Indonesia Darurat Perundungan, 41 Persen Pelajar Pernah Dirundung di Sekolah

Indonesia darurat perundungan. Indonesia menempati peringkat kelima dalam kasus perundungan.

Penulis: Sylvianita Widyawati | Editor: Zainuddin
Tribunnews
Ilustrasi. 

SURYAMALANG.COM, MALANG - Indonesia darurat perundungan. Sesuai data Programme for International Student Assessment (PISA), Indonesia menempati peringkat kelima dalam kasus perundungan.

Sesuai hasil survei Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), 24 persen potensi perundungan terjadi di sekolah.

Bahkan sebanyak 41 persen pelajar di indonesia mengaku pernah mendapat perundungan di sekolah.

Plt Direktur SMP Kemendikbudristek, I Nyoman Rudi Kurniawan mengatakan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen-PPPA) mencatat ada 9.588 kasus kekerasan seksual pada anak tahun 2022. Jumlah ini meningkat dibandingkan tahun sebelumnya yang sebanyak 4.162 kasus.

"Potret peserta didik yang seperti ini tentu mengkhawatirkan. Dalam lingkup pendidikan, kemerdekaan menyangkut bagaimana lingkungan sekolah menyikapi keragaman perbedaan individu, identitas, maupun latar belakang budaya, dan mengenai komitmen kebangsaan," kata Nyoman, Selasa (24/10).

Wakil Dekan III Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Bayu Hendro Wicaksono mengatakan perundungan yang semakin meningkat menunjukkan kemunduran pendidikan. Perundungan bisa berupa candaan antar teman sebaya yang berakibat serius.

"Korban perundungan bisa mengalami luka psikis atau emosional yang menyakitkan. Dampak ini bisa berlangsung lama karena mempengaruhi ingatan jangka panjang mereka," kata Bayu.

Bayu menyebutkan sekolah perlu meningkatkan iklim sekolah, komunikasi positif, dan penegakan aturan.

Dalam mengurangi kasus perundungan, sekolah perlu menerapkan pendidikan komunikatif dan kolaboratif yang dapat diintegrasikan dalam kurikulum. Selain itu, sekolah perlu mengajarkan siswa tidak mudah menerima informasi begitu saja.

"Siswa harus mampu menganalisis informasi dan memahami berbagai perspektif sebelum membuat keputusan," terangnya.

Sumber: Surya Malang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved