Kartu Kuning Didominasi Pemain Asing, Kartu Merah Didominasi Pemain Lokal

SURYAMALANG.COM, SURABAYA - Tiga pemain asing Persebaya Surabaya tercatat menjadi pemain paling banyak mengoleksi kartu kuning, yaitu Song Ui-Young, Bruno Moreira, dan Dusan Stevanovic.

Dari tiga pemain asing ini, Song Ui-Young menjadi kolektor kartu terbanyak, yaitu enam kartu kuning dari 17 pertandingan.

Perolehan kartu Song Ui-Young masih bisa dimaklumi karena berposisi sebagai gelandang tengah. Karena menghentikan serangan lawan, pemain berusia 30 tahun itu tak jarang harus menerima kartu kuning akibat melakukan professional foul.

Koleksi kartu kuning ini disusul oleh Dusan Stevanovic dan Bruno Moreira yang masing-masing mendapat lima kartu kuning. Dari perolehan kartu tersebut, Dusan dan Bruno sama-sama sudah menjalani hukuman satu kali larangan bertanding akibat akumulasi.

Absennya pemain asing karena akumulasi kartu tentu sangat merugikan tim. Terutama saat Bajul Ijo melakoni pertandingan krusial di sisa musim ini.

Selain kartu kuning, perolehan kartu merah untuk pemain Persebaya juga menjadi sorotan. Persebaya sudah bertanding dengan 10 pemain dalam tiga pertandingan pada musim ini.

Arief Catur Pamungkas menjadi pemain yang paling sering terkena kartu merah. Bek kanan Persebaya ini pertama kali mendapat kartu merah saat Bajul Ijo tandang melawan Persija Jakarta di pekan 5, dan saat melawan Dewa United di pekan 14.

Pemain lain yang pernah mendapat kartu merah adalah Reva Adi Utama. Kapten tim ini mendapat kartu merah Persebaya kalah 0-4 dari Persik Kediri di pekan 17.

Pemain Asing

PT Liga Indonesia Baru (PT LIB) memperkenankan klub memiliki enam pemain asing di Liga 1 2023/2024. Perinciannya, lima pemain asing bebas dan satu pemain ASEAN. Jumlah ini lebih banyak dibandingkan musim lalu yang hanya menggunakan empat pemain asing dengan rincian tiga pemain asing bebas dan satu pemain dari Asia.

Penambahan tenaga dari pemain asing ini memaksa pemain lokal untuk keluar dari zona nyaman. Pemain lokal harus bekerja lebih keras untuk mendapat kepercayaan agar bisa tampil bersama tim.

Agen pemain sepak bola, Azmi Ponti menilai format enam pemain asing di Liga 1 2023/2024 menjadi pedang bermata dua bagi klub. Satu sisi, format ini membuat kompetisi antar klub lebih berwarna dan menghidupkan persaingan antar pemain. Namun, di sisi lain ada risiko lebih besar klub menjadi salah pilih pemain.

"Dengan penambahan pemain asing ini diharap pemain yang datang ke Liga Indonesia mampu mengangkat kualitas pemain lokal. Akan tercipta persaingan sangat ketat antarpemain dan juga pasti dapat mampu meningkatkan kualitas kompetisi Indonesia itu sendiri," kata Azmi Ponti.

Di sisi lain, banyaknya pemain asing membuat klub harus jeli dalam memilih. Peran pemain asing dalam tim sangatlah vital. Klub merekrut pemain asing dengan ekspektasi mampu memberikan sesuatu yang tidak bisa diberikan oleh pemain lokal.

Karenanya, klub harus bisa menemukan pemain asing yang cocok dengan skema permainan yang akan diterapkan. Kesalahan dalam perekrutan bakal membuat klub membayar sangat mahal saat kompetisi berjalan.

"Ini yang menjadi tantangan bagi setiap tim atau setiap pelatih. Pelatih atau klub harus teliti dalam merekrut pemain asing sesuai kebutuhan posisi pemain di dalam tim. Khususnya pemain asing ASEAN, karena kualitas ASEAN ini tidak jauh beda dengan pemain indonesia, kecuali pemain naturalisasi dari negara ASEAN karena mereka berasal dari Eropa," tuturnya.(Abdullah Faqih/kompas.com)