Berita Batu Hari Ini
Tantangan Pemkot dan Warga Kota Batu Pulihkan Sektor Peternakan Pasca Wabah PMK
Dampak Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) di Kota Batu bisa jadi merupakan tantangan terbaru bagi Pemkot Batu dan masyarakat Kota Batu.
Penulis: Benni Indo | Editor: rahadian bagus priambodo
SURYAMALANG.COM|BATU - Dampak Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) di Kota Batu bisa jadi merupakan tantangan terbaru bagi Pemkot Batu dan masyarakat Kota Batu.
Meskipun kondisinya sudah berangsur membaik, namun dampak PMK masih dirasakan para peternak hingga saat ini.
Beberapa waktu lalu, para peternak melakukan dengar pendapat dengan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan serta Komisi B DPRD Batu, diketahui dampak PMK membuat produksi susu menurun drastis.
Sukirman, seorang peternak asal Desa Oro-oro Ombo yang turut hadir dalam dengar pendapat mengatakan, produksi susu per sapi yang biasanya bisa sampai 25 liter per hari kini turun hanya menjadi 8 liter. Penurunan produksi susu ini mengakibatkan kerugian bagi para peternak.
"Pemulihan PMK di luar dugaan. Ketika sapi sehat, ternyata produksi susunya sangat sulit untuk naik. Dapat saya berikan contoh, biasanya bisa keluar sampai 25 liter, hari ini, tiga bulan setelah sapi sembuh, keluarnya 6 liter hingga 8 liter. Sehingga perlu nutrisi untuk ternak namun tidak terakomodir oleh pupuk bersubsidi," ujarnya.
Menurutnya, salah satu solusi yang dapat diambil yakni memperbaiki bahan makanan sapi. Peternak sangat bergantung pada pakan ternak yakni rumput gajah.
Sementara keberadaan rumput gajah kondisi nutrisinya juga perlu ditingkatkan.
Karianto, Ketua Gapoktan Rukun Santoso menyatakan, ada 145 hektare lahan yang dijadikan tempat untuk penanaman hijauan sebagai kebutuhan dasar pakan ternak.
Lahan tersebut milik Perhutani. Dampak PMK juga telah membuat perputaran uang menurun drastis di Koperasi Unit Desa.
"Sampai hari ini masih terasa sekali. Kalau kita lihat dari beberapa data, misal di KUD Batu, sebelum PMK, perputaran nilai per 10 hari bisa mencapai Rp 3 miliar, pada hari ini ketika terjadi PMK, hanya separohnya yakni, Rp 1,5 miliar dalam 10 hari. Dengan asumsi seperti itu, peran peternakan itu sendiri sangat besar untuk perekonomian Kota Batu," paparnya.
Kalianto mengatakan bahwa para peternak berusaha semaksimal mungkin mencapai pemulihan dari sektor peternakan. mereka berupaya swadaya demi kondisi yang lebih baik. Bahkan memberanikan diri untuk pinjam uang ke sanak keluarganya.
"Kami berupaya mencapai pemulihan dari sektor itu karena apa, mereka yang tidak memiliki pekerjaan lain, kecuali beternak itu sendiri memang sangat terasa. Pinjam sana, pinjam sini, demi upaya pemulihan," paparnya.
Para peternak juga mengeluhkan pendataan yang dilakukan oleh Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan yang dinilainya hanya mendata sapi mati saja. Dinas tidak disebut tidak mendata sapi-sapi yang sakit dan produksi susunya berkurang.
Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan, Heru Yulianto menyatakan, di tengah kelangkaan pupuk bersubsidi ini, harganya juga tidak murah, solusi yang ditawarkan yakni kembali ke pertanian organik.
Terkait PMK, Heru mengatakan bahwa penyakit tersebut tidak bisa selesai dalam waktu satu atau dua tahun saja. Butuh waktu cukup panjang untuk benar-benar mentas. dari sekitar 15 ribu sapi di Kota Batu, 500 di antaranya adalah sapi potong.