Nasional

Upaya Max Lane Mendekatkan Sastra dan Pramoedya Ananta Toer kepada Generasi Milenial

Tetralogi Buru adalah novel yang berkisah tentang musabab pembentukan negeri yang kelak dan hingga sekarang bernama Indonesia

Penulis: Eko Darmoko | Editor: eko darmoko
SURYAMALANG.COM/Eko Darmoko
Bincang sastra tentang Pramoedya Ananta Toer di pelataran Kafe Pustaka Universitas Negeri Malang (UM), Senin (2/10/2017) malam. Dari kiri ke kanan: Ardi Wina Saputra, Max Lane, Yusri Fajar, dan Djoko Saryono. 

SURYAMALANG.COM, KLOJENPramoedya Ananta Toer, sastrawan besar Indonesia kelahiran 1925 dan wafat 2006 ini gaung namanya masih terdengar sampai sekarang, tak hanya di Tanah Air, tapi hingga ke mancanegara membelah sekat-sekat budaya.

Namun, apakah Generasi Milenial Indonesia yang ‘bersahabat’ dengan gadget mengenal sosok Pramoedya, satu-satunya sastrawan Indonesia yang menjadi kandidat Nobel itu?

Di pelataran Kafe Pustaka Universitas Negeri Malang (UM) digelar bincang-bincang yang mengupas Pramoedya beserta Tetralogi Buru, empat jilid novel yang tersohor hingga ke seluruh dunia, pada Senin (2/10/2017) malam yang liris.

Adalah Max Lane, pria kelahiran Australia 1951 yang membuat nama Pramoedya melambung tinggi dan dikenal khalayak pembaca di seluruh dunia. Max Lane menerjemahkan Tetralogi Buru (Bumi Manusia, Anak Semua Bangsa, Jejak Langkah, dan Rumah Kaca) dari Bahasa Indonesia ke Bahasa Inggris.

Ikhwal bincang-bincang ini adalah membedah buku Max Lane yang berjudul “Indonesia Tidak Hadir di Bumi Manusia”. Selain Max Lane, juga hadir pemateri Yusri Fajar (sastrawan), Djoko Saryono (budayawan), dan moderator Ardi Wina Saputra.

“Saya menerjemahkan karena saya mencintai karyanya (Pramoedya). Membaca karyanya membuat saya merenungkan banyak hal. Hingga melahirkan buku ini (Indonesia Tidak Hadir di Bumi Manusia),” kata Max Lane, memberi prolog.

Pasca bincang-bincang usai, Harian Surya mengajak Max Lane ngobrol tentang pentingnya karya-karya Pramoedya bagi Generasi Milenial. Menurutnya, dari Tetralogi Buru milik Pramoedya, pembaca bisa merenungkan tentang siapa saja yang kini disebut sebagai Orang Indonesia.

“Harapan saya buku-buku Pram agar dibaca oleh anak muda. Mereka harus memikirkan isinya, buka sekedar menikmati ceritanya (fiksi),” ucap Max Lane.

Menurut Max Lane, generasi muda saat ini sangat berjauhan dengan literasi. Tidak ada budaya membaca yang mewarnai aktivitas anak muda zaman sekarang. Hal ini disebabkan tidak adanya pelajaran sastra di bangku sekolah.

“Sejak tahun 1970-an pemerintah mencabut pelajar sastra di jenjang SD hingga SMA. Yang ada hanya pelajar bahasa,” tegasnya.

Nah, bermula dari sinilah ia menulis buku tentang Pramoedya supaya Generasi Milenial mengenal Pramoedya, dan demi menggelorakan minat baca terhadap literatur sastra.

Diceritakannya, meskipun sudah membaca Tetralogi Buru berulang kali hingga menerjemahkannya, namun ia masih saja merenungi isi yang terkandung dalam karya itu. Satu renungan yang terus meneror pikirannya adalah tentang tidak adanya penyebutan nama Indonesia di dalam Tetralogi Buru yang terdiri dari ribuan halaman itu.

Padahal, Tetralogi Buru adalah novel yang berkisah tentang musabab pembentukan negeri yang kelak dan hingga sekarang bernama Indonesia. Plot utama karya ini adalah berkisah tentang laki-laki pribumi bernama Minke pada kurun sebelum dan sesudah 1900.

Tak sekedar menyajikan kisah tentang hukum kolonial yang membelenggu pribumi Hindia Belanda, dalam karya ini juga dibumbui kisah cinta nan romantis antara Minke dengan perempuan blasteran, Annelise.

Sementara itu, budayawan Djoko Saryono menambahkan, karya Pramoedya ini layak dibaca dan direnungi oleh Generasi Milenial karena mengandung berpuluh-puluh lapis makna.

“Karya ini ibarat bawang, ketika dikupas kita akan menemukan lapisan kulit lainnya. Dalam karyanya, Pramoedya hadir sebagai jurnalis, sastrawan, dan ilmuwan. Hal ini yang menjadikan karya-karya mendunia dan wajib dibaca oleh generasi muda,” papar Djoko Saryono.

Sumber: Surya Malang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved