SURYAMALANG.COM, MALANG - Universitas Terbuka (UT) mengadakan wisuda secara daring, Selasa (21/7/2020).
Sejak berdiri, baru kali ini UT melakukan wisuda jarak jauh seluruh Indonesia dan dunia dengan jumlah 1000 wisudawan.
Sedang dari UT Malang ada 48 orang yang diwisuda. Namun hanya tujuh orang yang ikut wisuda di kampus dan perwakilan wisudawan dari tiap fakultas.
Tujuh wisudawan UT Malang yang ikut wisuda memiliki IP 4.0.
"Yang lainnya ikut wisuda daring dari lewat zoom di rumah masing-masing," jelas Dr Lilik Sulistyowati MSi, Direktur UT Malang pada suryamalang.com usai acara.
Ia merasa terkesan dengan wisuda kali ini.
Dalam satu ruangan yang dipakai buat wisuda, mereka antara lain menyanyikan Indonesia Raya, Hymne UT dan mengikuti rangkaian kegiatannya hingga siang hari.
Prosesi wisuda di tiap UPBJJ (Unit Program Belajar Jarak Jauh) juga ditampilkan bergantian di layar dari berbagai daerah.
Dikatakan Lilik, dari wisudawan secara global juga ada yang dari Arab Saudi satu orang, dari Korea Selatan satu orang. Sedang dari Malaysia ada satu orang.
Jika perguruan tinggi konvesional kini dituntut daring karena pandemi Covid-29, UT lahir dengan model belajar jarak jauh sejak awal.
"Di UT itu belajarnya fleksibel. Misalkan karena bekerja atau sibuk sebagai bos, mahasiswa punya pilihan dalam belajar."
"Bisa kapan saja, dimana saja dan usia berapa pun. Di UT nggak kenal usia saat mereka daftar kuliah," papar Lilik.
Jadi gagasan pemerintah sejak awal sudah memikirkan ke depan dimana semua memiliki kesempatan mengenyam pendidikan tinggi.
"Jadi belajar tanpa batas menembus ruang dan waktu. Sehingga tadi wisuda daring saja bisa apalagi belajar," kata dia.
Tentang model kuliah di UT, kata dia, ada tatap muka tapi jarak jauh dengan video conference dan dengan zoom.
Ini sangat bagus sekali karena Indonesia terdiri banyak pulau. Dulu UT dibangun karena melihat kondisi geografis Indonesia yang memiliki banyak pulau.
Namun mereka semua bisa kuliah tanpa hambatan karena bisa terjangkau. Untuk materi pembelajarannya, bisa memilih lewat versi digital dan kertas.
"Kalau mereka tidak ada internet maka bisa memilih modul dengan kertas. Jika ada internet, maka bisa digital. Itu yang namanya kuliah merdeka," jelasnya.
Bagi yang tercatat sebagai mahasiswa UT, maka tinggal mengunduh bahan-bahan yang diperlukan.
"Kami punya perpus digital atau virtual," ujar Lilik.
Untuk pembelajarannya, sejak awal bisa memilih tiga opsi. Jika dekat domisili bisa tatap muka. Bisa juga blended learning. Kalau jarak jauh bisa full online," katanya.
Mahasiswa UT untuk menyusun proposal, menulis tesis atau disertasi sudah daring. Kalau ketemu dengan pembimbing juga bisa lewat video conference, kirim email ke dosen pembimbing.
"Model ini kan lebih efisien, lebih murah nggak kemana dan tidak menyita waktu," katanya.
Dikatakan, untuk kuliah tatap muka memang lebih mahal biayanya daripada full daring. Untuk pasar milenial, sebenarnya kuliah di UT sangat pas banget.
"Cuma pilihan mata kuliahnya jangan keguruan karena susah praktik. Ada manajemen full daring, jurusan lain. Mereka bisa kuliah jam 03.00 WIB bisa tinggal buka e learning dan menjawab tugas sesempat waktunya," terangnya.
Sedang Prof Drs M Nasir Ak MSi PhD, Staf Khusus Wakil Presiden ditayangkan videonya di acara itu. Ia menyatakan UT sudah menghadapi kondisi terdepan.
"Hampir semua perguruan tinggi mulai daring karena Covid-19," kata Nasir, Mantan Menristekdikti.
Dengan sudah kuat di e-learningnya, UT didorong membangun artificial intelligence (AI). Misalkan bagi yang memiliki jurusan teknik, ini akan membantu jika butuh lab," kata Nasir.
Keunggulan jika melaksanakan daring adalah belajar dimana saja dan kapan saja.
"Jika menambah mata kuliah yang disediakan kampus, pengelola tak perlu menambah ruang kelas, bisa merekrut mahasiswa dari mana saja dan tidak ada kendala geografi," jelas Nasir.