Mutilasi Jasad Dalam Koper Ngawi

Cerita Keluarga Tentang Sosok Korban Mutilasi yang Jasadnya Ditemukan dalam Koper di Ngawi

Penulis: Samsul Hadi
Editor: Eko Darmoko
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Adik korban muitilasi, Intan, saat di rumah duka di Desa Sidodadi, Kecamatan Garum, Kabupaten Blitar, Minggu (26/1/2025).

SURYAMALANG.COM, BLITAR - Adik korban mutilasi, Intan, masih belum percaya dengan musibah yang menimpa kakaknya, Uswatun Khasanah (30).

Uswatun Khasanah merupakan perempuan asal Desa Bence, Kecamatan Garum, Kabupaten Blitar, yang menjadi korban mutilasi yang jasadnya ditemukan dalam koper di Kabupaten Ngawi, pada Kamis (23/1/2025).

Mata Intan masih terlihat sembap saat ditemui di rumah ibunya di Desa Sidodadi, Kecamatan Garum, Kabupaten Blitar, Minggu (26/1/2025).

Intan juga baru tiba di rumah ibunya Sabtu pagi. Saat menerima kabar soal musibah yang menimpa kakaknya, Intan berada di Madiun.

"Saya kerja di Madiun. Saat dapat kabar itu, saya tidak percaya. Banyak pesan WA yang masuk ke ponsel saya, tapi saya tidak berani buka," kata Intan kepada SURYAMALANG.COM.

Pada Jumat (24/1/2025) malam, Intan baru pulang dari Madiun ke Blitar.

Tapi, Intan tidak langsung ke rumah ibunya di Desa Sidodadi, Kecamatan Garum, Kabupaten Blitar, yang sempat menjadi lokasi disemayamkan jenazah kakaknya.

"Dua hari lalu sebenarnya saya sudah pulang ke Blitar. Tapi, saya di rumah ayah di Desa Slorok, Kecamatan Garum. Baru hari ini berani datang ke rumah ibu," ujarnya.

Sekadar diketahui, orang tua Intan dan korban sudah bercerai. Dari pernikahan orang tuanya itu dikarunia dua anak, yaitu, korban dan Intan.

Ibu kandungnya menikah lagi dan tinggal di Desa Sidodadi, Kecamatan Garum, Kabupaten Blitar.

Sedang ayahnya tinggal di Desa Slorok, Kecamatan Garum, Kabupaten Blitar.

"Waktu itu saya masih belum percaya dengan kabar soal kakak saya. Saya merasa seperti hoaks, kayak ngeprank," katanya.

Akhirnya, Intan percaya kakaknya benar-nenar sudah meninggal seperti kabar yang diterimanya.

"Kakak saya ini orangnya baik. Dulu, waktu saya masih kecil, belum menikah, yang merawat juga kakak saya," ujarnya.

Bahkan, setelah Intan menikah dan akhirnya bercerai, yang membantu keuangan Intan juga kakaknya.

Intan terakhir komunikasi dengan kakaknya awal Januari 2025. Intan dan kakaknya komunikasi lewat telepon.

Waktu itu, kakaknya menanyakan kabar kepada Intan.

"Kebetulan saya kan sedang cari kerja. Saya dipecat dari tempat kerja lama di Jakarta. Lalu saya cari kerja di Solo, tidak cocok terus pindah ke Madiun," katanya.

Setelah itu, Intan belum pernah berkomunikasi lagi dengan kakaknya. Dan sekarang, Intan malah mendapat kabar kakaknya terkena musibah.

Ayah tiri korban, Hendi Suprapto mengatakan korban memang sosok baik dan perhatian dengan keluarga. Korban juga menjadi tulang punggung keluarga.

"Korban memang tulang punggung keluarga. Dia menghidupi dua anak dan neneknya," katanya.

Menurutnya, korban juga sering mampir ke rumah ibunya. Tiap pulang ke Blitar, korban selalu menyempatkan bertemu dengan ibunya.

"Kadang dua kali sebulan ke sini. Tiap pulang ke Blitar, setelah ngurus anak dan keluarga di Slorok, dia menyempatkan ketemu ibunya," ujarnya.

Korban juga bersikap baik dengan Hendi, meskipun Hendi ayah tiri.

Korban sempat bilang ke Hendi ingin bangun rumah sendiri. Kebetulan, Hendi yang dimintai tolong untuk membangun rumah.

Rencananya, mulai bulan depan, korban mulai membangun rumah di Desa Slorok.

"Korban ini tidak pernah cerita masalahnya ke keluarga. Yang diceritakan ke keluarga hanya yang senang-senang saja. Mungkin korban tidak ingin ibunya khawatir," katanya.

 

Berita Terkini