SURYAMALANG.COM, PROBOLINGGO - Teman dan koleganya menyebutnya sebagai figur Kartini masa kini atau Kartini milenal. Lebih tepatnya Kartini milenial dari Kota Probolinggo, kota tempatnya berkarya saat ini.
Sebutan itu disematkan pada Chandra Nurul Susanti Arifin, lantaran wanita Probolinggo ini dikena aktif menggerakkan kaum hawa. Ia juga dianggap sebagai sosok wanita yang tangguh di dunia bisnisnya. Menjadi Ketua Ikawan Wanita Pengusaha Indonesia (IWAPI) dan memimpin partai politik (parpol).
Nurul lahir dan besar dari keluarga berkecukupan. Almarhum bapaknya itu seorang pengacara ternama. Meski bergelempangan harta, tidak membuatnya bangga ataupun jumawa. Sejak muda, ia sudah terbiasa bekerja dan berwirausaha. Perjalanan itu membuatnya hidup lebih mandiri.
Kini, berkat usaha panjang yang dijalaninya, Nurul menjelama menjadi salah satu pebisnis wanita tangguh di kotanya. Ia dikenal sebagai bos pertambangan pasir sirtu dan material. Sebuah ladang rejeki yang selama ini identik milik kaum lak-laki. Tambangnya tersebar di sejumlah lokasi di dua daerah, Probolinggo dan Lumajang.
"Saya akhirnya bisa menepis keraguan sekaligus membuktikan, bahwa perempuan itu bisa bisnis seperti yang dijalani laki - laki, termasuk dalam bidang tambang, material seperti ini. Juga bisa menjadi kontraktor," katanya.
Selepas SMA, ia merantau ke Surabaya. Kuliah di sebuah universitas swasta di Surabaya. Ia mengambil studi hukum di universitas itu. Setiap bulannya, ia mendapatkan jatah dari orang tuannya, uang kost dan uang jajan untuk sehari-harinya.
Meski kiriman uang sangat cukup, Nurul terus memutar otak untuk mandiri. Di semester empat, ia bergabung sebuah perusahaan penerbitan. "Saya bekerja dan belajar menjadi marketing di sana", tuturnya.
Selama empat semester, ia mengabdi di sana. Bahkan, hasil dari pekerjannya itu bisa digunakannya membayar kuliah, dan itu sudah lebih. “Selepas kuliah , saya sudah mulai berwirausaha. Nah, saya mulai usaha proyekan. Kok beda, memang, saya juga tidak sadar kalau saya usaha ini jauh dari ilmu yang saya dapatkan waktu kuliah. Tapi, ya sudahlah, saya menerimanya,” kata Nurul.
Perempuan kelahiran Malang, 30 Maret 1976 ini butuh watu lama memahami dunia proyek. Dia tidak memiliki basic teknil sipil, arsitek, teknik industri dan lainnya. Namun, ia mendapatkan support dari almarhum ayahnya.
“Relasinya ayah kan banyak, nah kebetulan saya belajar dari sana. Saya belajar otodidak , dan hanya mendapatkan pendampingan dari teman ayahnya. Pelan tapi pasti, lama-kelamaan saya mulai mengawasi,” jelas dia.
Dikatakan dia, setelah mulai menguasai medan, ia mulai memberanikan diri menggarap proyek dan mengikuti lelang. Proyek pertamanya itu menggarap MCK yang dibangun menggunakan APBD. Nah, saat itu, dirinya sudah mendapatkan kepercayaan dari pemerintah.
“Di situ, kepercayaan diri saya mulai tumbuh,” terangnya.
Perlahan ia kebanjiran order proyek dan tawaran kerjasama. “Saya lalu mulai mengembangkan bisnis di bidang lain, yakni pertambangan pasir,” ungkapnya.
Awalnya banyak orang yang mencibir. Mereka menganggap perempuan tidak bisa cocok bisnis pertambangan pasir. Ia tetap melangkah dan melakukan apa yang sudah dipilihnya.
Pilihan Nurul ternyata benar. Bisnis tambang itu menjadi ladang hokinya. Dari semula tidak punya lahan, satu persatu lahan bisa dimiliknya. Kini sudah puluhan lahan.
“Kuncinya itu membangun kepercayaan. Sekali orang percaya, selamanya orang akan percaya. Saya lebih baik untung sedikit, tapi kualitas ada. Daripada untuk banyak tapi orang banyak yang kecewa. Makanya saya selalu mengedepankan kepercayaan,” tutup dia.
Rajin Keliling Gerakkan UMKM
Sukses usaha mengantarkan Chandra Nurul Susanti Arifin dipercaya memimpin Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia (IWAPI) Kota Probolinggo.
Sebagai Ketua IWAPI DPC Kota Probolinggo, Nurul bersama para pengusaha wanita aktif berkeliling untuk mendorong dan memfasilitasi pelaku UMKM. Juga menjembatani dan membantu memasarkan produk UMKM Kota Probolinggo.
Menurutnya, pelaku UMKM di Kota Probolinggo ini sangat kreatifif. Tidak kalah dengan kota-kota lainnya. Kreatifitas inilah yang terus ia dorong dan kembangkan. Ia rajin kunjungi mereka, tanpa membedakan golongan atau partainya. “Terlepas dari kepartaian, saya ingin membantu mereka. Dengan cara apa? dengan membantu mengembangkan UMKM milik masyarakat khususnya kaum perempuan,” katanya. Melalui, ia buat program sharing produk UMKM. Program ini menjadi wadah pelaku UMKM memamerkan produk miliknya.
Ia memberi contoh, beberapa waktu lalu, ia sudah membantu mengorbitkan desaigner muda Kota Probolinggo. Kata dia, desaingner di sini memiliki imajinasi atau model gambar yang apik dan tidak kalah dengan desaigner profesional. “Mereka cuma perlu wadah saja, makanya saya yang memberikan fasilitas itu, saya wadahi mereka untuk bisa berkembang,” tambahnya.
Dikatakan Nurul, ia juga sempat memamerkan gambar desain teman-teman Kota Probolinggo ini di luar negeri. Hasilnya, desain mereka banyak digemari dan diterima di luar negeri.
Sayangnya, memang belum ada kerjasama di sana. Targetnya, ia akan mencarikan jalan itu dan membuatkan wadah bagi para desaigner untuk berkembang lebih besar. “Ini sedang saya upayakan, semoga bisa,” tambah dia.
Di luar kesibukan bisnis dan politik, Nurul aktif kegiatan sosial di panti asuhan “Saya punya panti asuhan yang rutin saya santuni dengan teman-teman. Tapi, jujur untuk penyaluran santunan ini kami harus selektif. Jadi, kami santuni anak yatim yang kebetulan pantinya belum banyak santunannya, jadi biar bisa mengena,” pungkas dia.
Chandra Nurul Susanti Arifin
Lahir : Malang, 30 Maret 1976
Pendidikan : SD Taman Siswa Probolinggo dan Malang
SMP Taman Dewasa Kota Probolinggo
SMA 2 Kota Probolinggo
S1 Hukum di sebuah universitas swasta di Surabaya
Aktivitas : Ketua DPC Partai Hanura Kota Probolinggo
Ketua Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia (IWAPI) DPC Kota Probolinggo
Prestasi : Juara II Jawa Timur (sosok peduli UMKM)
Bisnis : Tambang (di Lumajang dan Probolinggo)