5 Penyebab Petugas TPU Banyak yang Sakit Hingga Meninggal versi Komisioner KPU Nurdin

Penulis: Alif Nur Fitri Pratiwi
Editor: Adrianus Adhi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Komisioner KPU DKI Jakarta saat menghadap Bawaslu DKI Jakarta di Kantor Bawaslu DKI Jakarta, Senin (24/9/2018).

SURYAMALANG.com – Komisioner Komisi Pmeilihan Umum (KPU) DKI Jakarta, Nurdin mengungkap beberapa faktor yang menyebabkan petugas TPS pada pemilu dan pilpres 2019 banyak yang sakit hingga meninggal.

Banyak berita yang beredar mengenai petugas atau panitia Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) yang sakit hingga meninggal sepanjang penyelenggaraan pemilu dan pilpres 2019.

Berikut adalah faktor-faktor yang menyebabkan banyak panitia kelompok penyelenggara pemungutan suara (KPPS) banyak yang sakit hingga meninggal diungkap Nurdin dilansir dari artikel Kompas.com dengan judul Ini Penyebab Banyak Petugas TPS Sakit hingga Meninggal Saat Pemilu.

1.  Penyelenggaraan bersamaan pemilu dan pilpres untuk presiden, DPR, DPRD, dan DPD

Digelarnya pemilu dan pilpres untuk pemilihan presiden, DPR, DPRD, dan DPD secara bersamaan mempengaruhi fisik dan psikis para panitia.

Dengan banyaknya hal yang harus diorganisasi secara bersamaan berpengaruh pada tenaga, waktu, hingga pikiran petugas.

"Kemudian secara enggak langsung tingkat pekerjaan kemudian pikiran, tenaga juga harus ekstra.”

2.  Dana yang Diperoleh Sama seperti Pemilu Sebelumnya.

Selain memengaruhi tenaga, pikiran, dan waktu panitia, faktor lainnya yang penting yakni hasil yang didaptkan oleh petugas KPPS sama saja seperti pemilu sebelumnya dimana beban yang ditanggung pada pemilu sebelumnya relatif lebih enteng.

Nurdin juga mengungkapkan bahwa banyak petugas yang akhirnya mengundurkan diri akibat faktor ini.

“Di samping itu memang anggaran sama saja artinya yang diperoleh teman-teman. Walaupun pekerjaan banyak dananya sama saja (seperti pemilu sebelumnya),"

3. Pengurusan Logistik yang Banyak

Akibat dilakukannya pemilu serentak untuk pemilihan presiden DPR, DPRD, dan DPD logostik untuk Pemilu 2019 pun juga semakin banyak.

Dengan begitu, Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK) dan Panitia Pemungutan Suara (PPS) mengalami kesulitan dalam mengurus logistik dalam jumlah banyak.

"Apalagi mereka ini orang yang kita rekrut bekerja selama pemilu saja sehingga dia awalnya belum paham sistemnya learning by doing terus ditambah lagi ada pembatasan periodesasi PPK, PPS, dan KPPS. Sehingga yang sudah berkali-kali ikut pemilu harus kita stop dengan adanya regulasi itu," ujarnya.

4. Tekanan yang Tinggi, Baik dari Tugas yang Ada dan Pemilih

Adanya sistem regulasi, membuat petugas yang sudah sering ikut serta harus diganti dengan petugas yang baru.

Mereka yang baru mengikuti, awalnya belum mengerti tugas yang diberikan sehingga mereka harus “leraning by doing”.

Menurut Nurdin, petugas-petugas tersebut akhirnya kaget akan tekanan yang kian tinggi, terlebih lagi tekanan dari para pemilih.

"Santai taunya gedebak gedebuk belum lagi pressure dari masyarakat," tutur Nurdin.

5. Kontrak Petugas KPPS, PPK, dan PPS

Kontrak petugas KPPS, PPK, dan PPS yakni selama satu bulan, dari 20 Maret hingga 20 April 2019.

Adpun tugas-tugas yang harus dilaknsanakan yakni pendistribuasian C6, persipan TPS, persiapan lainnya yang dilakukan hingga hari H, membuka RTPS dari pukul 07.00 hingg 13.00, dan melakukan penghitungan suara selambat-lambatnya 24 jam.

penghitungan suara yang dilakukan petugas KPPS dapat ebrlangsung lebih lama akibat faktor-faktor lainnya yang mungkin terjadi.

"Kemarin ada yang menghitung dari jam 1 sampai jam 8 pagi baru diantarkan kotaknya. Kondisi ini walaupun tidak bisa dijadikan alasan utama tapi namanya tenaga manusia pikiran pasti ada errornya," tutupnya.

Laporan mengenai jumlah panitia KPPS yang sakit hingga meninggal sebenarnya sudah diterima Nurdin selama penyelenggaraan pemilu dan pilpres 2019.

Ia juga endapatkan informasi bahwa terdapat satu petugas KPPS yang tutup usia pada malam sebelum dilakukannya pemilu.

"Kalau sakit banyak. Kalau meninggal ada 1 orang itu yang malam sebelum pemilu dia meninggal. Di TPS di Jakbar karena kecapekan," ucap Nurdin.

Berita Terkini