Tekno

Tahun 2020 Pakai WhatsApp Harus Bayar? Intip 7 Fakta di Baliknya & Langganan Rp 14 Ribu per Tahun

Penulis: Sarah Elnyora
Editor: Adrianus Adhi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Tahun 2020 Pakai WhatsApp Harus Bayar? Intip 7 Fakta di Baliknya & Langganan Rp 14 Ribu per tahun

SURYAMALANG.COM - Tahun 2020 pakai WhatsApp harus bayar?. Kabar tersebut masih menjadi rumor yang belum pasti.

Sebab, hingga kini belum ada konfirmasi resmi dari pihak WhatsApp maupun facebook yang mengklarifikasi kabar tersebut.

Sementara, di balik munculnya WhatsApp berbayar ada 7 fakta yang bisa pengguna ketahui agar tidak bingung dan resah. 

Dikutip SURYAMALANG.COM dari KompasTekno berikut ulasan selengkapnya:

1. Awal Mula Isu 

Ilustrasi logo WhatsApp Messenger. (KOMPAS.com/Bill Clinten)

Munculnya isu WhatsApp memungut biaya kepada penggunanya tahun 2020 ini berawal dari media sosial. 

Berdasarkan informasi yang ramai dibicarakan di ranah maya itu, cara monetisasi WhatsApp adalah dengan menyisipkan iklan di fitur "WhatsApp Status" yang fungsinya mirip fitur "Stories" di Instagram atau Facebook.

Jika tidak ingin melihat iklan, maka pengguna disebut harus membayar 1 dollar AS atau kurang lebih sekitar Rp 14.000.

2. Benarkah WhatsApp Berbayar?

Chat WhatsApp (Tribunnews.com)

Penelusuran KompasTekno, kabar tentang rencana WhatsApp bakal menarik bayaran itu mengacu pada rencana Facebook yang diungkap pada Facebook Marketing Summit (FMS) di Berlin, Jerman pada 2019 lalu.

Kala itu, pengulas aplikasi Matt Navara sempat membocorkan di jejaring sosial Twitter Facebook memang berencana untuk menyisipkan iklan di WhatsApp Status pada 2020 sebagai upaya monetisasi platform.

Nantinya, di sisi bawah akan muncul ikon "swipe-up" mirip di Instagram Stories yang akan megarahkan ke situs pengiklan.

Nama perusahaan yang beriklan akan muncul di WhatsApp Status, seperti halnya nama kontak.

3. Teknis Penyisipan Iklan 

WhatsApp from Facebook (IST )

Matt juga menguak Facebook menyiapkan alternatif cara menyisipkan iklan lainnya, seperti menempatkan iklan di tengah beranda percakapan, hingga format "chat" baru yang mampu menampilkan katalog produk.

Kendati demikian, belum ada update dari informasi soal rencana tersebut, hingga berita ini ditayangkan.

Kabar terbaru yang muncul justru menyebut Facebook bakal membatalkan rencana menyusupkan iklan di WhatsApp.

4. Batal Disisipi iklan?

Cara Call Waiting WhatsApp (Kompas.com)

Pada Jumat (17/1/2020), sumber yang dekat dengan permasalahan ini justru mengabarkan tim yang menangani monetisasi WhatsApp via iklan sudah dibubarkan oleh Facebook.

Bahkan, kode hasil kerja tim tersebut kabarnya juga telah dihapus dari kode keseluruhan WhatsApp.

Meski begitu, perwakilan Facebook sempat mengatakan rencana itu sebenarnya tidak sepenuhnya batal, karena masih menjadi rencana jangka panjang yang masih abu-abu.

Belum diketahui juga kapan realisasi iklan di WhatsApp itu.

5. Fokus Facebook saat Ini 

Facebook, sebagai pihak yang mengakuisisi WhatsApp pada 2014 senilai 22 miliar dollar AS, saat ini fokus mengembangkan fitur untuk memudahkan komunikasi antara pebisnis dan konsumen, via WhatsApp Business.

Tak terkecuali pengembangan WhatsApp Payment yang sejauh ini masih tersendat uji cobanya di India, karena terkendala regulasi di sana.

WhatsApp Payment sendiri kabarnya juga akan hadir di Indonesia, meski belum ada titik terang.

