Pabrik rokok bisa menampung pekerja cukup banyak. Harapannya para pekerja pabrik rokok yang terkena PHK kemarin bisa ditampung di perusahaan baru.
SURYAMALANG.COM, BLITAR - Dua investor berencana membangun pabrik rokok di Blitar setelah tiga pabrik rokok bangkrut, dua tahun terakhir.
Ketiga pabrik rokok di Kota Blitar yang tutup itu adalah Apache pada Agustus 2022, lalu Bokor Mas dan Pura Perkasa Jaya pada 28 Agustus 2023.
"Kami patut bersyukur, Kota Blitar masih menarik bagi investor di bidang rokok. Setelah beberapa pabrik rokok tutup, sekarang ada beberapa investor di bidang rokok masuk di Kota Blitar," kata Kepala Dinas Penanaman Modal Tenaga Kerja dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) Kota Blitar, Heru Eko Pramono, Rabu (18/10/2023).
Heru mengatakan dua investor di bidang rokok yang baru masuk, satu sudah beroperasi belum genap sebulan ini dan satu lagi masih proses mengurus perizinan.
Satu pabrik rokok yang sudah beroperasi berada di Kelurahan Pakunden, Kecamatan Sukorejo Kota Blitar.
Pabrik rokok yang sudah beroperasi ini merupakan investor lokal dengan nilai investasi sekitar Rp 10 miliar.
"Satu pabrik rokok yang sudah beroperasi ini sudah menyerap sekitar 125 pekerja. Ini masih awal, kalau nanti berkembang tentunya akan menyerap pekerja lebih banyak lagi," ujarnya.
Sedang satu pabrik rokok yang sedang mengurus perizinan, kata Heru, skalanya nasional dan diperkirakan dapat menyerap ribuan tenaga kerja di Kota Blitar.
Namun, Heru belum mau menyebutkan perusahaan pabrik rokok tersebut karena masih proses perizinan. Termasuk berapa nilai investasinya juga masih belum diungkapkan.
"Sekarang, kami masih membantu proses perizinannya. Proses perizinan yang di daerah mulai izin tata ruang dan sertifikat layak fungsi bangunan. Kalau perizinan di provinsi dan kementerian terkait pengolahan limbah," ujarnya.
Dikatakannya, dua pabrik rokok baru ini semuanya memproduksi sigaret kretek tangan (SKT).
Dengan begitu, keberadaan dua pabrik rokok baru ini dapat menyerap banyak tenaga kerja di Kota Blitar.
"Dua-duanya (produksi) SKT. Kami juga pilah-pilah, jangan sampai pabrik rokok yang berdiri tidak menyerap tenaga kerja di daerah," katanya.
Menurut Heru, Kota Blitar masih menarik bagi investor di bidang rokok, salah satunya karena faktor upah minimum kota (UMK) masih rendah. Besaran UMK Kota Blitar masih di angka Rp 2 juta.
"Kami punya daya saing di sektor sumber daya manusia, ini yang menarik investor. Selain itu, proses perizinan juga jadi apresiasi para investor, karena selalu kami dampingi," katanya.
Selain di bidang rokok, kata Heru, juga ada investor pabrik tekstil yang tertarik masuk ke Kota Blitar.
Sekarang, investor pabrik tekstil tersebut masih melakukan penjajakan di Kota Blitar.
"Intinya semua investor boleh masuk, tetapi yang perlu kami pastikan mereka harus memberikan dampak positif kepada masyarakat Kota Blitar," ujarnya.
Wali Kota Blitar, Santoso menyambut baik dua investor pabrik rokok yang masuk di Kota Blitar. Ia berharap, keberadaan pabrik rokok dapat memberikan lapangan kerja kepada masyarakat Kota Blitar.
"Kami terima kasih, setelah kena musibah tutupnya beberapa pabrik rokok akhir-akhir ini, ada investor yang akan menanamkan modal membangun pabrik rokok di Kota Blitar," katanya.
"Pabrik rokok ini bisa menampung pekerja cukup banyak. Harapannya para pekerja pabrik rokok yang terkena PHK kemarin bisa ditampung di perusahaan baru ini," lanjutnya.
Santoso mengaku sudah melakukan audensi dengan investor yang akan mendirikan pabrik rokok di Kota Blitar.
Ia menargetkan, pabrik rokok baru itu bisa beroperasi pada akhir 2023 ini atau paling tidak pada awal 2024.
"Untuk itu, saya minta OPD terkait membantu dan memberikan kemudahan proses perizinan, karena pabrik rokok itu berdampak pada lapangan kerja di Kota Blitar," ujarnya.