Probolinggo

Ini Lho Ajaran di Padepokan Dimas Kanjeng Versi Para Pengikutnya

Penulis: Galih Lintartika
Editor: fatkhulalami
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Padepokan Dimas Kanjeng. Insert: Kanjeng Dimas saat memperlihatkan uang hasil penggandaannya.

SURYAMALANG.COM, PROBOLINGGO - Apa sebenarnya yang diajarkan di dalam Padepokan Dimas Kanjeng Taat Pribadi di Dusun Sumber Cengkelek, Des Wangkal, Kecamatan Gading , Probolinggo, Jawa Timur.

Versi para pengikut yang masih bertahan di padepokan menyebut ada lima ajaran yang tidak boleh dilakukan atau bahkan sampai dilanggar oleh pengikut padepokan.

Kelima hal itu adalah tidak diperkenankan zina, murtad, mabuk, judi, selingkuh dengan wanita lainnya. Kelima itu harus ditaati dan dipatuhi bagi pengikut yang hendak bergabung dengan padepokan.

"Kalau itu dilanggar, yang mulia bisa mengeluarkan pengikutnya secara sepihak. Semua kesepakatan atau perjanjian sebelumnya dihapus sepihak," kata penasehat padepokan, Taufik.

Taufik menjelaskan, sebelum menjadi pengikut padepokan, yang bersangkutan mengisi blanko dan membayar biaya pendaftaran. Biaya pendaftaran ini bervariasi, ada empat kelas yakni kelas santri biasa, kabupaten, provinsi dan sultan agung.

"Kalau saya ambil yang biasa, biayanya hanya Rp 1,3 juta. Kalau lainnya saya kurang paham," ungkapnya.

Setelah itu, kata dia, bagi yang sudah mendaftar diperkenankan untuk tinggal di tenda yang sudah disiapkan. Biasanya masing - masing tenda ini sudah dikelompokkan. Artinya, pengikut asal Makassar berkumpul dengan Makassar, Pasuruan juga Pasuruan.

"Tujuannya untuk mempermudah yayasan menghafal masing - masing para santri, jadi lebih enak dikelompokkan," katanya.

Menurutnya, aktivitas sehari - hari hanya diisi dengan ibadah. Mulai pagi, sampai malam, santri diajak untuk salat lima waktu berjamaah. Selepas magrib, biasanya melakukan istighosah bersama.

"Saya rasa tidak ada yang menyimpang dari ajaran agam yang ada. Semuanya sesuai dengan aturan yang ada," katanya.

Pengikut lainnya, Anang, mengatakan bahwa semua santri di padepokan ini sangat rukun. Menurutnya, ribuan santri di padepokan ini memiliki latar belakang ,suku,  budaya, agama yang berbeda. Hampir semua agama ada di padepokan, mulai hindu, budha, islam, kristen, dan katholik.

"Tidak ada perpecahan satu sama lain. Kami rukun di sini kok," ungkapnya.

Selain itu, kata Anam, di padepokan diajarkan arti keikhlasan sesungguhnya. Menurutnya, apapun yang sudah dikeluarkan harus ikhlas, tidak boleh mengeluh meski dalam kondisi apapun.

"Yang mulia itu justru melatih kami menjadi manusia yang sabar dan ikhlas. Kami diminta untuk tirakat sebanyak mungkin, saya rasa ini bukan sesat kok," pungkasnya

Berita Terkini