Travelling
Kampung Wisata Topeng di Kota Malang Mulai Sepi Pengunjung
Kampung Wisata Topeng di Desaku Menanti, Kedungkandang, Kota Malang mulai sepi pengunjung atau wisatawan
Penulis: Benni Indo | Editor: eko darmoko
SURYAMALANG.COM, KEDUNGKANDANG - Kampung Wisata Topeng di Desaku Menanti, Kedungkandang, Kota Malang mulai sepi pengunjung atau wisatawan. Hal itu diungkapkan Kartini, seorang warga yang tinggal di Kampung Wisata Menanti.
Kartini yang sehari-hari berjualan bakso menjelaskan, kondisi sepinya pengunjung sudah terasa sejak pertengahan tahun 2018. Hingga kini kondisi itu terus dirasakan.
Kartini dahulu berjualan bakso di warung yang telah disediakan. Namun kini ia berpindah tempat jualan ke depan rumahnya. Alasannya, agar warungnya lebih dekat dengan rumah.
"Dulu sehari bisa Rp 80 ribu. Sekarang, hanya sekitar Rp 20 ribu," keluhnya.
Kartini tidak tahu pasti penyebab menurunnya jumlah wisatawan. Ia menduga, wisatawan berkurang karena pilihan wahana di Wisata Kampung Topeng tidak beragam.
Menurutnya, perlu ada wahana baru agar minat wisatawan tinggi ke tempat itu. Dicontohkan Kartini, seperti penyediaan wahana kolam renang.
"Ketika awal buka, ada ratusan yang datang di akhir pekan. Sekarang, tiga puluhan orang saja sudah ramai," katanya, Rabu (17/10/2018).
Kartini sendiri mengaku dilema karena ia juga tidak bisa lagi turun ke jalanan. Di satu sisi, dengan pendapatan hanya sekitar Rp 20 per hari, masih belum cukup untuk membiayai kehidupannya bersama tiga orang anaknya.
"Suami saya sudah meninggal. Jadi sekarang saya yang bertanggung jawab. Ada dua anak saya sekolah di SD. Paling besar sudah lulus SD tapi tidak lanjut," ujarnya.
Kartini juga harus membayar air. Per bulan, ia mengeluarkan Rp 50 ribu untuk membayar air. Sementara listrik masih ditanggung oleh pemerintah.
"Namun hanya sampai setahun saja dibantu. Tiga bulan lagi habis. Setelah itu saya bayar listrik sekitar Rp 100 ribu per bulan," jelasnya.
Sebetulnya Kartini juga membuat peyek yang sudah disediakan tempatnya. Namun produksi peyek itu menurun. Jika dulu setiap hari bisa terus memproduksi, kini hanya bisa dua sampai tiga hari saja memproduksi.
Keluhan senada juga diutarakan Ngatemi. Ia mengaku mengalami kesulitan perekonomian karena sepinya pengunjung.
"Ya sama seperti bu Kartini. Sepi sekali. Jualan saya yang beli hanya tetangga," kata ibu penjual rujak itu.
Ngatemi berharap, pemerintah bisa mencarikan solusi sepinya pengunjung di Kampus Wisata Topeng. Katanya, ia kini berusaha keras agar dapurnya tetap mengepul.