SURYAMALANG.COM – Dalam sepak bola, biasanya striker dan gelandang yang paling banyak menerima pujian.
Tetapi, Lev Yashin (1929-1990) mematahkan tren ini.
Yashin memenangkan Ballon d Or, penghargaan individu paling bergengsi untuk pesepak bola, pada 1963.
Sampai saat ini Yashin masih menjadi satu-satunya kiper yang memenangkan penghargaan ini.
( Baca juga : Pantesan Syahrini Persoalkan Jargon-jargonnya, Simak Tanggapan 4 Artis, Komentar Mereka Makjleb )
Menurut catatan FIFA, Yashin sudah menggagalkan sekitar 150 tendangan penalti ke gawangnya.
Para ahli dari FIFA dan Federasi Sejarah dan Statistik Sepak Bola Internasional (IFFHS) menamakan Yashin sebagai penjaga gawang terbaik abad 20.
Yashin harus banting tulang untuk meraih predikat ini.
Yashin lahir dari keluarga seorang tukang kunci Moskow pada 1929.
( Baca juga : Ashanty Beri Azriel Kado Istimewa Saat Ulang Tahun, Harganya Fantastis & Bisa Dipakai Selamanya )
Dia baru berusia 11 tahun ketika perang dengan Jerman dimulai.
Dia bekerja membongkar kereta di Ulyanovsk (876 km di timur Moskow).
Kemudian dia mengikuti jejak ayahnya sebagai tukang kunci.
Setelah namanya mulai tenar saat bermain di kompetisi internasional untuk Uni Soviet, Yashin masih menganggap dirinya sebagai pekerja.
( Baca juga : Update Transfer Liga 1 – Bali United Coret Pemain Asing, Persib Akan Datangkan Pemain Timnas )
“Saya harus menyentuh bola sebelum pertandingan. Sama seperti tukang kayu yang menyentuh papan sebelum mulai bekerja.”
“Ini adalah kebiasaan para pekerja,” ujarnya suatu saat dalam wawancara.
Seperti banyak atlet Soviet, dia tidak menikmati gaji yang sama dengan rekan-rekannya di Eropa.
Wartawan Soviet, Eugeny Rubin mengenang cerita tentang Yashin pergi ke restoran bersama Ferenc Puskás, pesepak bola tersohor dari Hongaria yang bermain untuk Real Madrid.
( Baca juga : Prediksi Skor Brasil vs Belgia Perempat Final Piala Dunia 2018 Rusia Sabtu, 7 Juli )
Ketika Puskás mengeluarkan dompetnya untuk membayar tagihan, Yashin terkejut.
“Saya belum pernah melihat uang yang begitu banyak dalam hidup saya. Apalagi menggunakannya,” kata Yashin.
Namun, Yashin tidak pernah iri dengan pemain dari klub Barat yang kaya raya.
“Saya tidak bisa membayangkan tinggal di luar Rusia.”
Dia sangat setia kepada klubnya, Dynamo Moscow.
( Baca juga : Prediksi Skor Uruguay vs Perancis Perempat Final Piala Dunia 2018 Rusia Malam Ini, Jumat 6 Juli )
Dia pun menghabiskan seluruh karier profesionalnya yang berlangsung selama 20 tahun (1950 - 1970) di Dynamo Moscow.
Kiper Pahlawan Soviet
Yashin adalah inovator.
Dia termasuk sweeper-keeper (kiper yang aktif menekel musuh dan keluar kotak penalti) pertama.
Sekarang hal itu wajar terjadi.
Banyak kiper yang bermain dengan cara ini, seperti Manuel Neuer-nya Jerman.
( Baca juga : Krisdayanti Tampil Elegan Dengan Gaun Berwarna Emas, Rambut & Makeupnya Jadi Sorotan )
Pada 1950-an, Yashin dicap sebagai ‘pemain sirkus’ karena hal ini.
“Yashin melakukan sesuatu di luar yang seharusnya karena orang-orang tidak membiarkannya mengeluarkan potensinya,” kata Mikhail Yakushin, pelatih pertama Yashin di Dynamo, dalam memoarnya.
“Dan itu meningkatkan potensi strategi tim kami.”
Sang kiper mencatatkan 160 clean sheet dari 326 pertandingan domestiknya dengan Dynamo Moscow.
Timnas Soviet memenangkan Olimpiade di Melbourne, Australia pada 1956.
( Baca juga : Tak Tahu Harganya Capai Rp 35 Juta, Perampok Ini Jual Sepeda Hanya 1 Juta )
Jadi tim mengambil rute jauh agar penggemar di seluruh Rusia bisa menyambut mereka sebagai juara, yaitu naik kapal ke Vladivostok, kemudian naik kereta ke Moskow.
Anggota tim medis Oleg Belakovsky menceritakan :
“Pada Malam Tahun Baru, pria berjanggut datang ke gerbong dengan membawa tas.”
“Dia teriak ‘Di mana Yashin?’”
“Lev mendekat, dan orang ini berlutut di depannya, mengambil sebotol minuman keras dan sekotak biji bunga matahari dari tasnya: ‘Hanya ini yang kami punya. Terima kasih, dari semua orang Rusia!’”
Gaya Khas Yashin
Yashin selalu memperhatikan gaya.
( Baca juga : Anak Mutilasi Tubuh Ibu Kandungnya Pakai Parang, Kasus Ini Terbongkar dari Teriakan Pembantu )
Dia selalu mengenakan seragam berwarna gelap dari kepala hingga ujung kaki.
Makanya dia mendapat julukan ‘Laba-Laba Hitam’.
Apalagi dia memiliki kelenturan dan keterampilan akrobatik.
Saat bertanding, Yashin juga selalu mengenakan topi ikonisnya.
“Ini jimat saya. Saya selalu memakainya,” kata Yashin berulang kali.
Yashin juga terkenal karena pola hidupnya tidak begitu sehat.
( Baca juga : Begini Penilaian Pemain Arema FC Soal Aji Santoso yang Berhasil Bawa Persela Bersaing di Papan Atas )
“Saya adalah perokok. Saya tahu ini adalah pola yang negatif untuk dilakukan.”
“Saya bisa merokok setengah bungkus dalam sehari,” kenang sang kiper.
Pelatih menoleransinya karena kebiasaan itu tampaknya tidak memengaruhi penampilannya.
Tapi, hal itu merusak kesehatannya, dan menyebabkan kakinya diamputasi karena kerusakan arteri pada 1984.
Enam tahun kemudian, Yashin meninggal.
Kiper-kiper terbaik, terutama yang berasal dari Rusia, sering membandingkan diri mereka dengan Yashin.
Para kiper pun mengakui bahwa rekor sang ‘Laba-Laba Hitam’ sulit dilampaui.
“Saya akan senang jika saya bisa dekat dengan levelnya,” kata Igor Akinfeev, kiper Timnas Rusia.
( Baca juga : Ada Pemain Arema FC yang Cedera, Persela Lamongan Yakin Dapat Curi Poin di Malang )
Tidak hanya Rusia.
Dunia juga mengingat Yashin.
Dia masih termasuk dalam tim all-star FIFA 2018.
Bahkan Pelé, legenda sepak bola Brasil, menyebut Yashin sebagai ‘nomor satu selamanya’.
Saksikan video penampilan Yashin di bawah ini :
Artikel ini telah tayang di Tribunjogja.com dengan judul Mengenang Lev Yashin, Kiper Terbaik Sepanjang Masa Asal Moskow.