Profil Perempuan Inspiratif

Sepak Terjang Amithya Ratnanggani Sirraduhita, Ketua DPRD Kota Malang Periode 2024-2029

Amithya Ratnanggani Sirraduhita menjadi ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Malang periode 2024-2029

|
Penulis: Benni Indo | Editor: Eko Darmoko
SURYAMALANG.COM/Purwanto
Ketua DPRD Kota Malang, Amithya Ratnanggani Sirraduhita. 

SURYAMALANG.COM, MALANG - Amithya Ratnanggani Sirraduhita menjadi ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Malang periode 2024-2029. Ia memimpin 44 anggota DPRD Kota Malang yang didominasi oleh laki-laki.

Amithya Ratnanggani Sirraduhita menghadirkan warna baru di tengah dominasi laki-laki yang duduk di kursi pimpinan beberapa periode ke belakang.

Politisi PDI Perjuangan itu meyakini bahwa kepemimpinan yang dikendalikan oleh perempuan tidak ada bedanya dengan laki-laki. Kepemimpinan bukanlah tentang laki-laki atau perempuan, tetapi tentang kapasitas memenuhi tanggungjawab terhadap jawabannya.

Dalam lima tahun ke depan, Amithya Ratnanggani Sirraduhita menghadapi tantangan sekaligus peluang membuktikan dirinya pantas di kursi Ketua DPRD Kota Malang.

"Sebenarnya gagasan-gagasan itu baik dari para perempuan. Hanya yang menahan mereka itu sebenarnya adalah ide-ide tentang perempuan di masyarakat ya."

"Bahwa perempuan itu kemudian tidak mendapatkan ruang untuk berbicara. Itu akhirnya menarik mereka untuk memutuskan tidak bicara lebih banyak. Sehingga dalam kesempatan ini, apalagi saya kemudian ditunjuk, diberi kepercayaan untuk menjadi ketua DPRD."

"Saya berharap teman-teman itu kemudian melihat bahwa kita tuh bisa loh, gitu. Kita tuh sama kualitasnya sama manusia yang lain. Bedanya adalah tinggal usaha kita untuk meningkatkan kapasitas aja," ujar Amithya.

Mia, sapaan akrabnya dilantik pada 24 Oktober 2024. Waktu yang cukup telat setelah pelantikan anggota dewan pada 24 Agustus 2024. Menyisakan waktu beberapa bulan saja sampai tutup tahun, Mia dituntut harus bisa menyelesaikan perencanaan keuangan untuk mendukung program Pemkot Malang di 2025.

Selama beberapa pekan ini, ia terlihat sukup sibuk menghadiri rapat di gedung dewan. Kemampuannya mengorkestrasi anggota di komisi diuji karena targetnya harus selesai November 2024. Waktu yang cukup sempit.

"Alat kelengkapan dewan sudah lengkap sekarang dan tinggal gas. Kami akan sahkan pada tanggal 15 November 2024," tegasnya.

Di balik sosoknya yang menjadi ketua DPRD Kota Malang, Mia merupakan sosok yang kalem namun memiliki perhatian serius terhadap isu-isu pelayanan publik dan kebijakan. Hal ini nampaknya sudah cukup lumrah terjadi di kesehariannya Mia.

Tak heran karena Mia lahir di tengah-tengah keluarga politisi. Ayahnya bernama Sirmadji Tjondro Pragolo merupakan politisi senior yang pernah menjabat sebagai Ketua DPD PDI Perjuangan Jawa Timur. Ibunya bernama Sri Rahayu yang juga seorang politisi yang pernah berkarir di DPR RI.

Obrolan politik selalu terdengar setiap hari di rumahnya. Secara tidak langsung, ia belajar dari kondisi itu. Perbincangan politik antara ayah dan ibunya itulah yang membuatnya banyak paham tentang politik dan kebijakan publik.

"Menurut saya, ayah dan ibu itu demokratis banget. Setiap pengambilan keputusan itu selalu rembuk. Bagaimana ini, bagaimana itu. Jadi kami dibiasakan untuk rembuk. Urun rembuk. Jadi bukan, karena memang dinahkodai oleh orang tua, bukan berarti kemudian mereka yaudah pokoknya aku mau ke sana, kalian nggak boleh tanya. Itu tidak ada," katanya.

"Jadi ayah sambil makan singkong, ubi, ngobrol. Jadi curhatlah saya. Kalau begini bagaimana? Pasti belajar setiap hari. Jadi ilmunya langsung dari mentor," imbuhnya.

Belajar berdemokrasipun sudah dirasakan Mia sejak kecil dari rumahnya. Pengalaman itu menurutnya sangat berharga sekali dalam karir politiknya. Ia selalu menerapkan prinsip-prinsip demokratis yang banyak ia pelajari dari kedua orangtuanya.

Mia mengawali karir politiknya ketika menjadi tenaga ahli anggota DPR RI di Senayan, Jakarta pada 2012. Sebelumnya, ia sempat menjadi seorang guru di tingkat sekolah dasar. Lulusan Sastra Inggris, Universitas Negeri Malang itu menjadi guru selama setahun di Kota Malang. Amithya menyelesaikan pendidikannya di Universitas Negeri Malang selama 3,5 tahun.

