Kota Malang

Unitri Kukuhkan Profesor Amir Hamzah sebagai Guru Besar Bidang Restorasi dan Remediasi Tanah

Penulis: Benni Indo
Editor: Dyan Rekohadi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

PENGUKUHAN GURU BESAR - Profesor Amir Hamzah resmi dikukuhkan sebagai guru besar di Universitas Tribhuwana Tunggadewi, Sabtu (23/8/2025). Pengukuhan ini menjadikan Prof Amir sebagai guru besar keempat yang dimiliki Unitri, dengan keahlian di bidang restorasi dan remediasi tanah.

SURYAMALANG.COM, MALANG – Universitas Tribhuwana Tunggadewi (Unitri) Malang resmi mengukuhkan Profesor Amir Hamzah sebagai guru besar, Sabtu (23/8/2025).

Pengukuhan ini menjadikan Prof Amir sebagai guru besar keempat yang dimiliki Unitri, dengan keahlian di bidang restorasi dan remediasi tanah.

Rektor Unitri, Prof Eko Handayanto, menyampaikan rasa syukur atas bertambahnya jumlah guru besar di kampus tersebut.

Ia menegaskan bahwa kehadiran guru besar baru akan memacu dosen-dosen lain untuk segera meningkatkan jabatan akademiknya.

“Kami bersyukur sekali, senang sekali, karena sekarang sudah ada empat profesor di Unitri. Bidangnya memang banyak yang terkait pertanian, tapi apapun itu yang penting bisa memberi semangat bagi dosen lain untuk segera mengurus jabatan akademiknya. Kalau profesor semakin banyak, nilai akreditasi juga lebih mudah naik,” ujar Prof Eko, Sabtu (23/8/2025).

Ia menambahkan, Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi kini mendorong kampus untuk menghasilkan profesor yang “berdampak”.

Artinya, riset dan pengabdian yang dilakukan dosen harus memberi manfaat nyata bagi masyarakat.

Sementara itu, Prof Amir Hamzah dalam orasi ilmiahnya menekankan pentingnya teknologi remediasi tanah untuk mengendalikan pencemaran logam berat.

Ia mengungkapkan, hasil risetnya memanfaatkan tanaman lokal untuk menyerap logam berat sehingga lahan bisa kembali layak digunakan untuk pertanian pangan.

“Sekarang pemerintah gencar mendorong program pangan bergizi gratis. Tapi kalau tanaman tumbuh di tanah yang tercemar logam berat, bagaimana bisa bergizi? Itu masalah besar. Karena itu penelitian kami berupaya agar tanah kembali sehat sehingga pangan yang dikonsumsi masyarakat aman,” jelas Prof Amir.

Ia menyebutkan, sumber utama pencemaran logam berat berasal dari aktivitas industri, penggunaan pupuk kimia, hingga pestisida yang berlebihan, terutama di Pulau Jawa.

Beberapa titik lahan pertanian bahkan sudah melebihi ambang batas kadar logam berat.

Prof Amir menuturkan, salah satu upaya yang telah dilakukan adalah mengedukasi petani, termasuk di wilayah Batu, agar melakukan penanaman tanaman tertentu sebelum bercocok tanam pangan.

Tanaman tersebut berfungsi menyerap logam berat sebelum lahan digunakan kembali.

"Saya sudah coba di Batu, dan para petani menyambut baik. Jadi sebelum menanam sayur, mereka tanam rumput tertentu. Setelah logam berat terserap, baru lahan ditanami tanaman pangan. Hasilnya cukup efektif,” ungkapnya.

Prof Amir menegaskan bahwa risetnya bukan sekadar teoritis, tetapi sudah diaplikasikan bersama para petani sejak empat tahun terakhir.

Ia berharap kontribusi ini bisa menjadi wujud nyata profesor yang berdampak, sesuai dengan jargon Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi. (Benni Indo/ADV)

Berita Terkini