TRAGEDI AREMA VS PERSEBAYA

Update Satu Bulan Tragedi Kanjuruhan: Pengurus PSSI Tak Ada yang Mundur, Ini Jawaban Iwan Bule

Penulis: Sarah Elnyora
Editor: Eko Darmoko
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Mengenang satu bulan tragedi Kanjuruhan (kiri), Iwan Bule (kanan), pengurus PSSI tak ada yang mundur, ini jawaban Ketua Umum

SURYAMALANG.COM, MALANG - Update satu bulan tragedi Kanjuruhan salah satunya datang dari PSSI termasuk Iwan Bule sebagai Ketua Umum.

PSSI yang mendapat banyak kecaman dan desakan, nyatanya sampai 1 November 2022 tidak bergeming sama sekali. 

Tragedi Kanjuruhan yang menewaskan 135 orang dan korban luka-luka itu terjadi pasca laga Arema FC Vs Persebaya 1 Oktober 2022. 

Setelah satu bulan berlalu, tak ada satu pun pengurus PSSI yang menyatakan mundur dari jabatannya sebagai bentuk tanggung jawab moral. 

Desakan mundur kepada para pengurus PSSI muncul tidak hanya datang dari publik, tapi juga hasil investigasi dari TGIPF (Tim Gabungan Independen Pencari Fakta) Tragedi Kanjuruhan bentukan Presiden Jokowi.

Salah satu rekomendasinya adalah, meminta semua pengurus PSSI, termasuk Ketua Umum mundur sebagai bentuk tanggung jawab moral. 

Ketum PSSI, Mochamad Iriawan atau yang akrab disapa Iwan Bule pun mengaku sengaja tidak mundur dari kursi Ketum PSSI meskipun desakan sudah sangat kuat.  

"Kalau saya mundur, ya saya pengecut, saya pecundang. Kalau mundur ya saya tidur saja di rumah, masa saya meninggalkan yang sekarang," papar Iwan Bule saat berkunjung ke Menara Kompas pada Jumat (28/10/2022)

Mengutip KompasTV 'Satu Bulan Tragedi Kanjuruhan, Tak Satu Pun Pengurus PSSI Mundur'.

Iwan Bule, Ketum PSSI yang Diminta Mundur Presiden Madura United (SURYAMALANG.COM/Instagram @mochamadiriawan84)

Iwan Bule juga mengklaim tak mau mundur agar tidak menambah beban moril para korban tragedi Kanjuruhan. 

"Jadi ya saya harus menyikapi ini. Dengan task force saya lakukan, kunjungan ke mereka, untuk menambah moril mereka. Oh, ada Ketua Umumnya dengan saya, begitu," tutur Iwan Bule.

Desakan itu kian kencang lantaran, ketika Presiden FIFA Gianni Infantino datang ke Indonesia tanggal 18 Oktober 2022, mereka justru pada malam harinya bermain bola bersama bertajuk 'Fun Football' 

Publik lantas bereaksi keras dan menilai, FIFA-PSSI nir-empati karena justru bermain bola di saat duka dan air mata tragedi Kanjuruhan belum kering. 

PSSI lantas menjawab cibiran dan hujatan dari publik soal "Fun Football" yang digelar Selasa (18/10/2022) malam dan menyebutkan, pertandingan itu digelar karena permintaan dari Presiden FIFA. 

  • Penanganan Korban Trauma Menurut Pakar

Tragedi Kanjuruhan menyisakan dampak psikologis kepada keluarga korban dan penonton yang selamat dari peristiwa itu.

Pakar psikologi forensik Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang dr Fathul Lubabin Nuqul merekomendasikan beberapa hal untuk memulihkan dampak traumatik berkepanjangan. 

Salah satunya adalah proses hukum yang bisa memuaskan para keluarga korban dan penonton selamat dalam tragedi tersebut.

"Penetapan hukum yang memuaskan korban dan keluarga korban itu penting untuk menghilangkan traumatik berkepanjangan"

"Justru apabila misalnya ada salah satu pihak yang dianggap terlibat dalam tragedi itu"

"Tapi luput dari proses hukum akan berdampak negatif pada korban dan keluarga korban," ungkapnya melalui sambungan telepon, Selasa (1/11/2022).

Mengutip Kompas.com 'Banyak Korban Trauma akibat Tragedi Kanjuruhan, Ini Kata Pakar Psikologi Forensik'.

Salah satu risiko dampak negatif tragedi itu, kata Lubab, membuat keluarga korban dan penonton yang selamat membenci pihak atau institusi yang dianggap bertanggung jawab atas insiden itu.

"Bisa saja korban akan membenci segala hal yang berkaitan dengan salah satu institusi yang dianggap memicu tragedi itu, atau bahkan membenci pertandingan sepak bola," tuturnya.

Di samping itu, lanjut Lubab, pendampingan psikologis bagi para korban juga perlu terus dilakukan, agar efek traumatik bisa berangsur-angsur hilang.

"Trauma healing untuk memberikan kesadaran dan keikhlasan atas tragedi ini juga harus terus dilakukan. Supaya traumatik korban berangsur-angsur hilang," ujarnya.

Lubab menjelaskan, efek traumatik seperti dalam tragedi Kanjuruhan itu bisa berkepanjangan dan bisa mengganggu kehidupan para korban.

"Salah satu dampaknya misalnya akan membuat korban tidak fokus dalam melakukan segala hal. Bahkan bisa saja membuat mereka mengalami stres," jelasnya.

Sementara itu, apabila salah satu korban sadar kalau pihaknya mengalami traumatik akibat tragedi Kanjuruhan, Lubab menyarankan agar mereka memulihkan diri secara mandiri.

"Misalnya berlibur ke tempat wisata, itu juga bisa dijadikan opsi untuk memulihkan efek traumatik," pungkasnya.

Update berita terbaru di Google News SURYAMALANG.com 

(Kompas|Imron Hakiki)

Berita Terkini