Daftar 3 Amalan Bulan Syawal Selain Puasa Sunnah Syawal 6 Hari, Simak Penjelasan Ustadz Adi Hidayat

Penulis: Frida Anjani
Editor: Eko Darmoko
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi wanita muslim berdoa: amalan bulan Syawal

SURYAMALANG.COM - Inilah daftar tiga amalan bulan Syawal selain puasa Syawal yang bisa dikerjakan umat muslim.

Simak pula penjelasan dari Ustadz Adi Hidayat terkait amalan bulan Syawal berikut ini. 

Dilansir dari video di YouTube Da'wah Sunnah, Ustadz Adi Hidayat menjelaskan satu amalan yang penting untuk diketahui umat Islam.

"Amalan tersebut adalah hadapkanlah dirimu dalam ketentuan syariat dengan lurus dan benar, lihat amalannya hadapkan dirimu, maksudnya mulailah serius menjalankan syariat sesuai dengan fitrah yang Allah tetapkan," jelas Ustadz Ad Hidayat.

Dalam menjalankan aturan syariat, Ustadz Adi Hidayat mengatakan harus komitmen, artinya kesungguhan dalam menjalankan syariat.

Cara atau langkah dalam menjalankannya adalah dengan memasrahkan diri kepada sang pencipta atas segala atauran yang ada di langit dan bumi.

"Berlatih di bulan Syawal, agar perubahan yang terjadi berlangsung hingga pasca syawal," paparnya.

Di antara amalan tersebut yakni sesuai dengan dua kalimat syahadat.

أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ

"Asyhadu an laa ilaaha illallaahu, wa asyhaduanna muhammadar rasuulullah".

Artinya:

"Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan melainkan Allah. Dan aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah".

"Berkomitmen tidak menjadikan tuhan manapun selain Allah sebagai tuhan yang layak untuk disembah. Tidak boleh kemudian jika orang Islam yang sudah berkomitmen Syahadat tapi masih mengakui adanya tuhan lain selain Allah," tuturnya.

Perbaiki Sholat

Lebih lanjut, Ustadz Adi Hidayat menjelaskan bahwa komiten yang kedua ialah memperbaiki shalat.

Ia megimbau agar dapat melaksanakan shalat lebih baik setelah ramadhan. Sebab selama satu bulan berlatih mengerjakan shalat wajib tepat waktu dan berjamaah, serta menunaikan shalat sunnah.

Ustadz Adi Hidayat begitu menyayangkan masih banyak yang belum paham akan bacaan yang dibaca ketika shalat.

Hal tersebut adalah yang membuat shalat bisa jadi tidak khusyu'.

"Mulai sekarang belajar shalat dimulai Takbiratul Ihram, pahami bacaannya, pikiran menerjemahkan, hati meresapi," tukasnya.

Ia juga menjelaskan daftar amalan pascaramadhan merupakan esensi yang harus tetap dikerjakan umat Islam meski sudah tak di bulan Ramadhan lagi.

Ia menjelaskan ibadah siyam Ramadhan esensinya tidak berhenti saat tuntas dikerjakan siyamnya, namun mengalami keberlangsungan pascaramadhan yang ditunjukkan langsung isyaratnya oleh Allah SWT.

"Dan diperjelas oleh Nabi Muhammad SAW dengan amalan-amalan tertentu yang menunjukkan suksesnya ibadah puasa kita, bukti penerimaan ibadah kita di hadapan Allah SWT, tanda syukur kita dihadapan Allah SWT, bekal terbaik menjelang kematian, dan kebahagiaan saat menghadap Allah SWT," terang Ustadz Adi Hidayat dikutip dari kanal youtube Adi Hidayat Official.

Daftar amalan pascaramadhan berdasarkan ayat Alquran Surah Al-Baqarah ayat 185 yang berbunyi:

شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِيْٓ اُنْزِلَ فِيْهِ الْقُرْاٰنُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنٰتٍ مِّنَ الْهُدٰى وَالْفُرْقَانِۚ فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ ۗ وَمَنْ كَانَ مَرِيْضًا اَوْ عَلٰى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنْ اَيَّامٍ اُخَرَ ۗ يُرِيْدُ اللّٰهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيْدُ بِكُمُ الْعُسْرَ ۖ وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللّٰهَ عَلٰى مَا هَدٰىكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ

Syahru ramaḍānallażī unzila fīhil-qur`ānu hudal lin-nāsi wa bayyinātim minal-hudā wal-furqān, fa man syahida mingkumusy-syahra falyaṣum-h, wa mang kāna marīḍan au 'alā safarin fa 'iddatum min ayyāmin ukhar, yurīdullāhu bikumul-yusra wa lā yurīdu bikumul-'usra wa litukmilul-'iddata wa litukabbirullāha 'alā mā hadākum wa la'allakum tasykurụn

Artinya: Bulan Ramadan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al-Qur'an, sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang benar dan yang batil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu ada di bulan itu, maka berpuasalah. Dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (dia tidak berpuasa), maka (wajib menggantinya), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, agar kamu bersyukur.

