaknya memohon agar soal gas air mata yang ditembakan pihak kepolisian benar-benar dibuka seterang-terangnya.

Bahkan ia juga meminta agar korban meninggal di-autopsi untuk mengetahui apa penyebab kematian mereka.

"Tolong diperiksa itu gas air mata yang seperti apa."

"Karena gas air mata yang saya rasakan saat tanggal 1 itu tidak sama ketika kejadian gas air mata tahun 2018."

"Saat 2018 Aremania bergeletakan masih bisa dikasih kipas dikasih air bisa tertolong."

"Ini sudah tidak bisa apa apa. Korbannya saya lihat mukanya biru biru semua," ujarnya.

"Saya juga minta ini di-autopsi agar diketahui ini meninggal karena apa, apakah meninggal karena berhimpitan atau karena gas air mata."

"Tolong yang punya kewenangan, tolong ini diusut. Saya mohon, kenapa itu harus terjadi."

"Kalau menghalau agar Aremania tidak masuk ke lapangan kenapa ditembakkan ke pintu evakuasi, kenapa di sana?"

"Di sana itu yang lihat adalah keluarga, anak anak kecil, wanita, yang masih umur belia."

"Mereka bukan suporter murni tapi mereka keluarga."

"Pintunya juga sama, SOP nya juga sama seperti 2018. Ini yang jadi beban saya, tolong Aremania, suporter seluruh Indonesia, marilah bersama sama untuk menegakan kebenaran ini sama sama," jelas Abdul Haris.

Update Google News SURYAMALANG.COM

 

Sumber: Surya Malang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved