Kronologi Dokter Aulia Depresi Dipalak Senior Rp 40 Juta Per Bulan, Disuruh Buat Tesis dan Cuci Baju
Kronologi dokter Aulia depresi dipalak senior sampai Rp 40 juta per dulan, disuruh buat tesis dan cuci baju, investigasi Kemenkes-Kemendikbud Ristek.
Penulis: Sarah Elnyora | Editor: Sarah Elnyora Rumaropen
SURYAMALANG.COM, - Kronologi dokter Aulia depresi hingga ditemukan tewas dijelaskan oleh Kemenkes dan Kemendikbud Ristek setelah melakukan investigasi.
Dari investigasi tersebut, terungkap temuan dugaan bullying yang dilakukan senior kepada dokter Aulia Risma Lestari.
Beberapa bully yang dilakukan itu antara lain pemalakan uang mencapai Rp 40 juta per bulan, membuatkan tesis sampai cuci baju.
Aulia Risma Lestari berusia 30 tahun adalah seorang dokter PPDS Anestesi Universitas Diponegoro (UNDIP) Semarang.
Diketahui, dokter Aulia Risma tewas di kamar kosnya yang berlokasi di Lempongsari, Gajahmungkur, Kota Semarang, Jawa Tengah, Senin (12/8/2024) sekira pukul 22.00 WIB.
Adapun kronologi dokter Aulia depresi diduga akibat rentetan bully yang dilakukan seniornya.
Berdasarkan investigasi Kementerian Kesehatan (Kemenkes) bersama Itjen Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek), ada temuan almarhum dipaksa sejumlah oknum senior untuk mengeluarkan uang di luar kewajaran.
Juru Bicara Kemenkes, Mohammad Syahril mengungkap, total permintaan uang tersebut berkisar antara Rp 20 juta sampai Rp 40 juta per bulan.
"Permintaan uang ini berkisar antara Rp 20–Rp 40 juta per bulan," ujar Juru Bicara Kemenkes Mohammad Syahril dalam keterangannya di Jakarta, Minggu (1/9/2024) mengutip Kompas.com (grup suryamalang).
Lebih lanjut, Syahril mengatakan, berdasarkan kesaksian, hal itu terjadi ketika almarhumah masih di semester 1 pendidikan sekitar bulan Juli hingga November 2022.
Kala itu, Aulia Risma ditunjuk sebagai bendahara angkatan yang bertugas mengumpulkan pungutan dari teman-teman seangkatan dan menyalurkannya untuk kebutuhan non-akademik.
Baca juga: Sebelum Dokter Aulia Tewas, UNDIP Sudah Dilaporkan Dugaan Bully Senior ke Junior, Dinner dan Cek In
Kebutuhan yang dimaksud adalah membiayai penulis lepas untuk membuat nasakah akademik senior, menggaji OB, dan berbagai kebutuhan senior lainnya.
"Pungutan ini sangat memberatkan almarhumah dan keluarga" jar Syahril.
"Faktor ini diduga menjadi pemicu awal almarhum mengalami tekanan dalam pembelajaran karena tidak menduga adanya pungutan tersebut dengan nilai sebesar itu," imbuh Syahril.
Syahril menyebut, bukti dan kesaksian akan adanya permintaan uang di luar biaya pendidikan ini sudah diserahkan ke pihak kepolisian untuk dapat diproses lebih lanjut.
"Investigasi terkait dugaan bullying saat ini masih berproses oleh Kemenkes bersama pihak kepolisian," kata Syahril.
Tidak hanya dipalak, Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Dr Siti Nadia Tarmizi mengungkap ada juga perundungan dalam bentuk lainnya.
Perundungan itu seperti bekerja di luar waktu jam kerja, diminta membuat tesis untuk senior, hingga kegiatan mencuci pakaian.
Sedangkan tesis adalah karya tulis ilmiah yang merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar magister (S2) di perguruan tinggi.
"Kemudian adanya juga kegiatan-kegiatan lainnya seperti bekerja di luar jam waktu yang seharusnya kemudian melakukan tugas seperti membuat tesis untuk para senior dan juga mengantarkan seperti laundry dan sebagainya," tutur Siti Nadia.
Baca juga: FAKTA-FAKTA Dokter Anestesi Undip Akhiri Hidup: Diduga Dibully, Kerja Rodi 18 Jam, Curhat Mau Resign
Adapun terkait pelaku perundungan dan pemalakan, Siti Nadia menyebut Kemenkes telah menyerahkan hasil investigasi ke kepolisan.
Menurut Siti Nadia, kepolisian nantinya akan menyampaikan secara resmi terkait hal tersebut.
"Jadi nanti akan secara resmi disampaikan juga oleh pihak kepolisian yang pasti apa yang dilakukan Kementerian Kesehatan adalah kami melakukan investigasi yang dilakukan oleh Tim Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan" ujar Siti Nadia.
"Yang kemudian hasilnya ini juga sudah kita sampaikan kepada kepolisian, untuk selanjutnya tindakan apa yang akan diambil oleh kepolisian ini tentunya menjadi kewenangan daripada pihak kepolisian," ucap Siti Nadia.
Rekaman Suara Dokter Aulia ke Ayahnya
Beredar pula rekaman suara dokter Aulia Risma saat menjalani Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Anastesi di Universitas Diponegoro.
Rekaman suara tersebut ditujukan untuk ayahnya, Mohamad Fakhruri (65) dan dikirimkan melalui WhatsApp.
Dalam rekaman terdengar suara tangisan dokter Aulia yang tidak kuat menjalani PPDS.
Berikut rekaman suara yang diduga dikirimkan dokter Aulia ke ayahnya:
"Enggak pah. Tiap aku bangun tidur itu pah, badannya sakit semua. Punggungnya sakit semua"
"Bangun harus pelan-pelan. Kalau enggak pelan-pelan, aku enggak bisa bangun. Aku aja tadi mau minum itu susah. Di bangsal minum enggak bisa"
"Terus akhirnya aku minta tolong CS (Customer Service) aku kasih uang Rp 50 ribu. Aku minta nitip minum buat dia belikan minum. Karena aku nggak boleh ke kantin ke minimarket sama sekali pah"
"Pah, bener-bener yah pah, di sini tuh programmnya kacau kacau pah. Aku tanya teman yang di UNS itu nggak 24 jam pah, Aku enggak tahu aku bisa atau enggak pah."
Pengacara Membenarkan
Mantan kuasa hukum keluarga dokter Aulia, Susyanto membenarkan rekaman yang viral di media sosial mirip suara dokter Aulia.
Meski tak lagi menjadi kuasa hukum keluarga dokter Aulia, Susyanto mengetahui kedekatan antara dokter Aulia dengan ayahnya.
"Intinya ada yang tidak suka dengan saya yang ingin mengawal kasus ini sampai selesai. Padahal (kasus) ini masih setengah jalan," tukas Susyanto pada Senin (26/8/2024) mengutip TribunJateng.com.
Susyanto berani menjamin keaslian rekaman suara lantaran sudah disodorkan ke penyidik Polrestabes Semarang.
"Benar itu suara asli (Aulia) lewat chatting WhatsApp antara korban dengan ayahnya," jelas Susyanto.
Susyanto menjelaskan kondisi kesehatan Mohamad Fakhruri (65) menurun setelah mengetahui dokter Aulia tewas.
"Makanya ayahnya langsung sakit sampai ikut meninggal dunia," imbuh Susyanto.
Kini Dekan FK Undip Yan Wisnu diberhentikan sementara dari jabatannya sebagai dokter spesialis onkologi di RSUD Dr kariadi imbas kasus dugaan perundungan pada PPDS studi anestesiologi dan terapi intensif.
Keputusan penangguhan itu tertuang dalam surat nomor KP.04.06/D.X/7465/2024 yang ditandatangani oleh Direktur Utama RSUP Dr Kariadi, dr. Agus Akhmadi, M.Kes pada 28 Agustus 2024.
Menurut Wakil Rektor IV Undip Wijayanto, pemberhentian Yan Wisnu dilakukan karena direktur mendapatkan tekanan dari Kemenkes untuk mengelurkan keputusan tersebut.
Kendati demikian, Wijayanto menyayangkan dan menilai pemberhentian ini dilakukan tergesa-gesa karena investigasi oleh polisi belum selesai.
Apalagi, pembelajaran di PPDS juga diberhentikan sementara sejak 14 Agustus 2024 lalu.
"Penutupan program studi itu tidak hanya merugikan 80-an para mahasiswa PPDS lainnya. Namun juga masyarakat yang mesti panjang mengantre karena kelangkaan dokter di RS Karyadi," kata Wijayanto, Minggu (1/9/2024) melalui keterangan tertulis melansir Tribunnews.com.
Diketahui, penyebab meninggalnya dokter Aulia diduga depresi hingga bunuh diri dengan menyuntikkan obat penenang ke tubuhnya sendiri.
dokter Aulia depresi hingga ditemukan tewas
dokter Aulia depresi
dokter Aulia
bullying
Aulia Risma Lestari
Universitas Diponegoro (UNDIP)
Universitas Diponegoro
suryamalang
SIAPA Wahyudin Anggota DPRD Gorontalo Viral Pamer Pakai Uang Negara? Punya Harta Minus Rp 2 Juta |
![]() |
---|
Prakiraan Cuaca Malang dan Batu Jawa Timur Sabtu 20 September 2025:Kota Cerah, Kabupaten Hujan |
![]() |
---|
Berita Arema FC Hari Ini Populer: Target Menang, 1700 Personel Gabungan Amankan Laga Lawan Persib |
![]() |
---|
TINGGAL 3 HARI LAGI! Batas Akhir Pemberkasan PPPK Paruh Waktu Formasi 2024 Pemprov Jatim |
![]() |
---|
Inilah 11 Desa di Kabupaten Pasaman Sumatera Barat Dapat Dana Desa 2025 Tertinggi Capai Rp 1,8 M |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.