Mengenal Wedus Gembel Gunung Merapi dan Bahayanya saat Erupsi, Mitos Mbah Petruk Paling Dipercaya

Penulis: Sarah Elnyora
Editor: Dyan Rekohadi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Awan panas (kiri), Gunung Merapi (kanan). Mengenal Wedus Gembel Gunung Merapi dan Bahayanya saat erupsi, mitos Mbah Petruk paling dipercaya

SURYAMALANG.COM, - Mengenal wedus gembel Gunung Merapi dan bahayanya saat erupsi menarik diulas di tengah situasi saat ini. 

Terbaru, Gunung Merapi dilaporkan mengeluarkan awan panas pada Sabtu (11/3/2023) yang tentu jadi peringatan dini letusan. 

Sedangkan Gunung Merapi sendiri memiliki julukan mengenai wedus gembel saat erupsi mulai terjadi. 

Selain julukan wedus gembel, mitos Mbah Petruk dalam letusan Gunung Merapi juga masih dipercaya masyarakat setempat sampai saat ini.

Membahas satu per satu mengenai wedus gembel Gunung Merapi dan mitos masyarakat setempat berikut ulasan selengkapnya. 

  • Apa itu wedus gembel?

Melansir Kompas.com, Nama wedus gembel ini selalu dikatakan setiap ada letusan merapi di kawasan Yogyakarta dan Jawa Tengah.

Wedus gembel yang dimaksud ini bukanlah kambing berbulu lebat, melainkan julukan untuk awan panas bergulung-gulung yang acap menyertai letusan Merapi.

Melansir Wikipedia wedus gembel diartikan sebagai abu vulkanik berbentuk awan mirip domba yang disemburkan Gunung Merapi ke udara saat terjadi erupsi.

  • Apakah bahaya wedus gembel?

Mengutip dari Badan Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK), awan panas Merapi terdiri dari dua bagian.

Pertama, bagian fragmen batuan dalam berbagai ukuran, termasuk yang seukuran debu dan kedua, gumpalan gas bersuhu 200-700 derajat celcius.

Kedua unsur ini bercampur mengalir secara turbulen dengan kecepatan lebih dari 80 kilometer per jam.

Pada Gunung Merapi, awan panas terbentuk oleh mekanisme guguran lava baru, sering disebut "nuee ardente d'avalanche".

Awan panas jenis ini akan mengalir melalui zona lembah sungai dan kanan kirinya mengikuti arah aliran dari luncuran lava pada dasar lembah.

Dikutip dari situs volcanolive.com, pakar vulkanologi John Seach menyebut Merapi merupakan satu gunung yang paling aktif dan berbahaya di dunia.

Merapi memiliki kubah lava dan selalu meletus dalam jangka satu sampai lima tahun, menjadikannya gunung paling aktif di Indonesia.

Dikutip dari Tribun Jogja, wedus gembel ini pernah menewaskan banyak warga di lereng merapi pada tahun 2010 lalu.

Bahkan kecepatannya mencapai 200 km per jam saat turun dari punggung gunung.

Jarak luncur awan panas umumnya bergantung kepada volume dan formasinya dan bergerak mengikuti alur topografi dan lembah sungai.

Volume lebih besar akan menjangkau area yang lebih jauh akibat pengaruh momentum dan efek lain.

Tak heran apabila pada letusan besar, awan panas bisa menjangkau hingga 15 kilometer.

Awan panas letusan biasanya bisa mengalir sejauh lebih dari 8 kilometer dari puncak.

Selain volume, jauhnya jarak luncur awan panas juga dipengaruhi oleh temperatur yang lebih tinggi, kandungan gas lebih banyak, dan memiliki kecepatan awal lateral pada saat jatuh.

Dengan kondisi lebih banyak gas dan temperatur tinggi, wedus gembel dipastikan merusak apa saja yang ditemuinya.

Jadi siapa pun yang berada di sekitar Merapi selayaknya tidak ingin bertemu dengan "binatang" satu ini.

Artikel Sripoku 'Apa Itu Wedhus Gembel, Awan Panas yang Menyembur'.

  • Mitos Mbah Petruk 

Dikutip dari Tribun Jogja, ada beberapa mitos tentang Gunung Merapi yang dipercaya oleh masyarakat sekitar.

Salah satunya adalah mitos Mbah Petruk yang muncul tiap kali Gunung Merapi menunjukkan peningkatan aktivitas.

Mbah Petruk seperti memberi peringatan bahaya jika Gunung Merapi akan punya hajat atau sedang 'Nduwe Gawe'.

Menurut cerita rakyat, kemunculan Mbah Petruk akan ditandai dengan suara seperti terompet yang menggambarkan suara dari aktivitas Gunung Merapi.

Menariknya mitos Gunung Merapi yang dipercaya warga tak terlepas dari fakta aktivitas vulkanik di gunung tersebut.

  • Situasi Wedus Gembel Saat Ini 

Seperti diketahui, Gunung Merapi mengeluarkan awan panas di perbatasan Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah, Sabtu (11/3/2023).

Awan panas atau wedus gembel yang keluar dari Gunung Merapi mengarah ke Kali Bebeng atau Kali Krasak.

Sampai saat ini Gunung Merapi masih memuntahkan wedus gembel atau awan panas.

Salah seorang warga bernama Rudi mengatakan, terjadi hujan abu tipis di daerah Paten, Kecamatan Dukun, Magelang, Jawa Tengah.

"Saya di atas Balai Desa Paten Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang, hujan abu tipis," ujar Rudi.

Menurut Rudi, abu tipis yang turun akibat dari awan panas guguran Gunung Merapi tampak mengotori motor dan mobil.

  • Kata Sri Sultan Hamengku Buwono

Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Sri Sultan Hamengku Buwono X (HB X) menyebut, Gunung Merapi meletus untuk menutupi lubang akibat tambang pasir. 

Letusan kali ini disebutnya tidak akan seperti pada 2010.

"Merapi itu ya erupsi begitu saja enggak akan meletus seperti dulu yang penting ngebaki (memenuhi) sik (yang) dirusak karena ditambang gitu saja," ujar HB X, Sabtu (11/3/2023).

Sultan menambahkan jika lubang-lubang akibat tambang pasir di Gunung Merapi sudah tertutup material vulkanik, erupsi Gunung Merapi akan berhenti.

"Nanti kalau yang berlobang-lobang itu sudah tertutup kan berhenti sendiri. Memang itu perlu lama karena tidak hanya di atas dan di bawah juga berlobang," jelas dia mengutip Kompas.com

Kondisi ini membuatnya akan menutup tambang-tambang warga, mengingat sebagian tambang milik warga sudah dilakukan penutupan dengan cara ditutup dan ditanami rumput.

Agar warga tak kembali menambang di Merapi, Sultan berencana mengubah kawasan tambang menjadi kawasan pertanian dan peternakan.

"Ada yang bikin keju ada yang ditanami kopi kan gitu, supaya mereka punya pendapatan dari produk di sektor pertanian supaya tidak nambang lagi," jelas Sultan.

Terkait luncuran sejauh 7 kilometer, menurut Sultan hal itu bukanlah masalah.

Dia juga menjamin Gunung Merapi tidak akan meletus seperti erupsi pada 2010.

"Ndak papa, pokok e mung nggo ngebaki (pokonya cuma untuk memenuhi) hanya sampai di atas saja enggak akan meletus sudah berbeda kan sudah 10 tahun lebih," jelasnya.

"Biasanya kan empat tahun kalau meletus. Sekarang memang harus keluar ya memang nyembur tapi ya hanya satu kilo dua kilo karena yang ditambang kan sekitar situ," pungkas Sultan.

Update berita terbaru di Google News SURYAMALANG.com 

Berita Terkini