Ketika Allah memberikan nikmat pada Nabi Muhammad SAW maka Allah meminta rasul untuk bersyukur telah diberi anugerah terbaiknya.

Sesuai QS Al-Kautsar ayat 1-2, yaitu:

اِنَّآ اَعْطَيْنٰكَ الْكَوْثَرَۗ

innā a'ṭainākal-kauṡar

Artinya: Sungguh, Kami telah memberimu (Muhammad) nikmat yang banyak.


فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْۗ

fa ṣalli lirabbika wan-ḥar

Artinya: Maka laksanakanlah salat karena Tuhanmu, dan berkurbanlah (sebagai ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah).

"Disini dapat kita lihat realisasi syukur yang yang diperintahkan Allah dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW. Beliau mengimplementasikan syukur dengan shalat, tidak hanya sekadar shalat namun juga meningkatkan kualitas dan kuantitas shalatnya, Sampai terlacak dalam narasi hadits disebutkan bahwa Nabi Muhammad SAW shalat hingga kakinya bengkak," paparnya.

Tidak ubahnya dalam ibadah Ramadhan, ketika kita mendapatkan banyak kenikmatan selama Ramadhan maka syukur menjadi langkah selanjutnya.

Syukur tersebut langsung dieksekusi dengan melakukan shalat Idul Fitri. Shalat Idul Fitri menjadi wujud komitmen bahwa setelah Ramadhan kita sebagai manusia berjanji untuk terus melaksanakan shalat sebagai wujud syukur dan kontinyuitas pada Allah.

"Sebenarnya ini berlaku umum, jika Anda mendapat penambahan nikmat berupa harta benda ataukah keturunan maka cara bersyukurnya tingkatkan ketaatan kepada Allah, standarnya shalat. Naikkan levelnya dengan berjamaah tingkatkan dengan ibadah sunnah, dan kerjakan tepat waktu," ucapnya.

Setelah shalat, hal yang diperintahkan adalah berkurban. Esensi berkurban disini tidak hanya menyembelih hewan ternak seperti kambing, sapi, atau unta. Dan ini umumnya digunakan sebagai dalil pelaksanaan Idul Qurban.

Esensi yang dimaksud adalah berkurban dengan wasilah berbagi. Berbagi dapat dilakukan dengan bersedekah, berinfaq, menyantuni anak yatim dengan kualitas pemberian yang baik.

Kemudian dijelaskan pula dalam HR.Muslim no.1162 dimana perowinya adalah sahabat Abu Ayyub Al-anshari bahwa diisyaratkan oleh Nabi Muhammad SAW mengenai latihan amal setelah Ramadhan, yakni puasa 6 hari di bulan Syawal. Puasa tersebut dinilai berpahala seperti puasa selama 1 tahun. Hadits tersebut berbunyi:

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْر

Artinya: "Barang siapa yang telah menuntaskan puasa Ramadhan kemudian berpuasa 6 hari di Bulan Syawal, maka baginya (pahala) puasa selama setahun penuh," (HR.Muslim)

Puasa 6 hari di Bulan Syawal ini dimaksudkan untuk melatih sikap istiqomah kita pasca Ramadhan supaya tetap diteruskan meskipun Ramadhan telah selesai. Hukum puasa 6 hari di Bulan Syawal ini adalah sunnah.

Inti puasa melahirkan nilai takwa. Takwa secara singkat adalah kemampuan untuk meningkatkan ibadah kita kepada Allah sekaligus dorongan untuk menjauhkan kita dari perbuatan maksiat, sehingga kita selalu menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya.

Seseorang yang mampu menjalankan puasa Ramadhan kemudian diteruskan dengan puasa 6 hari di Bulan Syawal maka ia akan diberi kekuatan oleh Allah pada jiwanya, sehingga ia mampu meningkatkan ketaatan dan menjauhi maksiat selama satu tahun penuh hingga bertemu Ramadhan berikutnya.

Update berita terbaru di Google News SURYAMALANG.com

Berita Terkini