SURYAMALANG.COM, MALANG - Prof Dr Robby Hidajat MSn akan dikukuhkan sebagai guru besar (Gubes) bidang kajian seni tari di Universitas Negeri Malang (UM), Kamis (5/12/2024).
Ia menjadi Gubes pertama di bidang seni tari di UM.
Dalam pidato pengukuhannya, ia menjelaskan tentang membaca struktur simbolik, bentuk, relasi dan imajinasi konotatif seni tari.
"Kalau lihat tampilan tari, seneng, saya yakin itu tidak paham simbol dan maknanya. Sebab yang biasa orang tangkap adalah kenikmatan visualnya. Jadi mereka seneng. Misalkan nonton wayang orang, topeng. Biasanya lebih senang menonton karena jalan ceritanya," kata Robby yang mengaku senang seni tari karena "terperosok" karena sering diajak melihat orangtuanya melihat kesenian.
Ia menyampaikan tiga formulasi, yaitu kenal bentuk, tahu relasinya dan bisa membangun imajinasi konotatif. Yaitu pengetahuan dan keilmuan, aspek gaya yang mengikutinya dan pengalaman artistik.
"Masyarakat hanya punya pengalaman artistik. Tapi bagi seorang peneliti, harus punya tiga aspek ini. Itu sebagai cara untuk memahami makna simbolik," pungkasnya
Terkait perjalanan karirnya Robby mengisahkan bagaimana ia mengenal dunia seni sejak kecil di kota Malang.
"Orangtua dulu kan tidak ada pilihan pertunjukkan lain. Maka hiburannya ya nonton tari, wayang orang," ceritanya pada suryamalang.com di sela gladi bersih pengukuhan di GKB A19 UM, Rabu (4/12/2024).
Salah satu tempat tujuan menonton adalah gedung Flora di pojokan Jl Agus Salim Kota Malang, yang sekarang gedungnya telah jadi kafe kekinian.
"Flora itu dulu gedung pertunjukkan wayang orang yang bagus," tutur Robby.
"Kemungkinan karena itu. Tapi kalau ingin jadi ini nggak. Karena ortu saya tidak punya, saya malah disekolahkan ke ST (Sekolah Teknik/jenjang SMP) lalu ke STM. Semua sekolah teknik. Tapi kegiatan kesenian berlanjut. Menari, main drama, melukis," tandasnya.
Setelah lulus STM, ia bingung jadi apa. Sebab badannya kecil.
"Kalau kerja, pasti nggak kuat pasti kalau angkat-angkat," cerita Robby.
Ia lalu memutuskan kuliah ASTI (Akademi Seni Tari Indonesia) di Jogjakarta atau ISI Jogja sekarang.
Setelah lulus, ia diterima di IKIP Malang. "Nasib baik," jawabnya.
Ia lalu kuliah S2 di ISI Solo dan kembali ke ISI Jogja untuk menyelesaikan S3.
"Karena saya melakukan penelitian-penelitian maka dapat "tiket" mengurus gelar profesor. Ini kan capaian kepangkatan. Mau diurus nggak? Kalau nggak mau, ya pensiun. Kalau mau mengurus ya harus kerja keras," kata Prof Dr Robby Hidajat MSn.