SURYAMALANG.COM, MALANG - Dosen FMIPA Universitas Brawijaya (UB) Malang, Prof Agus Naba, dan timnya memanfaatkan citra satelit untuk mengetahui usia tebu berbasis Artificial Intelligence (AI) lewat aplikasi.
Dikatakan Kprodi S1 Instrumentasi UB Malang itu, aplikasinya bisa menentukan area tebu dan usianya.
"Apakah tebunya berusia tiga bulan, enam bulan dan sembilan bulan. Kami sudah bikin aplikasinya dan memang masih butuh pengembangan lebih lanjut," jelas Agus Naba kepada SURYAMALANG.COM, Selasa (7/1/2025).
Sehingga kapasitas tebu untuk jadi gula itu bisa diprediksi.
"Ini akan membantu pemerintah atau pihak berwenang untuk memenuhi kebutuhannya. Sisanya berapa gula yang yang dibutuhkan."
"Tidak asal memutuskan. Misalkan butuh sekian ton. Sedang datanya belum diukur akurat. Jadi agak gambling," katanya.
Ia berharap dengan alat ini bisa membantu pemerintah dalam memutuskan berapa seharusnya jumlah kekurangan gulanya.
Dikatakan, kebutuhan gula di Indonesia memang sering dibilang kurang. Tapi untuk menyebut kekurangannya itu perlu data akurat.
Sehingga ketersediaan tebu yang siap panen sangat diperlukan. Untuk teknisnya, pihaknya memakai area yang sudah diketahui tebunya. Alatnya pernah diujicoba di Kecamatan Bantur dan Pagak, Kabupaten Malang.
Uji coba dengan masuk area tebu dan bisa menentukan berapa bulan usia tebunya. Akuransi memakai cara ini mencapai 100 persen saat dicoba di Bantur.
Saat ujicoba di Pagak mencapai 90 persen. Hal ini karena perbedaan demografi dua kecamatan itu.
"Rencana akan kita bikin per kecamatan sehingga akurasinya bisa sangat tinggi dan akan membantu pementiah mendapatkan data awal kapasitas tebu yang bisa jadi gula."
"Jika masih kurang, maka baru diambil dari luar atau import," pungkasnya.