Harga Minyakita Malang

Harga Minyakita di Kota Malang di Atas HET , Padahal Stok dan Pasokan Aman

Siti Hasanah, seorang pedagang di Pasar Bunul mengatakan kalau saat ini ia menjual Minyakita subsidi dengan harga Rp 16.000.

Penulis: Benni Indo | Editor: Dyan Rekohadi
SURYAMALANG.COM/Benni Indo
HARGA MINYAKITA DI ATAS HET - Pedagang di Pasar Bunul, Siti Hasanah menunjukan kemasan Minyakita yang dijual Rp 16.000 ke masyarakat, Jumat (7/2/2025). Harga Minyakita di Pasar Bunul, Kota Malang terpantau berada di atas harga eceran tertinggi. Berdasarkan Permendag No 18 Tahun 2024, HET Minyakita berada di angka Rp 15.700. 

SURYAMALANG.COM, MALANG - Harga Minyakita di Pasar Bunul, Kota Malang terpantau berada di atas harga eceran tertinggi.

Berdasarkan Permendag No 18 Tahun 2024, HET Minyakita berada di angka Rp 15.700.

Siti Hasanah, seorang pedagang di Pasar Bunul mengatakan kalau saat ini ia menjual Minyakita subsidi dengan harga Rp 16.000.

"Harga itu sudah turun dari sebelumnya menyentuh Rp 17.000. Kalau yang non subsidi, harganya Rp 17.000 per kemasan bantalan," ujarnya, Jumat (7/2/2025).

Perubahan harga itu terjadi sejak Selasa pekan ini.

Pada awal pekan ini, Siti menerima 10 karton pasokan Minyakita dari pemerintah melalui perkumpulan. Tersisa 4,5 karton hingga Jumat siang.

"Yang beli banyak karena harganya murah. Kalau sebelumnya memang tinggi. Sehari ada tiga sampai lima orang yang beli," katanya.

Menurut Siti, pasokan Minyakita tidak terganggu. Stoknya selalu ada dan pembeli banyak.

Kenaikan harga yang menurutnya cukup signifikan adalah kopi. Kenaikannya mencapai 100 persen.

"Dulu beli Rp 5.000, kali ini harganya menjadi Rp 10.000 per sachet," ujarnya.

Poninten, pedagang lainnya yang berada di Pasar Bunul juga melakukan hal yang sama. Ia menjual Minyakita di harga Rp 16.000 untuk subsidi.

Sedangkan yang non subsidi, harganya Rp 17.000.

Sejauh ini, ia mengaku tidak mendengar banyak keluhan dari pembeli mengenai harga tersebut. Selama pasokan masih aman, menurutnya pembeli tidak mempersoalkan harga.

"Normal saja penjualannya. Yang beli juga banyak. Harganya di Rp 16.000 untuk yang subsidi," terangnya.

Di tempat terpisah seperti Pasar Klojen, harga Minyakita jauh lebih tinggi. Sumarno, pedagang di Pasar Klojen menyatakan harga Minyakita tembus mencapai Rp 18.000.

Kenaikan harga sudah terjadi sejak Januari 2025 meski stok dianggapnya masih aman.

Kenaikan ini dipicu oleh biaya distribusi.

Para pedagang menjual sedikit di atas HET karena berbagai faktor, termasuk harga beli dari distributor yang juga meningkat.

Meski harga naik, Sumarno mengatakan permintaan terhadap Minyakita tetap tinggi karena masih lebih murah dibandingkan minyak goreng premium.  

Kabid Perdagangan Diskoperindag Kota Malang, Luh Putu Eka Wilantari mengatakan, kenaikan harga Minyakita di Pasar Klojen kemungkinan disebabkan oleh tingginya harga beli yang berlanjut dari pengecer ke pengecer.

Ia menjelaskan, masalah ini terkait dengan rantai distribusi yang mempengaruhi harga di pasaran. 

Putu Eka menambahkan, untuk menanggulangi lonjakan harga, pihaknya telah mengambil langkah dengan mendatangkan Minyakita langsung dari distributor menengah.

Cara itu diharapkan bisa menekan tingginya harga. 

Pihaknya telah memantai pergerakan harga di sejumlah pasar yang ada di Kota Malang

"Kami datangkan Minyakita ke Pasar Kasin dan Pasar Mergan. Kemarin pasar Sawojajar dan Bunulrejo," ujarnya.

ejauh ini, kenaikan harga Minyakita masih belum membuat dampak yang cukup buruk di pedagang dan pembeli.

Pemerintah Kota Malang tengah mengupayakan stabilisasi harga agar tidak terjadi lonjakan yang tinggi.  

"Nah ini menjadi masukan buat kami. Segera kami koordinasikan dengan pedagang untuk menyalurkan Minyakita," paparnya.

Badan Pusat Statistik Kota Malang melaporkan sejumlah komoditi yang mendorong terjadinya inflasi pada Januari 2025 di antaranya cabai rawit 77,16 persen, cabai merah 49,95 persen, bahan bakar rumah tangga 4,04 persen, dan emas perhiasan 2,09 persen. Lalu, ada kenaikan harga bensin 0,52 persen, minyak goreng 2,59 persen, dan wortel 33,64 persen.

Kepala BPS Kota Malang, Umar Sjarifudin menyebut kenaikan harga pada komoditas bahan pangan masih dikarenakan faktor cuaca sehingga ketersediaan di pasar menjadi minim.

"Terus adanya kenaikan BBM karena pada 1 Januari kemarin juga ada perubahan. Akhirnya BBM menyumbang inflasi, termasuk bahan bakar rumah tangga," kata dia.

Berdasarkan data dari BPS Kota Malang, secara tahunan inflasi di Kota Malang yang sebesar 0,98 persen. Angka itu lebih rendah jika dibandingkan inflasi Jawa Timur mencapai 1,06 persen, tetapi masih berada di atas nasional yang mencapai 0,76 persen. (Benni Indo)

Sumber: Surya Malang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved