SURYAMALANG.COM, LUMAJANG - Persoalan jalan armada pengangkut pasir kembali memanas di Lumajang, Senin (18/2/2019). Kali ini terjadi di perbatasan Desa Jugosari dan Desa Jarit Kecamatan Candipuro, Lumajang.
Aksi bermula dari demonstrasi sopir truk yang memaksa pembukaan portal menuju areal tambang pasir. Namun di sisi lain, warga Desa Jarit menghadang dan menolak pembukaan portal tersebut.
Aksi bermula dari berkumpulnya sopit truk pengangkut pasir di portal yang ada di Dusun Uranggantung Desa Jarit. Mereka menuntut supaya portal itu dibuka agar armada pengangkut pasir bisa berjalan.
Namun di sisi lain, ratusan warga setempat menolaknya. Warga menegaskan armada pasir membuat jalan desa mereka rusak. Warga meminta pemerintah segera merealisasikan jalur khusus armada pasir supaya truk tidak melewati jalan desa Jarit.
Para sopir truk menuntut pembukaan portal itu karena pembangunan jalan tambang telah melebihi batas waktu yang ditentukan dan pembangunan jalan tambang hingga saat ini jalan belum selesai.
Kapolres Lumajang AKBP Muhammad Arsal Sahban mengatakan memang sempat terjadi ketegangan di kawasan Jarit.
"Kalau ada yang anarkis, saya akan tangkap dan proses hukum. Tidak boleh ada yang memaksakan kehendaknya sendiri. saya minta agar gunakan jalur mediasi dan komunikasi untuk mencari kesepakatan," kata Arsal.
Ia menegaskan pihaknya akan menengahi persoalan tersebut dan meminta semua pihak menahan diri.
Kabag Ops Polres Lumajang Kompol Eko Hari Sucahyo meminta kedua belah pihak menahan diri.
“Saya harap kepada kedua belah pihak agar sama-sama bersabar agar tidak dirugikan karena ini sifatnya untuk sementara waktu, Kami siap untuk mengantar perwakilan warga kepada Bupati Lumajang," ujarnya.
Aksi sopir truk dan warga itu berakhir dengan kesepakatan. Sopir truk sepakat memberi perpanjangan waktu penyelesaian jalur tambang atau jalur khusus armada pasir menuju dan keluar dari tambang. Jalur tambang itu saat ini masih diupayakan oleh Pemkab Lumajang.