Pencapaiannya sebagai Ketua DPRD Kota Malang tidak terpikirkan sebelumnya. Sejak mengawali karir berpolitik, dirinya hanya fokus dengan apa yang bisa dia lakukan. Ditemui setelah pelantikan dirinya sebagai Ketua DPRD Kota Malang, Amithya bahkan mengatakan bahwa dirinya tak memiliki target apapun ketike berpolitik praktis.

"Apa yang saya lakukan, saya tidak pernah berharap jabatan. Itu memang sudah saya lakukan sejak dicalonkan anggota legislatif. Yang saya lakukan adalah kampanye, sosialisasikan diri dan partai, tanpa ada target. Saya tidak memaksakan diri. Sehingga yang saya lakukan adalah bekerja sebaik-baiknya, tidak bekerja mencari target, tetapi bekerja menjadi maksimal. Apa yang saya mampu, ya itu saya kerjakan," katanya.

Dengan jabatannya saat ini, ia pun memiliki keyakinan untuk bisa berbuat lebih banyak lagi demi kebaikan Kota Malang.

"Ya selain dari keluarga pastinya, kerja di DPR RI itu juga secara tidak langsung juga memberi pelajaran. Meskipun menjadi tenaga ahli tidak terlibat politik aktif, tapi terlibat di dalam atmosfir itu sehingga ada yang saya pelajari," ujar Amithya.

Ibunya memberikan banyak petuah kepada Amithya. Sri Rahayu berpesan kepada anak perempuannya itu agar tetap bisa menjaga amanah dalam jabatan yang diemban. Dikatakan Amithya, ibunya berpesan agar dia menjalankan kemimpinan ini dengan moral dan etik.

"Pada dasarnya, moral dan etik dengan sendirinya akan mewarnai kepemimpinan ini," ujarnya.

Sebelumnya, Amithya telah menjabat bagai Ketua Komisi D di DPRD Kota Mlang. ia mengemban jabatan itu selama 2,5 tahun. Pengalaman itu memberikan kepercayaan tersendiri bagi Amithya mengemban amanah lebih tinggi.

Menurutnya, apa yang dia lakukan saat menjadi Ketua DPRD Kota Malang saat ini tidak jauh berbeda ketika menjadi ketua komisi. Ada hal-hal yang berbeda, namun tidak terlalu signifikan karena pada dasarnya 45 orang anggota di legislatif adalah satu kesatuan di bawah satu lembaga. Amithya akan memainkan orkestrasi sehingga kinerja anggota DPRD Kota Malang seirama dengan tujuan.

"Saya ada pengalaman menjadi ketua Komisi selama 2,5 tahun. Saya membayangkan diri saya sebagai ketua kelas di Komisi D yang berjumlah 11 orang."

"Sekarang berjumlah 44 orang. Pasti ada motivasi untuk diri saya sendiri, sehingga saya ke depan mempelajari banyak hal. Bidang ekonomi, infrastruktur, pemerintahan, itu menjadi tantangan baru buat saya. Bagaimana mengorkestrasi semua potensi yang ada di DPRD Kota Malang," ujar Amithya Ratnanggani Sirraduhita.

Amithya memiliki ambisi untuk menyelaraskan jalan antara eksekutif dan legislatif. Hal itu dianggapnya penting agar program-program kerakyatan yang dibuat bisa bermanfaat banyak bagi masyarakat.

Ia juga berharap presiden yang baru saja dilantik bisa memberikan kebijakan yang menyeluruh kepada masyarakat Indonesia. Tidak ada kebijakan yang hanya menguntungkan satu atau sebagian pihak saja. Ia meyakini, Presiden Prabowo bisa melakukan hal itu karena telah dipilih oleh mayoritas masyarakat Indonesia.

Pernah Ingin Jadi Dosen

Mia memiliki keinginan sebagai dosen. Saat ini, ia tengah menyelesaikan studi pascasarkana di Universitas Brawijaya (UB) Malang. Sudah lama sebenarnya ia ingin menjadi dosen. Hal itu ia ungkapkan saat berkunjung ke kantor redaksi Harian Surya di Kota Malang.

Inspirasi juga datang dari kedua orangtuanya yang pernah menjadi dosen dan guru. Ya, ayahnya Amithya pernah menjadi seorang dosen sedangkan ibunya pernah menjadi guru SMA. Namun keinginan untuk menjadi dosen itu belum tercapai saat ini.

"Saya ingin mengajar sebenarnya, jadi dosen," katanya mengawali perbincangan.

Berinteraksi dengan mahasiswa, mempelajari banyak teori, melakukan penelitian nampaknya menjadi sesuatu yang menyenangkan bagi Mia. Namun ia menyadari bahwa saat ini dirinya sedang berada di posisi yang berbeda.

Ia harus tetap fokus pada tanggungjawabnya sebagai Ketua DPRD Kota Malang. Mia pun menyadari bahwa tantangannya sebagai Ketua DPRD Kota Malang tidaklah mudah. Banyak tugas yang harus segera diselesaikan ke depan.

Isu pendidikan, kemiskinan, penanganan banjir, bahkan hingga makan bergizi telah menjadi bahan yang ia pelajari sehari-hari. Mia harus bekerja keras bersama eksekutif untuk menuntaskan tantangan-tantangan yang ada di Kota Malang.

Sumber: Surya Malang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved