SURYAMALANG.COM, TRENGGALEK - Menyambut HUT Kemerdekaan ke-73 Republik Indonesia, Komunitas ‘I Love Trenggalek’ mengibarkan raksasa di Tebing Sepikul di Desa Watu Agung, Watulimo, Trenggalek, Rabu (15/8/2018) pagi.
Tebing Sepukul adalah tebing tertinggi di Jawa Timur dengan ketinggian mencapai 500 meter dan sudut nyaris 90 derajat.
Bendera merah putih yang dikibarkan berukuran 30 X 20 meter, dan dikibarkan pada ketinggian 300 meter pit 8.
( Baca juga : Joko Susilo Nikmati Peran Baru Sebagai Pelatih Akademi Arema )
Persiapan pengibaran bendera raksasa ini dilakukan sejak 11 Agustus 2018.
Ada delapan orang yang dipersiapkan secara khusus untuk membawa bendera raksasa ini ke titik pengibaran.
Mereka terdiri dari anggota pecinta alam berbagai universitas di Jawa Timur, dan Badan SAR Nasional (Basarnas).
( Baca juga : Ngeri! Jembatan ini Roboh Dan Timpa Jalanan Dibawahnya. )
Pengibaran bendera raksasa diawali dengan upacara yang diikuti berbagai elemen masyarakat.
Diiringi lagu Indonesia Raya, tim di atas Tebing Sepikul melepas gulungan bendera.
Bendera pun berkibar dengan sukses.
( Baca juga : Bosan Ditanya Kapan Nikah?, Raline Shah Blak-blakkan Ungkap Identitas Sang Kekasih )
Wakil Bupati Trenggalek yang memimpin upacara, Muhammad Nur Arifin mengatakan kegiatan ini untuk memperkenalkan wisata Tebing Sepikul.
“Kami punya tebing tertinggi di Jawa Timur dengan wisata minat khusus pendakian tebing Via Ferrata,” terang Gus Ipin, panggilan akrabnya.
Kegiatan ini sekaligus untuk memotivasi warga sekitar agar cita-citanya membangun desa wisata bisa tercapai.
( Baca juga : Jebolan Piala Dunia 2018 dari Tottenham Diragukan Tampil Bela Korsel di Laga Perdana Asian Games )
Selain tebing setinggi 500 meter, Via Ferrata menawarkan pendakian bagi pemula.
Bahkan orang awam pun bisa memanfaat jalur khusus yang sudah disiapkan dengan pengamanan khusus.
Gus Ipin menambahkan pengibaran bendera di tebing tertinggi ini sekaligus mengingatkan pada perjuangan merebut kemerdekaan.
( Baca juga : Soal Evaluasi Tim, Manajemen Arema FC Masih Bungkam )
“Ingatlah, dulu kita susah payah agar bisa mengibarkan bendera seperti ini. Taruhannya darah dan air mata,” ucapnya.