Tulungagung

Tiap Hari Disuruh Memfoto Bupati Tulungagung dan Menyebarkan ke Media Sosial, Ternyata Tak Dibayar

“Awalnya yang Rp 30 juta itu dia bilang hanya dapat SK dari kabupaten. Terus dia minta Rp 8.500.000 agar dapat SK provinsi,” ungkap Hadi.

Penulis: David Yohanes | Editor: yuli
pemkab tulungagung
ARSIP - Bupati Tulungagung, Syahri Mulyo saat menghadiri pengajian oleh KH Anwar Zahid dari Bojonegoro di Masjid Al-Munawar, Tulungagung, Minggu (18/06/2017). 

SURYAMALANG.COM, TULUNGAGUNG - Seorang pegawai Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tulungagung bernama Romhadi (50) dilaporkan karena diduga melakukan penipuan, dengan modus bisa memasukkan pegawai Pemkab Tulungagung.

Romhaji diduga sebagai bagian dari jaringan Jaka Jamakas, seorang PNS di bagian protokoler Pemkab Tulungagung yang sudah ditangkap polisi karena kasus yang sama. 

Romhadi dilaporkan temannya sendiri,  Abdul Hadi (47) warga Dusun Bendil, Kelurahan Panggungrejo,
Kecamatan Tulungagung

Keterkaitan Romhadi dan Jaka diungkapkan oleh Dipta Putra Aditya (19), anak Hadi yang telah direkrut Romhaji. 

Menurut Dipta, setelah ayahnya membayar uang Rp 30 juta untuk syarat bekerja di Pemkab Tulungagung, dirinya langsung dimasukkan ke dalam grup WhatsApp. 

“Grup itu beranggotakan sekitar 16 orang, adminnya mas Jaka (Jamakas).  Ternyata semua nasibnya
sama, bekerja tanpa menerima gaji,” ungkap Dipta.  

Dipta mulai bekerja di Pemkab Tulungagung sejak Juli 2017.  Anggota grup ini dibagi dalam beberapa kelompok yang anggotanya empat sampai lima orang.

Setiap hari grup itu membagikan agenda bupati, serta lokasi-lokasi yang akan dikunjungi. 

Anggota grup ditugaskan mengawal kegiatan bupati dari awal hingga selesai.  Tugasnya hanya memotret kegiatan bupati, kemudian dibagikan lewat grup. 

Dalam satu pekan biasanya ada dua hingga tiga kegiatan bupati yang harus dikawal.

“Semua jadwal yang membagi mas Jaka. Kemudian dia juga yang yang mengatur timnya siapa yang harus bertugas,” tambah Dipta. 

Dipta tidak merasa curiga karena dirinya juga diberi seragam persis seperti yang dikenakan Jaka. 

Yang aneh, tim yang dibentuk Jaka ini tidak berangkat bersama rombongan bupati.

Dipta dan kawan-kawan harus menggunakan motor pribadi, dan menggunakan uang pribadi untuk membeli bensin. 

Mereka harus siap jika setiap saat diperintah untuk menuju lokasi acara bupati. Bahkan ada yang bertugas dari pagi hingga ketemu pagi keesokan harinya. 

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved