Pilwali Kota Batu 2024

Dua Pakar Politik Puji Blusukan Dewa Apalagi Sampai Bisa Menangkap Esensi dari Kemiskinan Warga

Anang menyarankan ke tiga Paslon agar memanfaatkan masa kampanye secara maksimal untuk blusukan ke kampung-kampung kota Batu buat menyapa rakyat

Penulis: Imam Taufiq | Editor: Dyan Rekohadi
SURYAMALANG.COM/imam Taufiq
Dewa kian getol blusukan selama musim kampanye, seperti menyapa warga di Kecamatan Bumiaji. 

SURYAMALANG.COM, BATU - Pakar politik dari Universitas Brawijaya (UB) Malang, Prof Anang Sujoko S Sos, MSi, D COMM mengamati jadwal kampanye buat tiga pasang calon di Pilwali Kota Batu selama tiga pekan ini.

Anang menyarankan ke tiga Paslon agar memanfaatkan masa kampanye secara maksimal untuk blusukan ke kampung-kampung kota Batu buat menyapa rakyat langsung.

Sebab, jika tidak, itu akan menyulitkan buat paslon sendiri untuk dikenal saat pencoblosan pada 27 November 2024 nanti.

Terkait aktivitas blusukan para Calon pemimpin Kota Batu, Lulusan S3 Univesity of South Australia ini seperti memuji Kresna Dewanata Phrosakh

Sebab, putera Rendra Kresna, mantan Bupati Malang dua kali itu terus blusukan, selain menyapa rakyat sepertinya juga dipakai untuk mendengar aspirasi warga.

"Apa yang dilakukan Dewa dan timnya dengan blusukan seperti itu cukup bagus. Artinya, ia akan lebih dikenal dan makin dekat dengan masyarakat pemilih," papar guru besar Ilmu Sosial dan Politik UB, Minggu (13/10/2024), saat diminta menanggapi cara blusukan Dewa.

Menurutnya, blusukan seperti itu memang targetnya cuma dikenal saja.

Itu baru tataran permukaan pada komunikasi politik karena masih banyak tahapan lagi untuk dipilih apalagi sampai ke tahapan disuka.

Dekan FISlP UB ini menyarankan, blusukan yang dilakukan oleh calon siapapun, mestinya bukan sekadar bertemu, atau ngobrol namun harus bisa mengidentifikasi permasalahan, dan apa yang dibutuhkan masyarakat Batu itu. 

"Sehingga yang terjadi bukan sekadar menawarkan gimik-gimik politik (janji-janji politik palsu) demi meningkatkan elektabilitasnya. Tapi, jauh lebih penting adalah menangkap esensi dari kebutuhan masyarakat itu. Jika terpilih nanti, itu bisa ditindaklanjuti untuk merumuskan strategi ke depan yang bisa ditawarkan. Misalnya, buat merumuskan badgeting, dan proses birokrasi yang baik untuk kepentingan rakyatnya," ungkap penulis banyak buku dan artikel di jurnal luar negeri itu.

Begitu juga Prof Dr Wahyudi M Si, pengamat politik dari Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), mengatakan, blusukan dengan gaya seperti Dewa itu lebih mengena.

Sebab, warga bukan dipaksa untuk mendengarkan visi misinya. Namun Dewa rupanya lebih banyak mendengar keluhan warga, sehingga nanti jika terpilih bukan cuma menaikkan kelas Batu jadi kota wisata dunia melainkan juga bisa mencium bau kelaparan warga. 

"Baguslah, jika mas Dewa solutif terhadap esensi persoalan warga. Memang, benar konsepnya (pasangan Krida itu), jika ingin mensejahterahkan warga Batu, salah satu cara ya menaikkan kelas wisatanya, jadi kelas mendunia. Sebab, Batu punya potensi itu, karena alamnya sudah terbentuk," ungkapnya.

Memang, pasangan nomer urut 3 di Pilwali Kota Batu, Kris Dayanti-Dewa (Krisda) itu menyiapkan konsep Teras Krida.

Itu akan jadi mimpi besar kedua paslon itu jika terpilih nanti.

Sebab, Teras Krida akan jadi tipping point buat masyarakat Batu untuk menuju Worldclass Tourism Destination atau tujuan wisata kelas dunia tahun 2030 dan Worldclass City atau kota kelas dunia tahun 2035.(fiq)

Sumber: Surya Malang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved