SURYAMALANG.COM, SURABAYA - Ali Fauzi Manzi, mantan narapidana teroris berharap Kementerian Agama ikut turun menggalakkan program deradikalisasi.
Selama ini menurutnya masih banyak masyarakat berpemahaman takfiri yang sangat berbahaya.
"Pemikiran takfiri ini menganggap semua yang cinta NKRI boleh dibunuh. Semua, polisi dianggap kafir, semua aparat dan pejabat semua yang cinta NKRI bisa saja jadi target. Ini sangat berbahaya, saya berharap urun rembuk Kemenag, karena mereka yang punya kapasitas untuk mendiskusikan persoalan ideologi," kata Ali saat mengisi acara Short Course Penguatan Prespektif Korban dalam Peliputan Isu Terorisme bagi Insan Media, di Hotel Santika Pandegiling, Surabaya, Rabu (11/7/2018).
Ali Fauzi ikut menyoroti tindakan teror yang belakangan terjadi di Indonesia, khususnya Jatim semakin ngawur.
"Makin banyak teman-teman saya yang ngawur, kalau dilihat polanya juga baru di dunia pakai satu keluarga anak dan istri. Sebenarnya tidak baru juga, di Yordan pernah ada tapi itu cuma bersaudara," kata Ali.
Selain itu, menurut Ali Fauzi, secara material bom yang digunakan tidak sama dengan bom lama.
Para pelaku di Surabaya menggunakan bom baru dengan material yang sebenarnya mudah didapat dan lebih berbahaya saat merakitnya.
"Mereka pakai bom jenis TATP, bukan yang pakai detonator seperti bom lama," tambahnya.
Ali Fauzi juga mengomentari pelaku teroris di Bangil, Pasuruan.
Menurut dia, pelaku bukan orang pandai dan cenderung ceroboh.
"Level intelektualnya juga pas-pasan karena dua kali salah. Satu di Jakarta salah, salah lagi di Bangil Pasuruan kena anaknya, bodohnya lagi anaknya ditinggal kabur. Ini menandaakan indikasi ceroboh dan keterampilan perakitan bomnya sangat rendah," kata Ali Fauzi.