6. Sempat Berbayar Rp 14.000 per Tahun 

Soal kabar berlangganan WhatsApp sebesar Rp 14.000 per tahun seperti yang sudah disinggung di awal sebetulnya masih simpang siur.

WhatsApp memang sempat menerapkan biaya berlangganan 1 dollar AS (sekitar Rp 14.000) pada 2013.

Biaya tersebut dibebankan kepada pengguna setelah 1 tahun memakai WhatsApp secara gratis.

Namun, WhatsApp menghapus biaya berlangganan tersebut pada 2016, yang berarti layanan WhatsApp bisa digunakan secara cuma-cuma untuk selamanya.

7. Pengguna WhatsApp Membludak 

Pengumuman batalnya WhatsApp berbayar dilontarkan saat layanan pesan instan tersebut sudah digunakan oleh hampir 1 miliar orang, tepatnya 990 juta pengguna.

Berdasarkan data dari Statista, WhatsApp saat ini sudah memiliki 1,5 miliar pengguna aktif harian per Desember 2017.

Hingga berita ini ditayangkan, WhatsApp sejatinya masih gratis di seluruh platform, baik untuk iOS maupun Android.

Pihak WhatsApp sama sekali belum mengungkapkan apakah mereka akan kembali ke model bisnis monetisasi lawas, dengan cara berlangganan tadi atau tidak.

Mereka biasanya menyampaikan kebijakan teranyar WhatsApp di beberapa kanal, seperti akun resmi WhatsApp di Twitter atau di laman Blog WhatsApp.

Namun, pantauan KompasTekno di kedua kanal tersebut, Jumat (17/1/2020), tidak ada informasi terbaru soal rencana monetisasi WhatsApp.

WhatsApp Terpopuler Tahun 2019

Sementara itu WhatsApp menjadi aplikasi yang terpopuler, atau paling banyak di- download sepanjang 2019.

Hal ini terungkap dari hasil riset firma peneliti aplikasi Sensor Tower di dalam laporan "Store Intelligence Data Digest: 2019 Year in Review".

Namun, dari survei tersebut juga terungkap bahwa jumlah unduhan aplikasi video TikTok buatan ByteDance dari China telah melampaui aplikasi Facebook, Instagram, dan Messenger.

Berdasarkan survei Sensor Tower, TikTok telah diunduh sebanyak lebih dari 700 juta kali sepanjang 2019.

Tiktok (Shutterstock)

Pencapaian ini otomatis menempatkan TikTok tepat di atas beragam aplikasi rintisan perusahaan Mark Zuckerberg, seperti Messenger, Facebook, dan Instagram.

Meski begitu, WhatsApp, yang notabene berada di bawah payung Facebook juga, masih mendominasi dengan 850 juta unduhan dalam periode yang sama.

Menarik melihat aplikasi TikTok kian digemari oleh para pengguna di seluruh dunia.

Padahal, jika menilik ke belakang, aplikasi besutan Facebook bisa dibilang merupakan "penghuni" posisi teratas di dalam daftar aplikasi yang paling banyak diunduh.

Pada 2016 dan 2017, misalnya, keempat aplikasi Facebook yang disebutkan tadi masih menduduki empat posisi teratas.

Namun, pada tahun 2018, TikTok mulai menampakkan batang hidungnya dalam daftar aplikasi yang paling banyak diunduh dengan menyabet posisi keempat.

Kala itu, TikTok hanya mampu menyalip jumlah unduhan aplikasi Instagram, sebagaimana dihimpun KompasTekno dari SensorTower, Kamis (16/1/2020).

Dengan kata lain, dalam kurun satu tahun, TikTok menyalip dua aplikasi besar macam Facebook dan Messenger.

Perlu dicatat, sensor Tower sendiri menghitung angka unduhan ini berdasarkan jumlah download aplikasi terkait di toko aplikasi App Store (iOS) dan Google Play Store (Android) mulai dari 1 Januari hingga 31 Desember 2019.

Adapun aplikasi TikTok yang diunduh melalui toko aplikasi pihak ketiga di luar dua platform tadi, atau aplikasi TikTok yang terpasang pre-loaded di ponsel, tidak disertakan dalam riset Sensor Tower.

Berita Terkini