SOSOK Kartika, si Introvert yang Pilih Berubah hingga Menjadi Anggota DPRD Kota Malang

Dunia politik telah mengubah kepribadian Kartika yang awalnya introver. Pilihannya adalah berubah. Mengembangkan karirnya dengan semua dukungan

|
Penulis: Benni Indo | Editor: Dyan Rekohadi
SURYAMALANG.COM
SOSOK KARTIKA - Anggota Komisi D, DPRD Kota Malang, sekaligus Ketua HIPMI Kota Malang, Kartika saat podcast di Studio Kantor SURYAMALANG.COM, Rabu (19/2/2025). 

SURYAMALANG.COM, MALANG - Anggota DPRD Kota Malang, Kartika, merupakan satu-satunya kader dari Partai Golkar yang lolos dari Dapil Klojen dalam perhelatan Pemilihan Legislatif 2024 lalu.

Saat itu, Kartika baru pertama kali ikut kontestasi politik lima tahunan tersebut.

Meski berada di Dapil Klojen yang cukup bersaing ketat, nyatanya ia dapat lolos.

Dalam program siniar bersama Surya, Kartika mengaku dirinya adalah sosok introver.

Dia tak cukup punya keberanian untuk terbuka ke semua orang.

Hingga pada suatu momen tertentu, ia memutuskan untuk berubah.

Keputusannya mengubah diri ini membawa ia terjun ke dunia politik.

"Kalau misalnya bicara resep untuk jadi itu sudah hal yang jadi. Jadi misalnya kita mau buat kue, saya duduk, itu sudah menjadi kue cake yang siap disantap. Tapi untuk menjadi cake itu perjalanannya panjang. Banyak resep-resepnya, banyak lika-liku yang saya lalui."

"Kalau misalnya berbicara lika-liku itu untuk menjadi saya yang saat ini. Perjalanan saya untuk mengubah diri saya, mengubah jati diri saya itu hal yang paling susah. Karena menurut saya perang sesungguhnya itu bukan perang di bawah. Maksudnya perang waktu kampanye itu bukan tapi perang melawan diri saya sendiri," ujar Kartika. 

Dunia politik telah mengubah kepribadian Kartika yang awalnya introver.

Pasalnya, ia harus berhadap dengan banyak orang.

 Jika ia masih tetap menutup diri, maka akan sulit untuk berinteraksi dengan banyak orang.

"Kalau namanya dunia politik, apalagi di dunia DPRD harus bersosialisasi dengan baik. Harus berhadapan dengan masyarakat. Dari segala lini lah, misalnya dari menengah ke atas dan menengah ke bawah. Dari segala lini kita harus bisa aktif, harus bisa bersosialisasi dan harus bisa merangkul semuanya," katanya.

"Jadi saya itu punya baterai sosial saya sendiri. Jadi ketika saya ketemu dengan orang yang kurang lebih hanya 10 sampai 5 orang saja, itu baterai sosial ini cepat banget habis karena memang saya anak cewek satu-satunya. Anaknya papalah istilahnya. Saya benar-benar dirangkul papa. Dimanjakanlah ya, dan apapun masalah saya, saya bebankan ke punggungnya papa. Itu menjadi momok besar buat saya," ungkapnya.

Kartika menyadari momok itu tidak baik untuk dirinya sendiri.

Halaman
123
Sumber: Surya Malang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved