Berita Arema Hari Ini

Berita Arema Hari Ini: Protes Aremania Soal Penyelidikan dan Security Officer Singo Edan Ditahan

Simak berita Arema hari ini populer Selasa 25 Oktober 2022 tentang protes Aremania terkait penyelidikan tragedi Kanjuruhan.

Penulis: Ratih Fardiyah | Editor: Dyan Rekohadi
SURYAMALANG.COM/Luhr Pambudi/Instagram @juragan_99
Tersangka kasus Tragedi Kanjuruhan Suko Sutrisno saat digiring ke tahanan Mapolda Jatim, Senin (24/10/2022) (kanan) dan Presiden Arema FC (kiri) 

SURYAMALANG.COM, MALANG - Simak berita Arema hari ini populer Selasa 25 Oktober 2022 yang mengulas tentang pemain dan pelatih Singo Edan.  

Satu yang menjadi sorotan dalam berita Arema populer tentang protes Aremania terkait penyelidikan tragedi Kanjuruhan.

Selain itu juga terdapat tentang Presiden Arema FC yang akan dibahas di berita Arema hari ini populer.

Selengkapnya, simak berita Arema hari ini:

1. Presiden Arema FC Diminta Lugas Ajukan KLB PSSI, Curhat Gilang Widya Pramana Direspon Pro Kontra

Presiden Klub Arema FC, Gilang Widya Pramana diserbu komentar yang memintanya untuk lugas ikut mengajukan Kongres Luar Biasa (KLB).

Permintaan netizen agar presiden Arema FC mengajukan KLB PSSI seperti yang dilakukan Persebaya dan Persis Solo dinilai sebagai bagian dari semangat #UsutTuntas Tragedi Kanjuruhan.

Dukungan pengajuan KLB PSSI juga dinilai sebagai langkah konkret pernyataan Gilang Widya Pramana yang  mendukung penuh semua proses transformasi dan perbaikan sepak bola Indonesia.

Menariknya, keberanian Arema FC jika mengajukan KLB PSSI dinilai bisa jadi tolak ukur apakah Juragan 99 bisa lepas dari bayang-bayang Iwan Budianto atau tidak.

Permintaan warganet itu mewarnai komentar pro dan kontra di samping komentar dukungan di akun instagram Juragan 99 yang menayangkan curhatan sang Presiden Arema FC hari ini, Selasa (25/10/2022).

Gilang Widya Pramana mengunggah curhatnya setelah ia dinilai netizen tak serius berperan dalam Usut Tuntas Tragedi Kanjuruhan yang digaungkan suporter.

Hal ini menyusul pernyataan Arema FC terkait Transformasi dan perbaikan sepak bola Indonesia.

Padahal Persebaya dan Persis Solo telah melakukan langkah konkret mendesak PSSI untuk menggelar Kongres Luar Biasa (KLB) dan RUPS LB PT LIB dengan mengirim surat ke PSSI dan PT LIB.

Menanggapi tanggapan netizen, Gilang melalui akun instagramnya memaparkan ; beragam usaha sudah ia lakukan untuk membantu para korban, termasuk soal usut tuntas kasus ini.

"Dalam hidup selalu ada masa-masa senang dan ada juga masa-masa kelam. Berduka dan meratapi kesedihan, itu seharusnya. Apalagi kalau menyangkut orang-orang yang kita cintai. Sejak hari pertama sampai hari ini saya dalam kapasitas pribadi berusaha membantu sekuat tenaga, pikiran dan dana untuk para korban tragedi Kanjuruan dan keluarganya. Semua saya lakukan karena keprihatinan luar biasa melihat banyaknya korban yang tidak seharusnya terjadi," kata Glang, Selasa (25/10/2022).

Tak jarang netizen menilai Gilang tetap bepergian keluar negeri pasca Tragedi Kanjuruhan yang menewaskan 135 orang.

Padahal menurut Gilang, ia keluar negeri untuk bekerja dan dari hasil bisnisnya itu untuk menyokong keberlangsungan 'hidup' Arema FC.

"Beberapa orang menganggap saya tidak peduli dengan tragedi Kanjuruan, menuduh saya tidak berduka hanya karena saya masih melakukan bisnis dan pekerjaan saya. Perlu dipahami bahwa menjadi presiden Arema FC merupakan pilihan pribadi. Saya adalah Aremania dan sepakbola adalah passion saya. Tetapi saya juga memiliki bisnis-bisnis yang harus terus saya kelola. Dari bisnis itulah saya bisa mendukung Arema FC, meningkatkan fasilitas dan kesejahteraan pemain. Perlu dipahami tidak ada keuntungan finansial dari Arema yang saya nikmati," lanjutnya.

Lebih lanjut pria yang dikenal sebagai Crazy Rich Malang itu menuturkan, ia tak tinggal diam dan menunggu kelanjutan semua pihak dalam mengusut kasus yang terjadi usai pertandingan Derbi Jatim, Arema FC kalah 2-3 melawan Persebaya Surabaya itu. 

"Ada juga yang menuntut saya untuk mengusut tuntas apa yang terjadi. Pernyataan saya sudah tegas, saya mendukung segala upaya untuk mengusut tuntas tragedi Kanjuruan. Sudah ada TGIPF, sudah ada proses hukum yang sedang berjalan. Saya juga ingin tragedi ini menjadi terang benderang sehingga bisa menjadi pembelajaran bagi dunia persepakbolaan. Saya juga mendukung penuh semua proses transformasi dan perbaikan sepak bola nasional agar ke depan sepak bola Indonesia menjadi lebih baik," terangnya.

"Tragedi Kanjuruhan adalah lembaran kelam bagi Arema FC dan Aremania. Kiita semua berduka, saya berduka. Mari kita jadikan pelajaran agar tidak ada lagi nyawa yang hilang karena sepak bola," tutupnya.

2. Security Officer Arema FC Suko Sutrisno Ditahan, Kuasa Hukum Pantau Perkembangan Kasus

Security Officer Arema FC, Suko Sutrisno menjadi salah satu tersangka kasus Tragedi Kanjuruhan yang resmi ditahan di Polda Jatim sejak Senin (24/10/2022)

Kuasa hukum Suko Sutrisno, Agus Salim Ghozali mengatakan pihaknya langsung mengajukan penangguhan penahanan untuk kliennya.

"Yang pertama kami lakukan ialah mengajukan penangguhan penahanan langsung pada malam itu juga (kemarin,red)," kata Agus Salim kepada Suryamalang.com, Selasa (25/10/2022).

"Tapi apakah penangguhan penahanan yang kami ajukan akan dikabulkan oleh tim penyidik Polda dan Kapolri atau tidak, kami belum tahu. Yang penting saya selaku kuasa hukum sudah melakukan yang terbaik," tambahnya.

Upaya selanjutnya yang akan dilakukan tim kuasa hukum Suko Sutrisno adalah menunggu kelanjutan kasus ini, yakni pengembalian berkas perkara untuk dilengkapi (P19) atau pemberitahuan bahwa hasil penyidikan sudah lengkap (P21). 

"Yang kami lakukan sembari menunggu penyidikan ini sudah layak diserahkan kepada jaksa penuntut umum untuk sudah P21 atau masih P19, nanti akan coba kami pantau," jelasnya.

Seperti diberitakan sebelumnya, enam tersangka Tragedi Kanjuruhan yang menewaskan 135 orang saat ini telah ditahan di Polda Jatim.

Keenam tersangka itu ialah Direktur PT Liga Indonesia Baru (LIB) Akhmad Hadian Lukita, Ketua Panitia Pelaksana Pertandingan Arema FC Abdul Haris, Security Officer Suko Sutrisno, Komandan Kompi III Brimob Polda Jatim AKP Hasdarman, Kabag Ops Polres Malang Wahyu SS dan Kasat Samapta Polres Malang Ajun Komisaris Polisi Bambang Sidik Achmadi.

3. Aremania Geram Penyidikan Tragedi Kanjuruhan Berjalan Lambat, Belum Puas Hanya dengan 6 Tersangka

Tim Gabungan Aremania (TGA) menyesalkan lambatnya proses penyidikan Tragedi Stadion Kanjuruhan.

Hal tersebut disampaikan oleh Jubir TGA, Totok Kaconk, saat menyampaikan pers rilis pada Selasa (25/10/2022).

Aremania juga menyesalkan, bahwa sampai saat ini hanya ada enam tersangka yang ditetapkan.

"Kami menyesalkan lambannya proses penyidikan kasus Kanjuruhan yang hingga saat ini hanya menetapkan enam tersangka."

"Padahal cukup tampak di mata kita betapa brutalnya kekerasan yang terjadi di Stadion Kanjuruhan," ucapnya kepada SURYAMALANG.COM.

Aremania juga meminta kepada kepolisian agar lebih serius dalam mengawasi penegakan hukum atas Tragedi Kanjuruhan.

"Kita minta Kapolri dengan Propam-nya serius untuk mengawasi penegakan hukum pada proses yang sedang berjalan dan bersihkan Polri dari konflik-konflik internal yang justru merugikan pencari keadilan," ujarnya.

Lambatnya proses penanganan kepada para tersangka Tragedi Stadion Kanjuruhan ini cukup dikhawatirkan oleh Aremania.

Sebab, hal ini dapat memberi kesempatan bagi para tersangka untuk menghilangkan barang bukti dan lain sebagainya.

"Kalau lamban dikhawatirkan dapat memberi kesempatan bagi para tersangka untuk menghilangkan barang bukti, atau setidaknya mempengaruhi keterangan saksi-saksi, bahkan mempengaruhi pandangan penyidik dalam menentukan arah proses penyidikan," ucap Tim Hukum TGA, Anjar Nawan.

Dia juga menyampaikan, dari enam tersangka yang baru saja ditahan di Polda Jatim ini, ketiganya merupakan anggota Polri.

Aremania meminta agar dalam kasus ini proses pengusutan sesuai dengan fakta yang terjadi.

"Polisi yang jadi tersangka ini merupakan perwira pertama dan perwira menengah yang saat ini masih aktif."

"Meskipun saat ini mereka tidak memiliki jabatan komando, tapi hierarki/kepangkatan yang masih melekat padanya berdampak pada obyektivitas penyidik dan saksi dari Polri dalam perkara ini," tandasnya.

Sekadar diketahui, dalam tragedi selepas laga Arema FC vs Persebaya Surabaya itu, sudah menelan korban jiwa sebanyak 135 orang.

Update berita terbaru di Google News SURYAMALANG.com

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved