Berita Malang Hari Ini

Jejak Peradaban Islam di Makam Ki Ageng Gribik Malang, Ada Makam Berbagai Bupati

Penulis: Sylvianita Widyawati
Editor: rahadian bagus priambodo
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Makam Ki Ageng Gribik dan istrinya (kiri/rumah) di pesarean Ki Ageng Gribik di Kelurahan Madyopuro Kota Malang, Jumat (24/3/2023)

SURYAMALANG.COM|MALANG- Di Kota Malang ada wisata ritual yang dikenal karena adanya pesarean atau makam Ki Ageng Gribik. Biasanya ada wisatawan datang mengunjungi makam ini. Untuk masuk ke lokasi cukup mudah. Ada papan penunjuk dan di sekitarnya ada perumahan warga. Ki Ageng Gribik zaman dulu dikenal sebagai umaro/ulama.


"Banyak jejak peradaban Islam di komplek makam Ki Ageng Gribik ini. Seperti bentuk nisan, model pemakaman di era 1800 an yaitu di era Mataram Islam itu. Jejak lainya adalah pola pemakaman Islam," jelas Devi Nur Hadianto, Ketua Pokdarwis Pesarean Ki Ageng Gribik pada wartawan, Jumat (24/3/2023).


Dikatakan, banyak cerita rakyat yang harus dibuktikan dari tulisan lampau dan sekarang. Almarhum Ki Ageng Gribik adalah sosok penyebar agama Islam pada masa Mataram Islam yang masuk ke Malang. Di areal ini juga ada sejumlah bupati zaman dulu yang dimakamkan disini. Termasuk Bupati Malang pertama dan setelahnya.


"Bupati-Bupati Malang yang muslim minta dimakamkan di pesarean Ki Ageng Gribik ini," jelasnya. Areal makam tidak terlalu luas. Di sebekah timur ada bekas tumpak yang mungkin dulu ada pesantren. Dari cerita saksi-saksi warga yang sudah sepuh (tua), di kawasan Gribik sejak lama sudah kental dengan kegiatan mengajar dan pendidikan yang sarat dengan Islam. 


"Merujuk pada informasi yang saya dapatkan, ada  ekapansi Islam di luar Mataram saat itu termasuk ke Malang. Ada beberapa sumber informasi, Ki Ageng Gribik sebagai umaro/ulama ditugaskan di Pasuruan. Pada zaman itu, Pasuruan adalah kota besar. Sedang Malang adalah kota bawahan Pasuruan saat itu," jelas Devi. 


Di makamnya juga ada makam istrinya serta para santrinya. Dan masyarakat Pasuruan masih punya keterikatan emosional dengan Ki Ageng Gribik hingga saat ini. Ia memiliki dua nama asli dari jejak literasi yang diperolehnya. Yaitu Raden Aryo Pamucung atau Pamucang atau Aryo Wesi Bagono. Ini sebuah nama khas kulon Mataram Islam. Di masa itu, dikirimkan senopati Mataram ke arah wetan (timur). 


"Wisatawan yang datang ke pesarean ini yang dituju ya ke makam Ki Ageng Gribik karena dikenal sebagai alim ulama semasa hidupnya," tutur Devi. Di pesarean ini, jumlah makam yang terdata dan tercetak nama ada 150 sampai 160. Ada yang tak bisa dibaca karena dalam aksara Jawa. Jumlah makam ada 400 an.  


Adanya makam Bupati Malang pertama dan kedua di sini karena keputusan pemerintah kolonial Belanda pada waktu itu. Bupati Malang pertama adalah Raden Tumenggung Notodiningrat I atau Raden Pandji Wielasmorokusumo) 1819-1839. Almarhum adalah putra dari Bupati Pasuruan yang memiliki tiga putra. Semuanya jadi bupati.


Yaitu Bupati Malang, Bupati Bangil dan Bupati Puger. Lokasi makam kedua Bupati Malang ini berdekatan dengan makam Ki Ageng Gribik. Disebut Gribik ada beberapa versi. Yaitu Gribik atau grebek siar Islamnya ramai. Ada juga yang mengaitkan dengan kampung Gribik. Ada juga yang mengartikan gribik adalah atap rumah warga yang memakai ijuk tebal.


Pesiarah bernama Prayitno dari Gadang Kota Malang terlihat datang dan berdoa di makam Ki Ageng Gribik. "Saya kesini sudah dua kali. Pernah sekali datang malam hari jam 23.00 WIB. Kedua, hari ini," kata pria asal Jogja ini. Tujuan ia datang adalah mendoakan almarhum dan almarhumah untuk mengenang perjuangannya menyebarkan Islam dan melawan penjajah.


"Semoga semuanya dicatat oleh Allah untuk amal dan ibadahnya. Manusia tidak pernah luput dari kesalahan dan semoga mendapat magfiroh," jawabnya. Ia menceritakan ketika datang ke pesarean itu juga baru mengetahui ada makam-makam bupati setelah berjalan-jalan melihat sekitarnya. Areal makam sangat bersih dan teduh karena banyak pepohonan. Sylvianita Widyawati

Berita Terkini