SURYAMALANG.COM, KLOJEN - Aksi solidaritas terhadap dua petani asal Desa Selok Awar-Awar, Kecamatan Pasirian, Kabupaten Lumajang, yang dianiaya sekelompok preman karena menolak tambang pasir terus bergulir di Kota Malang.
Selasa (29/9/2015), giliran aktivis Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Kota Malang menggelar aksi di depan Balai Kota Malang.
Para mahasiswa membawa keranda mayat sebagai simbol matinya penegakan hak asasi manusia di Indonesia.
Mereka melakukan orasi secara bergantian di depan Balai Kota Malang. Para mahasiswa mengecam aksi brutal yang dilakukan sekelompok preman terhadap dua pejuang lingkungan di Lumajang, yakni, Salim alias Kancil dan Tosan.
Para mahasiswa juga melakukan aksi teatrikal dalam aksi itu. Aksi teatrikal itu menggambarkan peristiwa penganiayaan yang dilakukan sekelompok preman terhadap Salim dan Tosan.
"Hentikan penindasan terhadap hak asasi manusia," teriak peserta aksi.
Para mahasiswa juga memberikan pernyataan sikap terhadap peristiwa itu. PMII menyerukan stop pelanggaran hak asasi manusia.
Tuntaskan kasus penganiayaan terhadap petani di Lumajang sampai akar-akarnya. PMII juga menyerukan stop perusakan dan pencemaran lingkungan.
"Kami mendesak pemerintah dan polisi mengusut tuntas kasus itu hingga ke akar-akarnya. Hentikan pelanggaran hak asasi manusia," kata koordinator aksi, Muhammad Suri.
Aksi diakhiri dengan salat gaib untuk Kancil, yang menjadi korban para preman tambang pasir.
Perlu diketahui, dua petani asal Desa Selok Awar-Awar, Kecamatan Pasirian, Kabupaten Lumajang, Salim alias Kancil dan Tosan, menjadi korban penganiayaan yang dilakukan kelompok preman.
Salim dan Tosan diculik kemudian dianiaya setelah melakukan penolakan terhadap aktivitas tambang pasir di Pantai Watu Pecak. Salim tewas setelah dianiaya sekelompok preman, sedangkan Tosan masih kritis. (*)