Teroris Serang Jawa Timur
Mantan Napi Bom Bali: Bunuh Diri Sekeluarga itu Tiru Strategi dari Luar Negeri
"Di Indonesia memang baru pertama kali ini. Kalau di Suriah dan Irak sudah biasa," ungkap Ali Fauzi yang kini bermukim di #Lamongan.
Penulis: Hanif Manshuri | Editor: yuli
SURYAMALANG.COM, LAMONGAN - Gerakan para teroris yang mengacak-acak Surabaya dan Sidoarjo, Jawa Timur, sejak dua hari patut diurai.
Mengapa kedua daerah itu jadi sasaran?
Ali Fauzi, mantan narapidana bom Bali 1 tahun 2002, mengatakan, modus pengeboman melibatkan keluarga ini merupakan yang pertama di Indonesia.
Baca: Mbah Mijan Pernah Cuitkan ini di Akun Twitternya sebelum Teror Bom Ledakkan Surabaya, Terbukti?
Namun, praktek semacam itu sudah biasa dilakukan oleh para teroris di luar negeri seperti Suriah dan Irak.
"Di Indonesia memang baru pertama kali ini. Kalau di Suriah dan Irak sudah biasa," ungkap Ali Fauzi yang kini bermukim di Desa Tenggulun, Kecamatan Solokuro, Lamongan itu kepada SURYAMALANG.COM.
Menurut dia, pola ini memang mengadopsi praktek-praktek di luar negeri.
Mereka mengajak anggota keluarga untuk melakukan teror dan bahkan siap mati karena ingin semua anggota keluarganya masuk surga, berdasarkan keyakinan mereka.
Baca: Terungkap Alasan Wanita dan Anak-anak Turut Jadi Pelaku Bom, Ada Pesan Terselubung
Terkait sasaran di Surabaya, menurutnya, karena Surabaya atau Jawa Timur selama ini sebagai reproduksi "calon pengantin" dan juga reproduksi bom.
Dipilihnya Jawa Timur juga terkait terbatasnya pendanaan, mereka tidak perlu mengambil orang-orang dari luar daerah.
Namun sebetulnya, Ali Fauzi juga termasuk perintis urusan teror bersama saudaranya. Dua kakaknya, Muklas dan Amrozi, sudah dibedil mati karena terbukti membunuh ratusan orang dalam teror bom Bali 1 tahun 2002.
Satu lagi saudaranya yang terlibat adalah Ali Imron yang masih berstatus narapidana namun sejak lama membantu Densus 88.
Baca: Dari The Mother of Satan Hingga Buku, Ini 7 Jenis Bom yang Sering Digunakan oleh Teroris
Ali Fauzi juga mengakui, keponakan dan sepupunya pernah terlibat dalam jaringan teroris.
"Tidak aneh lagi," ungkapnya.
Dalam pemahamannya, teror semacam ini masih menjadi ancaman di Indonesia.
Baca: Kesaksian Wanita Mantan Simpatisan ISIS Tertipu dengan Kehidupan Nyaman dan Tentram yang Ditawarkan
Pola-pola ISIS ini, termasuk JAD, pengikutnya cukup banyak dan menyebar hampir di seluruh wilayah Indonesia. "Cukup banyak pengikut JAD," katanya.
Ia heran, selalu saja ada anggapan bahwa ini semua hanya skenario atau pengalihan isu padahal ancaman kelompok teroris ini memang nyata.
Baca: Eks Teroris Bongkar Alasan Surabaya Dibom, Reproduksi Calon Pengantin dan Jumlah Pengikut Disebut
"Tapi aneh sampai ada yang mengatakan bahwa itu sebuah skenario petugas keamanan," ungkapnya.